Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.
Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....
Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!
Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Tetap Tenang!
"Seratus satu ... Seratus dua ... Se .. Seratus tiga!"
Di atas puncak gunung, Jiang Xin tampak sedang melakukan gerakan push up dengan tong kayu berisi air di punggungnya. Setiap gerakan yang di ambilnya saat menurunkan tubuhnya ke bawah dan mendorong ke atas harus sangat stabil, itu demi menjaga keseimbangan air yang ada pada tong kayu.
Saat ini, seluruh tubuh Jiang Xin telah di penuhi oleh keringat. Bahkan di wajahnya, orang bisa melihat tetesan keringat yang jatuh dari pangkal hidungnya untuk membentuk genangan air di tanah.
Urat-urat terlihat menonjol di leher serta lengannya saat dia mengertakkan giginya sambil menggerakkan tubuhnya naik turun dengan ritme yang stabil.
Tidak jauh dari tempat ini, Shen Jian dengan tenang duduk di atas batu besar. Matanya tidak pernah meninggalkan Jiang Xin saat dia mengangguk puas.
Beberapa saat kemudian, Jiang Xin telah mencapai angka dua ratus dalam gerakan push upnya. Melihat ini, Shen Jian melambaikan tangannya dan tong kayu yang berada di punggung Jiang Xin dengan cepat menghilang.
"Huh. " Jiang Xin menghela nafas lega, tubuhnya dengan lemas merosot ke tanah dalam posisi tengkurap.
"Bagus, kamu telah menyelesaikan banyak pelatihan hari ini. Dan tubuhmu sudah siap untuk menerima metode penempaan tubuh pedang!" kata Shen Jian sambil mengelus janggut putihnya.
"Ha?" Jiang Xin mengerutkan kening dengan heran lalu berkata. "Guru, apa itu metode penempaan tubuh pedang? Bukankah kita harusnya memulai ritual pembangkitan Tubuh Dao Pedang!"
"Tidak!" Shen Jian menggeleng kemudian menjelaskan. "Meski kamu telah melakukan banyak pelatihan fisik selama dua hari terakhir, tapi itu belum cukup untuk membuatmu tangguh menghadapi ritual kebangkitan Tubuh Dao Pedang. Karena itulah, guru akan membuat tubuh fisikmu lebih kuat lagi dengan melakukan metode penempaan tubuh pedang!"
Setelah mengatakan itu, Shen Jian melanjutkan. "Sekarang pulang dan kumpulkan semua besi atau baja sebanyak-banyaknya, pastikan itu adalah besi terbaik. Jika bisa, pedang yang masih di gunakan juga lebih baik!"
"Oh, untuk apa semua itu?" tanya Jiang Xin dengan ekspresi bingung di wajahnya.
"Untuk metode penempaan tubuh pedang!" kata Shen Jian, kemudian melanjutkan. "Baiklah, berhenti bertanya! Sekarang pergi dan kumpulkan apa yang aku minta. Aku akan mengawasimu dari dalam pisau!"
Setelah mengatakan itu, Shen Jian berubah menjadi asap abu-abu lalu kemudian masuk ke dalam pisau emas yang terselip di pinggang Jiang Xin.
Melihat ini, Jiang Xin mengangguk lalu kemudian berbalik dan berjalan menuruni gunung.
Beberapa saat kemudian, Jiang Xin memasuki halaman Klan dan berbelok ke arah paviliun tempat penampungan senjata.
Masuk ke dalam paviliun, Jiang Xin melihat dua orang wanita dan pria sedang melihat-lihat senjata. Dan di samping kedua orang itu, terlihat penjaga paviliun sedang menjelaska dengan senyum menyanjung di wajahnya.
"Hehe, Tuan Muda Wusang. Ini adalah tongkat sihir dengan atribut air, jika Tuan Muda Wusang menggunakan Tngkat ini. Tuan Muda akan bisa mengeluarkan sihir atribut air yang kuat!" Kata penjaga paviliun dengan ramah, setelah itu melanjutkan. "Di sini juga ada Busur Angin, ini akan sangat cocok dengan penampilan elegan Nona Lin!"
Jiang Wusang dan Jiang Lin menatap Tongkat hijau dan Busur biru yang terpanjang di dinding, keduanya tampak sedang berpikir apakah akan mengambil senjata tersebut atau tidak.
Pada saat itu, kehadiran Jiang Xin tiba-tiba menarik perhatian mereka. Jiang Lin menatap tanpa ekspresi sementara Jiang Wusang mengerutkan kening.
Jiang Xin tentu saja bersikap acuh tak acuh, dia dengan santai berjalan menuju dinding yang penuh dengan senjata. Lalu dengan tenang berkata. "Pak Tua Ju, aku mau pedang ini. Tongkat hitam ini juga, lalu busur berwarna emas ini!"
Penjaga paviliun, Jiang Ju. Dia awalnya ingin menuruti permintaan Jiang Xin, namun ketika dia melihat kerutan di alis Jiang Wusang. Pikiranya dengan cepat merespon dan diam-diam mengambil keputusan, lalu setelah itu. Dia dengan dingin berkata. "Maaf Tuan Muda Xin, tapi senjata yang ada di paviliun ini tidak bisa di berikan kepada anda!"
"Oh. " Jiang Xian terkejut, lalu dengan bingung menatap Jiang Ju. "Mengapa?"
"Tidak ada alasan, hanya saja. Aku menolak memberikannya!" kata Jiang Ju.
Jiang Xin mengerutkan kening, wajahnya tampak tidak senang saat dia berkata. "Pak Tua Ju, apa maksudnya ini? Apa kamu sedang mencoba menjadi pemimpin klan!"
Mendengar ini, wajah Jiang Ju sedikit berubah. Sekarang dia baru sadar bahwa Jiang Xin adalah putra pemimpin Klan.
"Dia bukan pemimpin Klan dan tidak memiliki hak untuk melarang anggota elite klan untuk mendapatkan senjata, tapi jika dia tidak bisa. Bukan berarti bahwa aku tidak bisa!" ujar Jiang Wusang sambil menatap Jiang Xin dengan senyum tipis di wajahnya.
Mendengar ini, wajah Jiang Ju yang sebelumnya cemas segera mendapatkan kembali kesombongannya.
"Oh, Jiang Wusang. Apa sekarang ayahmu telah berubah menjadi pemimpin klan, atau apakah kalian membangun Klan sendiri?" cibir Jiang Xin.
Sudut bibir Jiang Wusang mengulas senyum tipis, lalu dengan sombong berkata. "Ayahku memang belum menjadi Pemimpin Klan, tapi itu tidak akan lama lagi. Karena setelah aku mengalahkanmu, ayahmu tidak punya pilihan selain turun dari kursi patriak!"
"Kamu sepertinya sangat yakin!" Jiang Xin menyipitkan matanya, tangan di balik lengan jubahnya mengepal.
"Tentu saja, mengalahkan seorang sampah yang di tinggalkan oleh dewa. Itu lebih mudah daripada merebut permen dari anak kecil!" ejek Jiang Wusang.
Jiang Xin mengatupkan bibirnya, tubuhnya bergetar saat dia menatap Jiang Wusang dengan marah.
Di samping, Jiang Lin menatap Jiang Xin dengan tenang. Entah apa yang di pikirkan gadis cantik itu, tetapi pupil mata indahnya tidak pernah meninggalkan Jiang Xin.
Pada saat ini, suara tenang Shen Jian memasuki telinga Jiang Xin. "Jiang Xin, tenangkan dirimu. Jangan mudah terprovokasi oleh hal-hal kecil, seorang praktisi hebat tidak membalas musuh dengan kata-kata tetapi dengan tindakan. Biarkan dia dengan kesombongannya hari ini lalu balas dia tujuh hari kemudian!"
Mendengar ini, Jiang Xin menghela nafas kasar. Kemudian amarah yang tersulut di dalam hatinya perlahan-lahan menjadi tenang, ekspresi di wajahnya juga kembali normal.
Melihat ini, sedikit kejutan muncul di mata Jiang Wusang dan Jiang Lin. Mereka tidak menyangka bahwa Jiang Xin akan mampu mengendalikan emosinya, padahal Jiang Wusang sudah menantikan dimana Jiang Xin bertindak impulsif dan menyerangnya. Lalu Jiang Wusang akan bertindak dengan melakukan serangan fatal.
"Jiang Wusang, tujuh hari lagi. Kita akan bertemu di arena pertempuran, aku harap pada saat itu. Kamu masih bisa bertindak sombong seperti hari ini!" kata Jiang Xin dengan suara tenang, kemudian. Dia berbalik dan berjalan menuju pintu sebelum akhirnya menghilang di bawah tatapan ketiga orang.
Semangat dan jaga kenyamanan cerita biar bisa menghibur dan memuaskan pembaca.