menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15. Haus Akan Kekuasaan
Satu hari setelah berniat untuk mengambil alih Magi, para warga mulai melakukan persiapan. Di Hutan Treeden, banyak hal yang mereka butuhkan: mulai dari membuat panah, meriam, hingga pedang. Semua orang bekerja keras dan mencari bahan-bahan yang diperlukan di setiap penjuru hutan. Raja, Ratu Peri, dan beberapa mantan pejabat kerajaan mulai menyusun rencana untuk berperang. Anak-anak dan orang tua yang tidak bisa menggunakan sihir ditugaskan berada di hutan dekat kota untuk mengoperasikan meriam. Sementara itu, para mantan prajurit dan orang dewasa maju dengan pedang, panah, dan sihir. Semua rencana sedang dipersiapkan dengan matang. Setiap orang di Hutan Treeden tampak sangat sibuk.
"Ratu Peri, kenapa mereka tidak bergerak dari kemarin?"
"Mereka baru bergerak setelah aku menceritakan perjalanan Hill dan kamu, Levia. Lagipula, waktu itu Magi masih berbahaya karena efek sihir terlarang. Jika seseorang mendekat ke Magi, mereka bisa mati. Beruntung, di sini, pohon-pohon Treeden menahan efek itu. Tetapi, setelah tahu pasukan Yidh ada di sana, berarti efeknya sudah hilang."
"Bagaimana kamu tahu perjalanan aku dan Hill? Padahal kami jauh dari Magi, kamu hanya bisa melihat di Magi, kan?"
"Itu karena kalung yang kuberikan padamu, yang selalu kau pakai. Aku bisa melihat perjalanan kalian selama kamu mengenakan kalung itu. Aku ingin melihat apa yang terjadi pada kalian, hahaha."
"Jadi, kalung ini hanya untuk memata-matai saja?"
"Hmm, mungkin saja, hahaha."
---
Sementara itu, di tempat lain, Ratu Elen sedang berjalan menyusuri lorong-lorong gelap. Ia berjalan lurus, lalu berhenti di ujung lorong.
"Hei, Rith, aku punya kabar baik untukmu. Aku bertemu Hill ketika aku pergi ke Magi. Dia mengira aku ibunya. Aku mendorongnya dengan keras, ekspresinya sangat terkejut. Tapi dia berbeda dari yang ada di ingatanmu. Dia mengenakan baju dan jubah kotor yang sobek-sobek, kaki, wajah, dan tangannya penuh bekas luka. Ekspresinya seperti orang yang hampir mati. Dia jauh berbeda dari yang ada di ingatanmu. Tapi siapa sangka, anak sekecil itu terus mencari-cari kamu selama ini, hahaha. Hey, Rith, apakah kamu menangis? Itu sungguh menyedihkan. Aku sempat mencoba mengambil buku yang kau berikan padanya, tapi dia pergi begitu saja. Tapi tak apa, selama dia tahu kamu ada di negara Yidh, dia pasti akan datang kemari. Aku tidak perlu repot mencarikannya. Baiklah, aku akan pergi. Sebaiknya kau jangan coba bunuh diri lagi kalau kamu ingin bertemu dengan anakmu."
"Hill, Hill... maafkan ibu."
---
Elen mulai berjalan kembali di antara lorong-lorong yang gelap, wajahnya tetap dingin.
Aku tidak akan pernah melupakan apa yang telah Magi lakukan di negaraku. Perang ini adalah kesempatan untuk membalaskan dendam atas apa yang telah mereka perbuat. Awalnya, aku berniat melepaskan Rith setelah aku menggunakan sihirku. Namun, setelah aku mendapatkan ingatan tentang sebuah buku, aku harus mendapatkan buku itu. Ternyata, menahan Rith adalah pilihan yang tepat. Anak itu pasti akan datang dengan sendirinya. Ketika aku bertemu lagi dengan Hill, aku akan pastikan bisa merebutnya, meskipun harus dengan kekerasan. Semua ini demi Yidh."
Sementara itu, di Hutan Treeden, terlihat Hill sedang ikut membantu persiapan. Dia memotong kayu-kayu, sementara semua orang di hutan terus bekerja dengan bantuan sihir. Banyak peri yang bergabung untuk membantu, dan persiapan mereka hampir selesai dengan cepat.
Empat hari telah berlalu. Karena banyaknya orang yang bekerja, persiapan ini hampir selesai dalam waktu singkat. Namun, dalam hati Hill, muncul pertanyaan. Apakah ini benar? Pada akhirnya, untuk menyelesaikan masalah, mereka harus bertarung dan saling membunuh. Hill tidak yakin apakah cara ini adalah yang terbaik.
"Hill, kenapa kamu melamun?"
"Levia, aku hanya berpikir apakah ini sudah benar."
Tiba-tiba, suara Helix terdengar.
"Oi, Hill, lihat anak-anak itu. Mereka mungkin seumuran denganmu. Di antara mereka, pasti ada yang kehilangan keluarganya akibat perang yang terjadi. Tak ada seorang pun yang menginginkan perang, tapi terkadang kita harus berperang demi mendapatkan kembali hak kita. Jika mereka terus begini, mereka hanya bisa hidup di hutan. Banyak orang di sini yang tidak punya harta dan tidak tahu harus pergi ke mana. Semakin lama, persediaan makanan mereka akan habis. Mereka semua berjuang untuk merebut hak mereka. Satu-satunya cara adalah bertarung. Kalau hanya memohon tanpa melawan, mungkin mereka akan dijadikan budak. Kamu masih kecil, Hill. Masih banyak yang belum kamu lihat."
Hill terdiam sejenak. Paman Helix mungkin benar.
Tak lama kemudian, Raja Van muncul dan memanggil Hill.
"Hill, kemarilah. Aku akan mengajarkanmu cara memanah."
Sementara itu, di tempat yang dulunya adalah Kota Magi, terlihat banyak pasukan yang sedang bekerja keras. Mereka mencoba membangun rumah, dinding, dan istana.
"Membangun kota itu memang sulit. Meskipun menggunakan sihir, ini tidak akan selesai dengan cepat. Bahkan, lima tahun pun rasanya tidak cukup. Tapi, kenapa Ratu ingin membangun kembali tempat ini?"
"Pakai tanya, tentu saja tempat ini akan menjadi bagian dari Yidh."
"Ini sangat melelahkan."
---
Lima belas hari berlalu. Di Desa Treeden, para rakyat telah menyelesaikan segala yang diperlukan. Raja Van mulai berteriak memberikan pengumuman kepada semua orang.
"Semuaaaanya! Besok kita berangkat ke Kota Magi yang sudah hancur! Kita akan menelusuri hutan ini. Kita bisa langsung bertarung di kota. Jika kita memotong jalan lewat dataran, kita mungkin akan bertarung lebih awal sebelum mencapai kota. Jika itu terjadi, bisa jadi kita akan kehilangan banyak prajurit. Jadi, kita akan terus melewati hutan ini sampai akhirnya kita tiba di barat dekat kota, lalu kita akan bertarung di sana. Meskipun jumlah kita mungkin lebih sedikit, anak-anak dan orang tua yang tidak bisa bertempur akan berada di pinggir hutan, menembakkan meriam untuk melakukan serangan kejutan. Kita tidak punya kuda, tapi kita harus terus berlari menuju kota. Para penyihir akan melindungi kita dari depan sambil menembakkan sihir. Ketika jarak kita sudah cukup dekat dengan musuh, para pengguna pedang akan maju untuk menyerang. Para pemanah akan naik ke tempat tinggi di sekitar kota dan menembakkan panah mereka untuk membantu para pengguna pedang. Begitulah rencana kita. Apakah kalian siap? Apakah kalian siap berkorban demi merebut kembali tanah kita?"
Mendengar itu, seluruh pasukan bersorak dengan semangat. Mereka berteriak, "Siap!"
"Kita juga mendapatkan bantuan dari para peri, dan salah satu peri terkuat, yaitu Ratu Peri, akan membantu kita!"
Tak lama kemudian, Hill berjalan menuju samping Raja Van dan mengangkat tangannya. Seketika, semua orang terdiam.
"Hill, apakah ada yang ingin kau bicarakan?"
Hill merasa gugup berada di depan banyak orang. Suaranya terdengar pelan saat dia mulai berbicara.
"Sebenarnya, aku sudah memikirkan rencana cadangan untuk ini. Aku, Levia, dan Paman Helix sudah membicarakan hal ini. Kami bertiga berencana pergi ke sana lebih dulu. Karena kami memiliki unicorn, kami bisa sampai lebih cepat. Kami berencana mengendap untuk mencari pengguna sihir teleportasi. Jika dia muncul lebih awal, saat tidak ada perang, kami akan segera membawa dia dengan cepat menggunakan unicorn. Dengan begitu, peperangan ini bisa dihindari, dan tidak ada korban yang jatuh. Kalian mungkin akan memerlukan waktu sekitar lima hari untuk sampai di sana, jadi selama kalian berjalan, aku akan menunggu di sana. Aku berharap pengguna teleportasi akan muncul. Begitu dia muncul, aku akan membawanya kepada kalian, dan kita bisa menyuruhnya memindahkan pasukan Yidh kembali. Dengan begitu, kalian tidak perlu bertarung. Itulah rencana yang aku pikirkan."
"Eh, apa yang Hill katakan?"
"Suaranya pelan, aku tidak bisa mendengarnya."
Orang-orang tidak mendengar apa yang Hill katakan karena suaranya terdengar sangat pelan, namun Raja Van dan Ratu Peri bisa mendengarnya dengan jelas. Raja Van tersenyum dan berteriak.
"Hill, bersama dua keluarga terpilih, akan pergi ke sana duluan dan bersembunyi di dekat kota. Mereka akan menunggu, berharap pengguna teleportasi muncul, agar kita bisa mengurangi kemungkinan terjadinya perang dan menghindari korban."
"Hill, bukankah itu berbahaya? Kamu masih anak kecil!"
Raja Van mempercayai Hill, karena dia tahu siapa Hill sebenarnya—Heal The World. Raja Van kemudian meyakinkan para warga untuk tetap mengikuti rencana yang telah disusun, dan membiarkan Hill menjalankan tugasnya.
"Hill, semoga harapanmu untuk menghindari perang itu terwujud."
"Terima kasih, Raja Van."
Hill, Levia, dan Helix mulai menuju tempat unicorn dan menungganginya. Sementara itu, Raja Van menyarankan para warga untuk segera bersiap sebelum keberangkatan mereka keesokan harinya, dan Ratu Peri mulai memerintahkan seluruh peri di hutan untuk bersiap.
"Hill, aku izinkan kamu bertindak seperti ini kali ini saja. Tapi lain kali, jangan lakukan lagi."
"Iya, Levia."
Mereka bertiga mulai terbang dengan unicorn, dan tampak Hill membawa sebuah panah kecil di punggungnya. Helix kemudian berkata.
"Hill, akhir-akhir ini Raja Van mengajarkanmu memanah. Apakah kamu sudah terbiasa?"
"Aku masih belum bisa membidik dengan tepat. Karena itu, aku meminta pengrajin di sana membuatkan panah kecil yang bisa kubawa."
"Dengan panah kecil itu, mungkin kamu tidak akan bisa membunuh. Hanya bisa melukai."
"Itu lebih baik. Aku tidak ingin membunuh siapapun."
---
Waktu terus berlalu. Dari atas, mereka bertiga melihat ke bawah, dan pasukan Yidh terlihat sangat banyak—lebih banyak daripada pasukan penduduk Magi.
"Aku belum pernah melihat Yidh. Apakah negara itu lebih besar dari Magi? Mereka memiliki pasukan yang sangat banyak. Bukankah sebelumnya banyak dari mereka yang tewas akibat ledakan yang terjadi di Magi?"
"Kepada siapa kau bertanya, Levia? Aku dan Hill juga belum pernah melihat Yidh, karena negara itu sangat jauh dan harus melewati lima lautan."
Di bawah mereka, terlihat sebuah bukit dengan beberapa pohon di atasnya. Unicorn terbang menuju bukit itu, lalu mereka pun berhenti dan diam di sana.
"Untuk sekarang, kita akan diam di sini. Mungkin tempat ini cocok."
"Cocok untuk apa, Helix?"
"Cocok untuk membuka peta ini. Peta ini sangat besar, karena berisi peta dunia. Kalian membutuhkan peta, kan? Aku akan menunjukkan ini pada kalian."
Helix membuka peta itu.
"Wah, peta ini sangat lebar."
Sebuah peta dibentangkan.
"Baiklah, akan ku tunjukkan kepada kalian. Ibaratkan begini: saat ini, Magi berada di tengah bumi yang bulat ini, sedangkan Yidh berada di sisi lain, juga di tengah bumi. Karena itu, jarak antara Magi dan Yidh sangat jauh. Kedua negara ini adalah negara sihir terbesar di bumi. Jika kita tidak berhasil mendapatkan pengguna teleportasi, terpaksa kita harus menuju Yidh lewat beberapa tempat. Mungkin rute yang paling dekat adalah melalui barat. Kita akan melewati banyak negara yang kita tidak tahu apakah mereka sedang berperang atau tidak. Bumi ini memiliki empat benua: Deli, Ground, Saqh, dan Zingha. Magi berada di benua Ground, termasuk Kota Disha, sedangkan Yidh berada di Zingha. Jika kita ingin pergi ke Yidh lewat barat, kita akan melewati benua Deli sebelum akhirnya tiba di Zingha. Mungkin untuk saat ini, cukup sampai di sini penjelasannya. Jika kita berhasil mendapatkan pengguna teleportasi, kita bisa langsung pergi ke Yidh tanpa harus melewati banyak tempat."
---
Saat itu, orang-orang Magi, termasuk Hill, tidak menyadari sesuatu yang penting. Mereka semua berpikir bahwa musuh mereka hanyalah Yidh. Mereka mengabaikan fakta bahwa kehancuran Magi sudah terdengar di seluruh negara yang ada di Benua Ground. Negara-negara lain tahu bahwa Magi adalah tempat yang sangat besar dan luas, dan kekacauan yang terjadi tidak hanya dirasakan di sekitar Magi. Setelah mendengar bahwa Magi sudah tidak ada, banyak negara dari Benua Ground mulai merencanakan untuk mengambil alih wilayah Magi. Namun, setiap negara tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam ambisi itu—bukan hanya negara mereka yang ingin menguasai Magi.
---
Semua kekacauan ini dimulai secara tiba-tiba, berawal dari sebuah negara yang diserang, lalu menyebar begitu saja tanpa ada yang tahu alasan pasti mengapa peperangan terjadi. Setiap negara mengalami awal yang sama: mereka hanya bertahan, melindungi diri dari serangan yang datang tanpa peringatan, sampai akhirnya mereka mencoba untuk melawan balik. Seiring berjalannya waktu, ketegangan dan kepanikan semakin meningkat, dan mereka mulai melupakan asal-usul semua kekacauan ini. Mereka hanya ingin bertahan dan mengalahkan musuh, tidak ingin kalah. Waktu terus berlalu, dan akhirnya mereka berperang, masing-masing berkeinginan untuk menguasai wilayah yang lebih luas.
Apakah semua ini adalah bagian dari rencana seseorang atau bukan, itu sudah terlupakan. Yang jelas, mereka menginginkan kekuasaan. Dengan hancurnya Magi, mereka melihat peluang untuk merebut kekuasaan yang lebih besar lagi, yaitu Magi itu sendiri. Namun, mereka tidak tahu bahwa saat ini, Kerajaan Yidh sedang sibuk membangun kembali kota di Magi.
1 hari sudah berlalu. Hari ini adalah hari keberangkatan orang-orang di Treeden menuju kota. Sementara itu, di tempat Hill, mereka terus mencari pengguna teleportasi tanpa diketahui siapa pun. Jauh di bagian selatan Magi, terlihat banyak pasukan sedang bergerak menuju Magi. Di arah timur, pasukan lain juga sedang menuju kota yang hancur itu.
Negara-negara di Benua Ground saat ini sedang bergerak menuju Magi. Apakah semua negara dari Benua Ground akan datang ke Magi? Itu masih belum ada yang tahu. Sementara itu, jauh di bagian utara Magi, terlihat ratusan pasukan yang sedang mengarah ke Magi di tengah hujan, menunggangi kuda.
"Hey, prajurit, berapa lama lagi kita sampai di Magi?"
"Mungkin sekitar tiga hari lagi."
"Kita harus cepat, sebelum negara Jeda tiba. Magi harus menjadi milik kita, Kerajaan Barni!"
"Awas! Awas! Ada serangan mendadak dari arah depan!"
"Cih, lagi-lagi seperti ini, sudah kuduga. Bukan hanya Barni saja yang akan ke Magi."
Sementara itu, jauh di bagian barat Magi, ribuan pasukan sedang menuju kota tersebut.
"Cepatlah, cepatlah! Sebisa mungkin kita harus sampai di sana besok. Jika kita duluan, kita bisa dengan mudah bertahan. Karena itu, aku rela membawa tiga ribu pasukan."
---
Di sebuah bukit dekat bekas kota Magi, Hill, Levia, dan Helix sedang duduk sambil makan.
"Sudah satu hari kita mencari pengguna teleportasi, tetapi kita tidak menemukannya. Hill, Helix, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Sudah kuduga, tidak akan semudah ini. Pengguna teleportasi itu pasti ada di Yidh. Dia tidak akan muncul sebelum terjadi kerusuhan di sini."
"Meskipun begitu, kita harus tetap mencarikannya. Kita punya waktu lima hari sebelum para warga Tiba di hutan Treeden."
"Baiklah, Hill."
Waktu terus berlalu. Mereka bertiga mulai menaiki unicorn lagi dan melanjutkan pencarian untuk menemukan pengguna teleportasi.
---
Sementara itu, di Kota Disha, terlihat Judith yang sedang meniduri kota kecil yang hancur. Bahkan tubuhnya lebih besar dari Kota Disha itu sendiri. Perlahan, dia membuka mata kanannya. Mata besar dengan tiga bola mata berwarna merah, biru, dan hitam, masing-masing memiliki garis silang. Dengan suara yang sangat menyeramkan, dia mulai berbicara pada dirinya sendiri.
"Aku merasakan seribu manusia di dekat wilayahku. Hmm, mereka memiliki perasaan yang sangat dengki dan serakah. Mereka berniat perang. Aku menyukainya. Akan kubiarkan mereka melewati wilayahku."
Setelah berbicara dengan suara menyeramkan, Judith pun menutup matanya lagi.
---
Di sisi lain, di bagian barat, terlihat ribuan pasukan menuju Magi. Namun, berbeda dengan pasukan lainnya, pasukan ini membawa ratusan monster orc yang cukup besar.
---
Di sebuah lorong gelap, terlihat seorang wanita berambut putih yang sedang berbaring dan menangis di dalam jeruji besi.
"Hill, ibu merindukanmu. Semoga kamu baik-baik saja di sana. Hill... Hill... Hill..."
Tak lama kemudian, terdengar suara wanita yang berbicara seolah masuk ke dalam pikiran ibu Hill.
"Rith, suatu hari nanti anakmu akan menyelamatkanmu. Bersabarlah. Makanlah makananmu. Jika dia melihat tubuhmu yang sangat kurus ini, dia akan bersedih."
"Siapa kamu?"
Suara itu tiba-tiba menghilang.