Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya?, ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu s/d Jumat pukul 20.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_04]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Kakek Ilham
Seperti rencananya, Dila sudah berangkat ke Jogja untuk melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi. Perjalanan 2 hari yang lalu terasa lelah namun rasa itu menguap begitu saja sebab semangat yang begitu besar menuntut ilmu dengan tujuan membuat bangga keluarganya.
Flashback on...
"Sepertinya alamat ini sesuai"gumam Dila yang terhenti di depan pagar hitam.
Ia menyesuaikan kertas berukuran 15 cm x 10 cm yang berisi alamat rumah pemberian Mbah Dahlan. Rumah ini sangat enak dipandang oleh mata siapa saja. Keadaannya cukup tenang untuk jiwa belajarnya. Asri, nyaman dan tentram. Rumah yang tidak bertingkat namun juga luas dari luar terlihat ada taman kecil beserta kolam ikan di sisi kanan dekat pagar.
Dila yang terlalu fokus dengan kertasnya tidak menyadari jika seorang wanita paruh baya keluar dari rumah sebelah yang berhimpitan dengan rumah tersebut. Wanita paruh baya itu nampak memperhatikan Dila begitu intens sembari menerawang jauh. Karena ia sepertinya mengenalnya namun lupa mungkin.
“Sepertinya, pernah melihatnya”gumam wanita paruh baya tersebut.
Seorang gadis menggunakan atasan warna pink berlengan panjang, celana bahan warna senada dan pashmina dusty pink. Wajahnya tidak terlalu putih tapi manis berseri diterpa sinar matahari jam 9 pagi. Tampak koper di sebelahnya dan ia nampak memegang sebuah kertas.
"Assalamualaikum"salam wanita paruh baya itu bersuara menyapa Dila. Netra Dila menatapnya dengan mengira ngira.
"Waalaikumsalam bi"balas Dila.
"Gendhuk ayu iki sopo? Lho kok ngenteni neng ngarep pager?"tanya wanita paruh baya itu. (Gadis cantik ini siapa? Kok menunggu di depan pagar?)
"Kulo Dila. Putune Mbah Dahlan bi."jawab Dila (Saya Dila cucunya Mbah Dahlan bi)
Sesuai perintah Mbah Dahlan jika sudah sampai di depan rumah tersebut kalau ada yang bertanya, harus menyertai nama beliau agar bisa dikenali. Nampak wanita paruh baya itu terkejut sedikit kemudian tersenyum gembira menatapnya.
"Ya Allah.... Non kecil akhirnya bisa ketemu. Bibi kangen."ucap wanita paruh baya tersebut yang rasanya ingin memeluk gadis di depannya.
"Memangnya bibi ini siapa?"tanya Dila yang penasaran.
"Ini bibi non. Bi Mina, ART Mbah putrinya Non Dila. Yang dulu Non makan singkong sama bibi"ucap Bi Mina.
Beliau adalah ART yang mengurus rumah peninggalan almarhumah Mbah putrinya Dila bertahun tahun sampai direnovasi pun tetap menjalankan tugasnya. Ia juga mengenal baik Dila dan Dila pun sudah menganggapnya sebagai bagian keluarganya namun dirinya sedikit lupa dengan kenangannya dulu.
"Bi Mina"ucap Dila senang dan hampir terpekik. Ia mencium tangan kanan Bi Minanya takzim.
"Sudah besar saja non. Padahal bibi terakhir melihat itu non masih kecil dan putu (cucu) yang paling manja sama Mbah kakungnya."ucap Bi Mina yang mendapatkan senyuman malu Dila.
"Ish itukan dulu bi"kilah Dila memberengut.
"Hehe, sekarang pun kayaknya masih non. Oiya silahkan masuk kedalam dulu, sini bibi bawa kopernya."ajak Bi Mina.
"Eh..gak usah bi. Dila bisa sendiri kok"tolak halus Dila yang setia dengan kopernya. Ia menggeser pagar tersebut.
"Non Dila gak pernah berubah sedikitpun. Dulu waktu kecil sama persis sikap dan sifat menghormati yang lebih tua darinya. Didikkan almarhumah nyonya tak pernah salah dan juga pasti senang di sana. begitu pula tuan sangat bangga dengan non Dila yang tumbuh menjadi gadis ayu dan baik." bathin Bi Mina yang tersenyum ke arah Dila yang mengajaknya masuk kedalam lalu menutup kembali pagarnya.
Sesampainya di depan pintu utama, Bi Mina langsung saja memutar kuncinya. Terbukalah pintu dengan menampilkan ruang tamu yang di seberangnya terdapat dapur dengan meja makan tersusun rapi. Sebelah kirinya ada 2 kamar yang terdapat kamar mandi didalamnya.
"Non, bibi sampun (sudah) rapikan barang barang kiriman non Dila yang nyampe kemarin. Mari non kita lihat ke dalam kamarnya"ucap Bi Mina bagaikan pemandu turis di suatu pusat wisata. Dila pun terkekeh kecil melihat aksinya.
Pintu kamar terbuka, semua tersusun rapi dan sudah siap untuk disinggahi oleh Dila untuk beberapa waktu kedepan. Kemudian menutup kembali pintu tersebut dan berakhir di sofa ruang tamu.
"Non yang betah ya disini. Setiap hari bibi kesini saat ba'da shubuh sampai jam 8 pagi. Siangnya jam 11 sampai sebelum dzuhur. Tapi kl non Dila pengen bibi bersihkan sore juga gak apa apa"ucap Bi Mina
"Gak usah Bi, biar Dila bersihkan sendiri. Bibi, pagi siang sore gak apa apa tapi urusan bersih bersih dalam rumah urusanku dan bibi bersihin bagian luarnya."ucap Dila yang mengeluarkan sesuatu.
"Baik non, Bibi manut"sahut Bi Mira.
"Oiya, ini ada rengginang dari Subang. Ini mohon diterima Bi"ucap Dila mengulurkan tangannya memberikan 1 plastik panjang itu.
"Ya allah jangan non. Nanti non Dila gak ada makanan"tolak Bi Mina.
"Haiss, Bi Mina jangan sungkan sama aku. Dila bawa 2 kok. Satu buat bibi dan satu buat Dila. Ini"harap Dila yang memperlihatkan satu plastik lagi.
Dengan tak enak hati, Bi Mina menerimanya. Soalnya Dila tipikal orang yang suka memberi namun akan bersikap berbeda jika itu ditolak pemberiannya seperti murung dan sedih.
"Terimakasih ya non."ucap Bi Mina.
"Sama sama bi"senyum Dila mengembang sambil mengajak Bi Mina sarapan teh manis sama rengginang tersebut dengan saling melempar candaan dan tawa antara mereka.
Flashback Off...
Pagi ini Dila bersiap untuk pertama masuk kuliah. Bi Mina sudah membuatkan sarapan untuknya. Entah mengapa hari pertama membuat Dila merinding tanpa ada alasan. Takut dosennya galak, dingin, killer dll.
"Huff, harus tenang. Ini pasti bisa terlewati. Bismillah"monolog Dila menatap cermin dengan menyakinkan dan menyemangati dirinya sendiri.
Setelah rapi dengan penampilan, ia akhirnya menyambar tas beserta kunci motornya. Diluar, Dila mengeluarkan motornya dari pagar dan melihat Bi Mina yang sibuk dengan kegiatannya pagi ini menguras kolam ikan.
"Bi, aku pamit dulu ya. Doain semuanya lancar"pamit Dila yang sudah berada di atas motornya lengkap dengan helm.
"Tentu non, hati hati dijalan dan jangan ngebut"balas Bi Mina
"Siap Bi...kalau begitu, Assalamualaikum"ucap Dila lalu segera menstarter motor kesayangannya ini.
"Waalaikumsalam"sahut Bi Mina mendapatkan sebuah klakson dari Dila. Beliau menutup pagar dan melanjutkan kegiatannya kembali.
▪️▪️▪️▪️▪️
Tok… Tok… Tok
Pintu terketuk oleh seseorang di rumah keluarga Abi Ishaq dan Umi Shita pagi pagi sekali. Aisyah yang tidak punya kegiatan apapun dan mendengar itu langsung saja membuka lalu menerima tamu tersebut. Ternyata yang bertamu di rumahnya saat ini adalah kakeknya bersama dengan Umay. Umay sudah seperti keluarga mereka dan terlihat sebagai asisten Kakek Ilham.
"Assalamualaikum." salam Umay dan Kakek Ilham serempak yang melihat Aisyah telah membuka pintunya.
"Waalaikumsalam. Eh kakek, Bang Umay. Silahkan masuk"ucap Aisyah.
Kakeknya Ustadz Alfi datang bersama Umay dengan sebuah tujuannya untuk mengatakan sesuatu yang sangat penting sepertinya. Kemudian, Aisyah dan Umi Shita membuatkan minum untuk kedua orang yang bertamu ini. Sedangkan Ustadz Alfi dan Abi Ishaq sudah duduk di dekat Kakek Ilham. Setelah semuanya siap, makanan dan minuman segera dihidangkan.
"Abi ada apa datang kemari? kangen sama Ish"pede Abi Ishaq disebelah Umi Shita. Sedangkan Ustadz Alfi ada disebelah Umay dengan semuanya hanya bisa terkekeh kecil menanggapi kepercayaan diri dari seorang gus Ishaq ini yang diluar ekspektasi.
"Cih, untuk apa Abi kangen sama kamu lalu pakai dikawal Umay begini. Biasanya juga dipanggil ke rumah utama buat minta bantuan bukan kangen. Jangan ge'er Ish"ucap Kakek Ilham membuat wajah anak laki lakinya ini lesu dan hanya bisa menghela napasnya pasrah.
"Abi datang kesini ingin berbicara dengan cucu laki lakiku ini"sambung Kakek Ilham menatap Ustadz Alfi. Semuanya mendadak penasaran apalagi Ustadz Alfi yang langsung menatap penuh kakeknya.
"Ada apa kek?"tanya Ustadz Alfi penasaran.
"Kamu tahu rumah sebelah?"tanya Kakek Ilham yang di iyakan oleh Ustadz Alfi.
"Itu punya kakek yang telah direnovasi. Tentu Alfi tahu, karena Alfi pun ikut membersihkannya. Tapi apa hubungannya dengan rumah itu dengan maksud kakek bertemu Alfi?"bingung Ustadz Alfi.
"Kakek akan memberikan rumah sebelah untukmu Alfi" ucap kakek ilham terjeda sebentar yang dibalas kerutan kening dari cucu laki lakinya.
"Untuk Alfi?"tanya Ustadz Alfi yang ingin memastikan kembali apa yang didengarnya saat ini.
"Karena kakek akan menjodohkan kamu dengan cucu sahabat Kakek. Dan rumah itulah yang akan menjadi maharnya nanti"ucap Kakek Ilham serius membuat suasana sepi menyapa sesaat.
deg....
bersambung....
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/