Anstasya lausia adalah wanita cantik berumur 17 tahun dia hidup sendiri semenjak ayahnya meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kecelakaan.
Tasya hidup sederhana di pinggiran kota dengan berandalan sebuah warung kecil. Walaupun hidup Tasya sendiri dia tetap menjalani hidupnya dengan rasa syukur.
Di suatu malam tasya tidak sengaja menemukan seorang pria sangat tampan yang tergeletak di pinggir jalan. Karena memiliki hati yang baik dan rasa tidak tega tasya akhirnya membawanya ke rumah dan merawatnya.
Tasya tidak tahu siapa pria itu tapi dia mengaku bernama alfred yang memiliki wajah tampan bak seperti dewa Yunani bahkan terlihat seperti tidak nyata.
" Siapa kamu Alfred? "
" Ternyata kamu memiliki darah yang istimewa. "
" Setelah aku kembali kamu adalah satu satunya ratu di dunia ku dan hatiku. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boleh tukar otak gak sih?
Tasya merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku, matanya melirik pada jam di dinding.
" Jam lima. " Gumamnya. Walaupun masih mengantuk dan ingin kembali tidur tapi Tasya tau itu tidak akan bisa karena dia akan membuka warung. Dengan wajah bantal Tasya menuju ke kamar mandi. Setelah keluar dia terlihat lebih segar dan cerah dari sebelumnya. Sebelum Tasya menuju ke rumah makannya. Tasya ke dapur untuk membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Tidak butuh lama Tasya selesai masak dan memakannya seorang diri. Selesai makan Tasya membuka pintu dan langsung bertemu dengan dinding belakang tempat warung nya. Bisa di bilang tidak jauh hanya dari rumah Tasya. Hari masih terlalu gelap tapi Tasya telah berada di rumah makan yang dia dirikan dengan usahanya sendiri, mungkin ada beberapa bantuan dari orang tua anggun atau tetangganya itu.
Saat Tasya ingin melihat bahan makanan tiba-tiba baru teringat.
" Bisa bisanya aku lupa. " Tasya keluar dan berlari ke rumahnya. Tasya benar-benar lupa bahwa dia tidak jadi belanja dan berakhir membawa seorang pria asing. Saat masuk rumah Tasya langsung menuju ke kamar mendiang ayahnya.
Tasya menghirup nafasnya banyak banyak, kenapa juga dia harus berlari untuk melihat pria yang di bawanya pulang, membuat capek saja. Tasya mendengus melihat kelakuan sendiri yang aneh.
Tasya mengecek suhu pria tampan ini, dia mengernyit dahinya.
" Tubuhnya sangat aneh. Dingin seperti di dalam kulkas. Apa perlu aku bawa ke dokter? " Monolog taysa. Tapi beberapa detik kemudian tatapan langsung ragu. " Uang ku tidak akan cukup, ini untuk belanja kebutuhan warung. " Bimbang Tasya. Dia ingin membantu tapi dia sendiri tau bagaimana ekonominya. Akhirnya tasya hanya memberikan metode alami tanpa memanggil dokter.
Melihat pria berwajah tampan pucat yang sedang tertidur tenang membuat Tasya perlahan keluar setelah merapikan selimut pria tampan itu.
" Sebaiknya aku belanja dulu. Mungkin hari aku tidak buka warung." Karena hari ini Tasya ingin merawat pria di dalam rumahnya, jadi di berencana hanya akan berbelanja kebutuhan warung. Mungkin besok dia akan kembali membuka warung setelah memastikan pria asing itu tidak kenapa kenapa.
" Pagi neng Tasya. "
" Pagi pak. " Sapa balik Tasya saat pak Maman menyapanya.
" Hari ini enggak buka neng. " Pak Maman adalah langganan setia Tasya. Dia duda yng di tinggal mati oleh istrinya. Memiliki tiga anak yang sudah besar. Karena tidak ada yang memasak di rumah jadi pak Maman lebih sering ke warung Tasya, selain karena masakan enak pak Maman juga doyan yang bening.
" Enggak pak. Tasya lupa belanja semalam." Tasya tersenyum tipis melihat wajah lesu pak Maman. " Yah puasa deh saya. " Ujarnya lebay.
" Ani kan ada pak, minta masakan aja sama anak bapak. "
Pak Maman mendengus. " Bocah itu taunya berdandan. Mana tau dia masak. Jangan kan masak neng. Bedain garam dan gula aja belum lulus. " Keluh pak Maman pada anak gadisnya.
" HM! Tasya pamit dulu ya pak, keburu siang."
" Hati-hati neng. "
Tasya pamit dan kembali berjalan ke arah pasar. Sesampai di pasar Tasya masuk di dalam kerumunan orang. Suara pekikan terdengar jelas.
Satu jam Tasya berkeliling dan akhirnya telah membawa satu kating penuh dengan belanjaannya. Sebelum pulang Tasya membeli beberapa apel yang terlihat segar.
Jarak pasar dan rumah hanya lima belas menit. Itu karena Tasya berjalan kaki, kalau menaiki sepeda motor mungkin hanya beberapa menit saja. Tasya lebih senang berjalan kaki dari pada menaiki angkot apalagi taksi. Menurut Tasya lebih sehat dan menghemat keuangan.
Sesampai di rumah Tasya kembali masuk ke kamar pria asing itu berada, ternyata masih sama tertidur dengan tenang. " Kenapa dia tidak bangun bangun. " Tangan lembutnya kembali memegang kening pria tampan itu. Masih sama dingin.
" Aneh sekali. " Gumamnya sebelum keluar saat ada seseorang yang mengetuk pintunya.
" Loh kamu gak sekolah gun? "
Melihat anggun berdiri dengan tas di belakangnya membuat Tasya mengernyitkan dahinya.
Anggun cengengesan. " Kamu lagi tutup warung kan? Jadi..."
" Jadi tolong bantu aku kerjakan tugas ya! " Potong Tasya memperagakan ekspresi anggun yang selalu seperti itu saat ingin meminta bantu mengerjakan tugas sekolah.
Tasya termasuk memiliki otak cerdas. Namun sayang dia harus putus sekolah demi melanjutkan hidupnya. Anggun saja merasa kasihan dengan Tasya, sangat di sayangkan memiliki otak yang cerdas namun di sia siakan, anggun sendiri yang selalu rengking 1 kebelakang sekolah walaupun seringkali kenal semprot ibunya yang mengatakan dirinya bodoh. Padahal kan gen kepintaran orang tuanya aja yang gak ada jadi jangan lah salahkan anak yang bodoh. Seketika anggun kena pukul sapu.
Skip!
" Bukanya ini sudah ku jelaskan bagaimana jalannya? Rumusnya juga salah. "
Anggun kembali cengengesan, dia sebenarnya tidak terlalu memperhatikan Tasya mengajarinya. Jujur saja anggun paling malas kalau masalah hitung menghitung.
" Jujur tas, aku gak punya bakat soal hitung menghitung. " Keluh anggun memukul buku penuh angka yang membuatnya pusing. Dari banyak mata pelajaran, matematika adalah hal yang paling anggun hindari, bahkan dia rela bolos sekolah demi tidak ingin melihat ibu mate itu. Julukan anggun untuk guru matematika.
" Tapi soal menghitung uang saja langsung benar. " Sindir Tasya tanpa melihat ke arah anggun.
Anggun langsung tersenyum malu. " Ahh, Tasya tau aja deh. "
" Cepet kerjakan, ini rumusnya dan cara jalannya, kerjakan aku mau membuat makan siang dulu. " Tasya meninggalkan anggun yang merengut kesel. " Kenapa harus aku juga yang mengerjakannya, kenapa tidak menggunakan otaknya saja. Otak ku terlalu bodoh untuk menghitung ini semua. " Keluh anggun. " Boleh tukar otak gak sih? "
terimakasih