naresh membenci nara, begitu pun sebaliknya. tapi apa jadinya jika keduanya menikah karena tak sengaja kepergok tidur bersama?
pernikahan kilat itu membuat naresh marah besar karena satu bulan lagi dia akan menikahi kekasihnya.
dengan keadaan pernikahan yang buruk, bagaimana nara menjalani pernikahan nya apalagi dengan naresh yang malah bertunangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jesika
Meeting selesai di lakukan dengan hasil memuaskan. Keluar dari tempat meeting nara bersama ketiga temannya memancarkan wajah ceria, tersenyum paling manis dan mengeluarkan gigi pep soden tnya.
Ini semua karena mereka baru saja di nobatkan sebagai kelompok terbaik yang hasil kerja nya dilirik banyak orang di pasaran.
“Selamat buat kalian, iri banget deh. Pengen pindah kelompok aja” salah satu anak kelompok satu tampak mengeluh sekaligus mengucapkan selamat pada keempatnya.
“Makasih lho ris, selamat juga buat perkembangan kelompok kalian” sahut sadrina.
Rista tersenyum senang “iya, makasih juga. Gue duluan ya?”
Mereka mengangguk dan gadis itu pergi. Karena ini sudah hampir jam istirahat keempatnya memutuskan untuk kembali segera ke ruangan mereka.
Tetapi harus tertahan oleh tiga orang gila yang tiba tiba menghadang mereka di pintu masuk. Jesika bersama antek anteknya.
Wanita itu berdiri angkuh dengan melipat tangan di dadanya. Dengan dagu yang di angkat, dia mengatakan “bangga banget kayak nya, di puji karena ordal” katanya sinis.
Nara si julid tak bisa tak merespon. Dia harus melawan parasit centil di depan nya ini. “Iya dong! Walau pakai ordal, kita bisa membuktikan kemampuan kita dengan hasil karya. Elo? Modal muka doang cuma hasilin rayuan” sahut nara sinis.
Jesika yang awalnya berekspresi angkuh berubah kini menjadi tatapan tajam tak suka. “Gak usah fitnah ya lo!” sembur jesika.
Nara mengibaskan tangannya pelan, menatap lebar pada wanita ular di depannya. “Maksud nya fitnah itu apa ya kak? Yang keluar dari ruangan pak doni sambil benerin lipstik yang berantakan?” sindir nara.
Jesika menggeram marah, melirik sekitar takut ada yang mendengarnya. Sialan! Wanita di depannya ini memang gila.
“M-maksudnya? Gak usah fitnah deh” elak jessika.
“fitnah?” nara tertawa kosong. “Fitnah itu yang lo makan siang sama pak djarot sambil pegangan tangan itu bukan si?” lanjut nara semakin senang.
Jessika semakin kelimpungan, panik lalu mengumpati nara. “Sialan! Awas aja lo, lihat nanti” ancam nya berlalu pergi bersama dua temannya.
Nara tertawa puas begitu pun dengan ketiga temannya yang sedari tadi menyimak. Mereka saling menatap satu sama lain lalu mengacungkan jempol nya, mengapresiasi tindakan nara.
Keempatnya menyimpan berkas berkas dan laptop hasil meeting tadi lalu menuju kafe untuk makan siang. Sesekali mereka bertemu orang orang dan menyapanya.
“Hari ini lo bayarin kan ra?” tanya pelia.
Nara mendelik kecil. “Lagi gak ada duit gue, lain kali aja” tolak nara pelan menggelengkan kepalanya.
Pelia mencebik pelan. “Kebiasaan, padahal hari ini merayakan lo yang udah melepas masa lo. Ya, walaupun kita gak di undang” sindirnya pelan.
“Iya nar, betul” sahut marlin setuju. “Btw, gimana malam pertamanya? Naresh hebat gak di ranjang?”
Buk!
Nara menghentikan langkah nya lalu menggeplak lengan marlin. Pertanyaan cewek itu sangat ingin membuatnya muntah. “Gak usah bikin mood gue jelek. Kalian tahu gue gak mau nikah sama dia”.
“ya kan siapa tahu? Kalian udah sah suami istri, wajar dong ngelakuin kayak gitu” gumam marlin pelan seraya terus mengusapi lengannya yang memanas akibat geplakan sahabat nya itu. Nara mendelik tajam.
“Berarti lo masih perawan ting ting dong?” celetuk sadrina dengan polosnya.
Sungguh nara ingin membekap mulut tiga temannya ini yang seperti salon pernikahan. Suara mereka tak bisa dijaga, nara memutar matanya malas. “Iyalah. Yakali gue di unboxing sama dia, ogah deh” ketus nara mengibaskan rambutnya.
Mereka hampir sampai di kafe sebrang kantor. Pelia dan dua yang lainnya saling melirik dan terkikik geli. “Hati hati nar kalo ngomong. Nanti nelen ludah sendiri malu lo” peringat pelia.
Kuping nara panas, ingin meledak mendengar ocehan teman temannya tentang pria itu. Tak tahu kah mereka? Seberapa benci dia pada cowok itu.
Nara menghentikan langkahnya tiba tiba, seraya memutar tubuhnya. “Gue balik aja, udah gak mood” ucap nara hendak kembali ke kantor.
Tapi tiga temannya langsung menariknya, mencegah nya dan mendorong nya masuk ke kafe.
“Jangan… Jangan… jangan. Kita cuma bercanda kok, lanjutin makan nya yuk” bujuk marlin.
Nara memutar bola matanya malas, mencebik pelan saat mereka menertawakan nya. Jujur saja menurut nya ini tidak lucu, bukannya ingin tertawa, justru dia malah ingin menangis.
naresh ketemu nara yh sdg jalan sm adam..posisi jadinya seri ya naresh