Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
" Hebat! Tidak sia-sia kau menjadi Jendral Istana. "
Perlahan Pangeran Benedict muncul dari balik pintu dan memperlihatkan dirinya pada Dominict.
" Apa yang kau inginkan, Yang Mulia? " Dominict berbalik dan menatap tajam mata Pangeran Benedict.
" Aku tahu ini ulahmu, kan? " Dominict masih menatap tajam pada Pangeran Benedict.
" Wah! Langsung tertebak, ya. " Sahut Pangeran Benedict lalu melipat tangannya di dada dan bersandar di depan pintu.
" Ini masih permulaan.... "
Pangeran Benedict berjalan mendekati Dominict, kemudian merangkul bahu Dominict sambil memperlihatkan senyum licik, kemudian berbisik kecil di telinga Dominict.
" Aku bisa saja membuatmu kehilangan kepala jika aku mau, Jendral. " Bisik Pangeran Benedict di telinga Dominict dengan senyuman bak Iblis.
Dominict hanya tersenyum tipis mendengar kata-kata pangeran Benedict.
" Aku tidak akan semudah itu kau kalahkan Pangeran. bahkan.... Aku akan membuatmu berlutut di kakiku, Pangeran. "
kata Dominict menantang Pangeran Benedict.
" Haha.... Lucu sekali. Kita lihat saja seberapa kuat kau bisa membuatku tunduk padamu, Jendral Dominict. " Pangeran Benedict mentang Dominict dengan percaya diri.
Dominict menyeringai licik tampak memiliki rencana pada Pangeran Benedict.
perlahan Dominict mendekatkan bibirnya ke telinga Pangeran dan berbisik.
" Aku tahu rahasia yang kau pendam dalam terhadap Putri Ana, dan alasan kuat kau mau menjalin relasi damai dengan kerajaan ini. Itu karena kau dan Anastasya adalah..... "
Bisik, Dominict pelan di telinga Pangeran Benedict.
Sontak perkataan Dominict membuat Pangeran terkejut namun masih berusaha menjaga sikap dan tetap tenang.
" Jadi, selama ini kau mengetahuinya? "
" Ya, dan itu cukup membuatmu kehilangan segalanya, Pangeran. "
Dominict tersenyum puas melihat reaksi Pangeran Benedict, yang terlihat terkejut karena rahasianya terbongkar.
" ...... Dan sayangnya tinggal menunggu waktu saja untuk Yang Mulia Raja mengetahuinya. "
Lanjut Dominict tersenyum puas.
" Kau mencoba mengancamku dengan kebohongan busuk yang kau buat? "
" Sayangnya ini buka hanya sekedar omong kosong belaka, Pangeran. Awalnya aku juga tidak ingin percaya tapi inilah kenyataan. "
Dominict membuat Pangeran Benedict terpojok dengan kata-katanya.
" Jendral, kau mengatakan itu seolah kau sudah menang dariku. Tapi ingat.... Kesalahanmu kali ini juga cukup membuatmu di copot dari jabatanmu. "
Kata pangeran Benedict lalu melangkah keluar dari ruangan Dominict. di koridor biro militer Pangeran Benedict tampak sangat kesal sampai ia memukul dinding dengan keras hingga membuat tangannya terluka.
" Sial! Bagaimana dia tahu semua itu. aku tidak akan membiarkan dia mengacaukan rencanaku. " Pangeran Benedict mengeram kesal setelah ia tahu Dominict mengetahui rahasianya.
Sementara itu di dalam kantornya, Dominict juga tampaknya tersulut emosi dengan perkataan Pangeran Benedict.
" Aku tidak akan membiarkan kau menjalankan rencana busukmu, Pangeran. "
Dominict mengepalkan tangannya dengan kuat, tampak raut kekesalan dan marah di wajahnya.
Tiba-tiba...
Terdengar ketukan di jendela kaca di samping kiri ruangan Dominict yang menghadap ke taman istana. Lalu Dominict menoleh ke jendela dan melihat Putri Ana disana sedang mengetuk jendela ruang kantornya.
" Yang Mulia?! apa yang Anda lakukan? "
Dominict terkejut begitu ia melihat Putri Ana yang mengetuk jendela dan berusaha masuk dari jendela ruangan kantor Dominict.
" Sssttt!! Buka jendelanya!! "
Putri Ana memberi isyarat agar tidak berik dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir sebagai isyarat agar Dominict tak berisik.
" Apa yang kau lakukan di sini? " Tanya, Dominict sedikit panik saat melihat Putri Ana yang mencoba masuk dari jendela.
Dominict mendekat lalu membuka jendela dengan perlahan.
" Dominict.... Aku... Eh?! "
" Masuk!! " Dominict, menarik tangan Putri Ana dan membawanya masuk kedalam kantornya sebelum ada yang melihat Putri Ana yang mengendap-endap ke kantornya.
" Apa yang kau lakukan di sini bagaimana kalau ada yang melihatmu di sini? " Kata, Dominict.
" A.. Aku hanya ingin melihat keadaanmu saja, aku tidak bisa lewat pintu depan di sana ada penjaga. jadi..... kau baik-baik saja, kan? " Jelas, Putri Ana.
Dominict tampak memijat pelipisnya sambil menghela nafas panjang tampak dia sangat frustrasi dengan tingkah Putri Ana ini.
" Aku benar-benar akan kehilangan jabatanku kalau begini caranya. "
" kau bilang apa? " Tanya, Putri Ana tampak dak mendengar Dominict yang menggumam.
Putri Ana melihat luka di tubuh Dominict tampak khawatir.
" Kau baik-baik saja, kan? "
sesaat Dominict terdiam sebelum ia menjawab.
" I.. Iya aku baik-baik saja. Sebaiknya Anda cepat pergi sebelum ada yang tahu Anda di sini, Yang Mulia. " Kata, Dominict lagi tampak acuh tak acuh.
" Ini... " Putri Ana memperlihatkan obat yang ia bawa untuk Dominict.
" Apa ini? "
" A... Aku bawakanmu obat. "
" Yang Mulia, Anda tidak perlu melakukan ini aku bisa mengurus diriku sendiri. " Ucap Dominict.
" Maafkan aku, aku hanya.... "
Tok..tok..tok..
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kantor Dominict yang membuat Dominict dan Putri Ana panik dan mencoba mencari teman untuk menyembunyikan Putri Ana.
" Jendral, apa anda baik-baik saja? Saya bawakan anda obat. " terdengar suara seorang pria di luar sana.
" Ke mari! "
Dominict tangan Putri Ana dan berusaha menyembunyikan Putri Ana agar tak terjadi masalah lagi. Dominict tampak kelimpungan mencari tempat untuk menyembunyikan Putri Ana.
Lalu pada akhirnya Dominict menyuruh Putri Ana bersembunyi di bawah meja kerjanya kemudian Dominict menarik kursi dan duduk di sana untuk menyembunyikan Putri Ana di bawah meja.
" Masuklah! " Kata Dominict mempersilahkan pelayan itu untuk masuk setelah ia menyembunyikan Putri Ana di bawah meja tepat di hadapannya.
" Jendral, saya Bakan obat untuk mengobati luka anda. "
Tampak seorang pelayan pria lengkap dengan stelan jas hitamnya masuk kedalam kantor Dominict dan melihat Dominict sedang duduk di di meja kerjanya sambil membersihkan luka di tubuhnya dengan handuk hangat.
Sementara itu, Putri Ana yang berada di bawah meja tepat di hadapan Dominict yang sedang duduk dan berusaha menyembunyikan Sang Putri. Malah diam-diam membuka obat yang ia bawa dan mengoleskannya pada luka di perut Dominict yang sedang telanjang dada.
Sontak dengan cepat Dominict yang merasakan perutnya di sentuh melihat ke bawah meja dan melihat ke arah Putri Ana di sana yang ia sembunyikan di bawah meja tepat di bawah kakinya.
" Apa yang kau lakukan? " Dominict berbisik pelan sambil mengeratkan giginya tampak sedikit kesal.
" Aku hanya mengobatimu. " Jawab, Putri Ana berbisik dari bawah meja sambil terus mengoleskan obat pada perut Dominict.
" Hentikan itu sekarang juga! "
Tampak Dominict mengeratkan giginya dengan kuat. Namun sepertinya Putri Ana tak menghiraukan perintah Dominict dan tetap melakukannya.
" Jendral, apa anda butuh bantuan? Saya akan membantu anda mengobati luka anda, Jendral. " Ucap, Sang Pelayan menawarkan bantuan pada Dominict.
" Tidak, tidak perlu. A.. Aku akan melakukannya sendiri, kau bisa pergi. " Jawab Dominict, masih merasakan sentuhan jari Putri Ana di perutnya.
Tiba-tiba, Dominict memegangi tangan Putri Ana yang terus saya menyentuh perutnya. Namun dengan cepat Putri Ana mengigit tangan Dominict, sontak membuat Dominict berteriak dan meringis.
" Aargk!! " teriak, Dominict kesakitan Merakan tangannya di gigit.
" Anda baik-baik saja, Jendral? "
Pelayan yang masih di sana mendengar rintihan Dominict menghampiri Dominict mencoba memastikan keadaan Dominict. namun dengan cepat Dominict mengentikan pelayan itu dan memintanya agar cepat keluar dari ruangan Dominict.
" Tidak... Tinggalkan aku! Aku akan melakukannya sendiri. "
Mendengar perintah itu dari Dominict akhirnya Sang Pelayan keluar dari ruangan Dominict.
Setelah pelayan itu keluar dari ruangan, Dominict menatap ke arah Putri Ana yang masih bertahan di bawah meja.
" Melihat mu disana, Yang Mulia. Aku jadi mengingat sesuatu. " Kata, Dominict menyeringai menunjukan senyuman nakal.
Menyadari maksud perkataan Dominict, Putri Ana dengan cepat meremas luka di perut Dominict hingga membuatnya merintih dan meringis kesakitan.
" Aaaggkk!? Kau ini! Kau mau mengobatiku atau membunuhku? " Bentak, Dominict.
" Habisnya..... "
Putri Ana tampak santai menanggapi amarah Dominict, dengan mengakat kedua bahunya dengan santai.
" Ka... Kau.... "
Bersambung......
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung