"Tlembuk" kisah tentang Lily, seorang perempuan muda yang bekerja di pasar malam Kedung Mulyo. Di tengah kesepian dan kesulitan hidup setelah kehilangan ayah dan merawat ibunya yang sakit, Lily menjalani hari-harinya dengan penuh harapan dan keputusasaan. Dalam pertemuannya dengan Rojali, seorang pelanggan setia, ia berbagi cerita tentang kehidupannya yang sulit, berjuang mencari cahaya di balik lorong gelap kehidupannya. Dengan latar belakang pasar malam yang ramai, "Tlembuk" mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan pencarian jati diri di tengah tekanan hidup yang menghimpit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Ketika Malam Makin Gelap
Malam di bar semakin larut, dan suasana semakin menghangat. Lily dan Dinda, yang sudah tak terkontrol karena mabuk, saling tertawa dan terus bergerak mengikuti irama musik. Setiap gelas yang mereka habiskan membuat mereka semakin berani, dan saat ini, mereka berdua merasa seolah-olah tak ada yang bisa menghentikan mereka.
“Lily, ayo kita cari om-om itu lagi!” Dinda berteriak sambil menunjuk sekelompok pria yang duduk di sudut bar, tertawa dan terlihat senang.
“Yuk! Ayo kita bersenang-senang!” jawab Lily, berjalan sempoyongan menuju om-om yang ada di bar. Wajahnya memerah, bukan hanya karena alkohol, tetapi juga karena semangat yang membara. Dia tahu apa yang harus dilakukan untuk menghibur diri dan mendapatkan uang tambahan.
Sesampainya di dekat kelompok pria itu, Lily mulai menggoda mereka. “Hai, om! Mau ikut party sama kami? Kami sangat bersenang-senang malam ini!” Dia berkata dengan nada genit, menggoyangkan pinggulnya sambil tertawa lepas.
Dinda mengikuti jejak Lily, mendekati pria-pria lain di dekatnya. “Kita bisa bawa kalian ke tempat yang lebih seru,” ujarnya, menyeringai sambil memainkan rambutnya. Kedua gadis itu menyadari bahwa mereka punya daya tarik yang bisa memikat perhatian om-om yang kaya.
Tak lama kemudian, salah satu pria yang terlihat lebih tua dan kaya mengangguk. “Ayo, ke kamar! aku punya banyak minuman di sana,” tawarnya, matanya berbinar melihat Lily dan Dinda.
Lily mengangguk dengan bersemangat, “Ayo, kita jalan!” Dia menggandeng tangan Dinda dan bersama-sama mereka melangkah menuju pintu belakang bar, tempat mereka sering pergi untuk bersenang-senang.
Begitu mereka memasuki kamar, suasana menjadi lebih intim. Pria-pria itu mulai mengeluarkan minuman, mengisi gelas mereka, dan suasana menjadi semakin hangat. Lily dan Dinda saling berpandangan, merasakan adrenalin yang mengalir.
“Siapa yang mau main game?” tanya salah satu pria, sambil meletakkan botol minuman di meja. “Kita bisa bermain tebak-tebakan atau semacamnya. Tapi... ada hukuman bagi yang kalah.”
“Jadi, hukuman apa?” tanya Lily, matanya berkilau penasaran.
“Yang kalah harus memberikan uang jajan mereka untuk yang menang!” kata pria itu sambil tertawa, dan semua orang di ruangan itu ikut tertawa.
Dinda menatap Lily dengan semangat. “Kalau begitu, kita harus menang! Kita tidak akan kehilangan uang!”
Dengan semangat membara, mereka semua mulai bermain, dan suasana semakin meriah. Lily dan Dinda merasakan energi baru, meskipun mereka tahu bahwa langkah ini membawa mereka ke dalam situasi yang lebih dalam.
Setelah beberapa ronde, keduanya berhasil menang dan mendapatkan sejumlah uang dari pria-pria itu. Senyum lebar mengembang di wajah mereka saat mereka melihat tumpukan uang di meja.
“Lihat! Ini hasil kerja keras kita!” kata Dinda, melambaikan uang di udara.
“Malam ini seru banget!” jawab Lily, tidak bisa berhenti tertawa.
Namun, seiring waktu berlalu, mabuk yang mereka rasakan mulai memengaruhi kemampuan mereka untuk berpikir jernih. Ketika Lily kembali ke kursi, dia merasakan dunia berputar di sekelilingnya. Dia tahu bahwa mereka harus berhati-hati, tetapi kegembiraan malam ini membuatnya melupakan semua risiko.
Ketika mereka berdua terhanyut dalam suasana, mereka tidak menyadari bahwa hal-hal yang tidak terduga dapat terjadi. Malam yang penuh kesenangan ini bisa membawa mereka ke dalam masalah yang lebih besar. Namun, untuk saat ini, semua yang mereka pikirkan adalah untuk terus bersenang-senang dan menikmati kebebasan yang mereka rasakan.
Setelah beberapa putaran permainan, tawa dan suara bising di dalam kamar semakin membahana. Pria-pria itu mulai mendekat, menggoda Lily dan Dinda lebih jauh lagi. Mereka tahu betul bagaimana membuat suasana semakin panas, dan kedua gadis itu merasa terbuai oleh perhatian yang mereka terima.
“Jadi, kalian berdua sudah berapa lama berada di bar ini?” tanya salah satu pria dengan senyum menggoda, menatap Lily dari dekat.
“Kami baru saja datang! Ini malam pertama kami di sini dan kami sudah bersenang-senang!” jawab Lily, menepuk bahu Dinda dengan antusias. “Kami tidak mau melewatkan kesempatan!”
Dinda mengangguk setuju, meski ada rasa ragu dalam hatinya. “Iya, kami ingin menikmati hidup kami!” tambahnya, berusaha tampil percaya diri meskipun tubuhnya sudah mulai limbung.
Pria-pria itu saling bertukar pandang, sepertinya menikmati kegembiraan yang ditunjukkan oleh Lily dan Dinda. Salah satu dari mereka, yang paling tua di antara mereka, mencondongkan tubuhnya ke arah Lily. “Bagaimana kalau kita berpindah ke tempat yang lebih privat? Kami punya lebih banyak minuman dan hiburan di sana.”
Mendengar ajakan itu, Lily merasa bersemangat. “Ya, ayo! Kita harus cek ke tempat itu!”
Dinda terlihat sedikit ragu, tapi semangat Lily menular padanya. “Baiklah, ayo!” ujarnya, meski hatinya berdebar-debar.
Mereka semua beranjak dan melangkah keluar dari kamar bar, melewati lorong sempit menuju area yang lebih pribadi. Sesampainya di sana, suasana terasa lebih intim, dengan lampu redup yang memberi nuansa hangat dan menggoda.
Di tengah suasana yang menggoda itu, Lily merasa hatinya berdegup kencang. Meskipun mabuk dan tertawa, ada sedikit rasa cemas yang menggerogoti pikirannya. Namun, saat dia melihat wajah-wajah pria itu yang terpesona, semua keraguan itu seolah hilang.
Pria tertua itu mengangkat botol minuman dan menuangkannya ke gelas-gelas mereka. “Ini untuk malam yang tak terlupakan!” katanya, dan semua orang bersulang.
“Untuk kita!” jawab Lily dan Dinda bersamaan, mengangkat gelas mereka.
Mereka mulai berbicara dan bercanda, tetapi suasana berubah ketika pria-pria itu mulai bertanya lebih pribadi. “Jadi, kalian berdua sudah berapa banyak pengalaman di dunia ini?” tanya salah satu dari mereka, menggoda dengan nada penuh makna.
Lily, yang sedang dalam suasana mabuk, menjawab dengan percaya diri. “Oh, kami banyak pengalaman! Kami tahu cara bersenang-senang!”
Dinda ikut menimpali, “Dan kami sangat terbuka untuk pengalaman baru!” Dia menyenggol Lily sambil tersenyum nakal.
Satu demi satu, pria-pria itu tertawa, dan malam semakin terasa menggoda. Namun, saat itulah sebuah kejadian tak terduga terjadi. Salah satu pria yang lebih muda, tampaknya mulai merasa cemburu melihat perhatian yang diberikan kepada Lily.
Dia bangkit dan mengalihkan perhatian pria-pria lain, berusaha mendapatkan perhatian Lily untuk dirinya sendiri. “Hei, Lily! Apa kamu ingin bersenang-senang denganku saja?” katanya dengan nada menggoda.
“Eh, tunggu dulu!” Dinda bersikeras. “Kami datang berdua, tidak adil jika hanya satu yang mendapatkan perhatian!”
Suasana menjadi tegang, dan Lily bisa merasakan perubahan energi di dalam ruangan. Dia ingin menjaga agar semua tetap santai dan bersenang-senang. “Ayo, kita semua bersenang-senang! Ini malam yang hebat, kenapa kita harus berkelahi?” Dia mencoba meredakan ketegangan dengan senyuman.
Tapi pria muda itu tidak terima dan terus mendekat. “Aku tidak peduli, aku ingin Lily!” dia mengulangi, nada suaranya semakin tinggi.
Dinda dan Lily saling pandang, merasakan bahwa keadaan mulai tidak terkendali. Meskipun dalam keadaan mabuk, mereka tahu bahwa mereka harus menjaga diri dan tidak membiarkan situasi menjadi lebih buruk.
“Sudah, sudahlah! Mari kita semua bersenang-senang!” Lily berusaha mengalihkan perhatian dengan memulai lagi permainan. “Siapa yang mau bermain?”
Sementara suasana kembali hangat, Lily merasa lega karena berhasil menghindari ketegangan. Tapi di sudut hatinya, dia tahu bahwa malam ini mungkin membawa mereka ke dalam situasi yang lebih rumit daripada yang mereka harapkan.
“Ini malam yang sangat seru, ya?” Dinda berbisik kepada Lily, mencoba tetap optimis. “Mari kita nikmati sebisa mungkin sebelum pagi datang!”
“Betul! Kita sudah sampai sejauh ini, kita tidak bisa mundur!” jawab Lily, tersenyum meski hatinya masih berdebar-debar.
Dan dengan semangat baru, mereka berdua melanjutkan malam mereka, berharap bahwa semua yang terjadi akan berakhir baik dan tanpa masalah. Namun, ketegangan dan risiko selalu mengintai dalam gelapnya malam.