Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Kenyataan pahit.
"Sejak kapan kamu memakai barang seperti ini???"
Niken masih diam dan menghindari Bang Ringgo. Tapi secepatnya Bang Ringgo menarik tangan Niken dan membawanya pergi dari rumah perdana menteri.
...
"Bukankah seharusnya Om yang nurut sama Niken?? Niken yang membayar Om Ringgo, Niken juga yang punya uang." Oceh Niken.
"Saya tidak mau ambil resiko..........."
"Kalau tidak berani ya jangan jadi ajudan. Ajudan adalah orang yang berani mengambil tanggung jawab untuk melindungi......."
"Diam.. Niken..!!!!!!!" Bentak Bang Ringgo. "Saya tidak mau terjadi sesuatu sama kamu, minimal ingatlah pengorbanan kedua orang tuamu..!!!!!"
Belum saja mulut Bang Ringgo terdiam, ia melihat Bang Rudha dan Farin berjalan bergandengan berdua. Seketika detak jantungnya berdenyut kencang. Kakinya terasa lemas.
"Lho.. Mbak Farin???" Niken hendak menghampiri namun kemudian Bang Ringgo menarik tangan gadis itu.
"Jangan di kejar..!!" Kata Bang Ringgo.
"Tapi Mbak Farin itu sahabat kakaknya Niken. Dia mau nikah sama pacarnya. Bang Rudha namanya. Om Ringgo kenal??" Jawab Niken.
"Apaaa??????" Rasanya Bang Ringgo begitu syok. Tanpa banyak basa-basi Bang Ringgo menghubungi Farin.
"Kamu dimana???"
:
Kini Bang Ringgo dan Farin berhadapan. Bang Ringgo sengaja meminta pertemuan malam itu untuk menjelaskan semua duduk perkaranya.
"Katakan dengan jelas, apa hubunganmu!dengan Rudha???" Tanya Bang Ringgo.
"Bang Rudha.. kakak sepupunya Farin." Jawab Farin lumayan takut melihat sorot mata tajam Bang Ringgo.
Bang Ringgo tersenyum sinis mendengar bulan Farin padanya.
"Sepupu?? Dari bapak atau dari ibu?"
"Ibu." Jawab Farin.
"Ibu kandung atau ibu tiri????"
"Apa sih, Bang?? Kenapa tanya seperti itu???" Farin sungguh tidak senang mendengar setiap ucapan Bang Ringgo.
Tak lama berselang, Bang Rudha menghampiri Fanya. Agaknya sudah terlalu lama dirinya menunggu Farin yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Namun saat melihat Farin, perasaan Bang Rudha menjadi tidak enak saat melihat ada Bang Ringgo disana juga.
"Ringgo.. kamu disini??"
Bang Ringgo terdiam, Farin pun tidak bersuara.
"Ada masalah???" Tanya Bang Rudha memendam banyak pertanyaan dalam hati.
Di saat yang sama Niken datang dengan membawa es krim 'love'. "Om Ringgo disini??" Ujarnya kaget karena tadi Bang Ringgo sempat meninggalkannya begitu saja.
Bang Ringgo mengembangkan senyumnya. "Terima kasih, sayang..!!"
Sontak kaget mendengar kata-kata itu. Masih dalam kebingungannya, Bang Ringgo mengecup bibirnya.
Niken sungguh kesal dengan ulah ajudan Papanya yang mulai kurang ajar padanya. Kian ingin berteriak marah tapi Bang Ringgo segera mendekapnya dari belakang. "Darimana saja, sayang??"
"Abang kenal sama Niken??" Tanya Farin.
"Kenal donk, kami sudah mau menikah. Iya kan, sayang???" Bang Ringgo mengeratkan pelukannya.
Entah apa yang terjadi, saat itu Niken merasa bingung namun juga terpana. Meskipun dirinya pernah pacaran sebelumnya namun baru kali ini dirinya mendapatkan physical touch yang begitu hangat dari seorang pria.
"Alhamdulillah..!! Kalau begitu, bagaimana jika pertunangannya kita samakan saja..!!" Saran Bang Rudha kemudian.
"Aku nggak mau tunangan. Aku mau langsung nikah." Jawab Bang Ringgo.
Niken menelan ludah dengan susah payah.
:
"Apa sih maksud Om Ringgo??? Bagaimana kalau Mbak Farin salah paham. Mbak Dina juga suka sama Om Ringgo." Kata Niken.
"Saya tau, tapi saya tidak ada hati dengan kakak ketiga mu." Jawab Bang Ringgo.
Niken terdiam sejenak kemudian menyambar rokok Bang Ringgo di atas meja lalu menyulutnya.
"Jangan begitu lah, dek..!! Nggak baik..!!" Tegur Bang Ringgo sambil merampas rokok di bibir Niken, ia pun segera menghisapnya.
"Niken mau tanya. Kenapa wanita merokok selalu mendapatkan persepsi tidak baik??? Jika alasannya hanya untuk kesehatan, laki-laki juga berpotensi menimbun penyakit." Kata Niken dengan logikanya.
"Rokok adalah sesuatu yang 'panas', sakit, keras, sekaligus jantan. Seluruhnya identik dengan dunia laki-laki. Perasaan yang tidak terungkapkan namun harus berdebat dengan keadaan. Musuh namun juga kawan. Tapi bagi saya, rokok juga menjadi penghilang kecemasan."
Niken terus memperhatikan paras wajah Bang Ringgo. Ia sungguh tidak paham, terkadang laki-laki di hadapannya itu menjadi sosok yang garang namun bisa juga menjadi melankolis.
"Oowwhh.. Om Ringgo cemas ya?? Menikahlah dengan Kak Dina. Seluruh cemas dan sedih mu akan hilang." Kata Niken.
"Bagaimana kalau saya hanya ingin menikah denganmu?" kata Bang Ringgo seraya menggoda.
Bang Ringgo duduk menatap gadis kecil seusia 'adik' perempuannya.
Tak lama panggilan telepon dari Bang Arre masuk.
Dengan malas Bang Ringgo mengangkat panggilan telepon dari 'adiknya' itu. Bang Ringgo pun mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Bang Goo.. Niken sudah pulang atau belum?"
"Laah.. Mana kutau. Kau kemana saja, Ar?? Niken tidak paham jalan." Tanya Bang Ringgo.
"Aku persiapan tontangkas. Bang Rudha sibuk pengajuan nikah." jawab Bang Arre.
"Om.. Sepertinya Niken tau dimana Dara." Kata Kian.
"Dimana??" tanya Bang Ringgo.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂