NovelToon NovelToon
Limitless : Reinkarnasi Sang World Breaker

Limitless : Reinkarnasi Sang World Breaker

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Pemain Terhebat / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Reito(HxA)

Setelah mati secara tiba-tiba, Kazuma Hiroshi, seorang programmer jenius, terlahir kembali di dunia lain sebagai seorang World Breaker, kelas terkuat dengan kekuatan yang tak terbatas. Dilengkapi dengan kemampuan manipulasi mana dan sistem yang bisa ia kendalikan layaknya sebuah game, Kazuma segera menyadari bahwa kekuatannya tidak hanya luar biasa, tetapi juga berbahaya. Dalam dunia penuh monster, sihir, dan ancaman dari Reincarnator lain, Kazuma harus belajar memanfaatkan kekuatannya dengan bijak dan menghadapi musuh yang mengincar kehancuran dunia barunya. Petualangan epik ini menguji batas kekuatan, strategi, dan kemanusiaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Pertarungan yang Tak Terduga

Kazuma memegang Kitab Reinkarnasi erat-erat, merasakan energi sihir mengalir melalui tubuhnya. Makhluk raksasa di hadapannya menggertakkan gigi, suara logam pelindungnya berderak seiring gerakannya, menciptakan suasana tegang di sekitar mereka. Sylvia berdiri di samping Kazuma, pedang di tangan dan tatapan serius di wajahnya.

“Dengar, Kazuma. Aku akan menarik perhatian makhluk itu. Sementara itu, kau harus mencari kesempatan untuk memanggil kekuatan dari Kitab itu,” bisik Sylvia, suaranya tenang meski ada ketegangan di sana.

“Apa? Tidak, kita harus—” Kazuma mulai berargumen, tapi Sylvia mengangkat tangannya, memotong ucapannya.

“Tidak ada waktu untuk berdebat! Jika kita membiarkannya menyerang dulu, kita akan kehilangan kesempatan. Percayalah padaku,” katanya tegas.

Kazuma menelan ludah. Ia tidak bisa membiarkan Sylvia menghadapi makhluk itu sendirian, tapi ia juga tahu bahwa ia harus mengikuti rencana jika mereka ingin selamat. Dengan ragu, ia mengangguk, bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan.

Sylvia mengambil langkah maju, menarik perhatian makhluk raksasa itu. “Hey! Di sini!” teriaknya, suaranya penuh keberanian. Makhluk itu menatapnya dengan tatapan kosong, lalu menggeram, seakan mengerti bahwa Sylvia adalah ancaman yang lebih besar.

Kazuma menyaksikan saat Sylvia melompat ke depan, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan luar biasa. Namun, makhluk itu dengan cepat mengangkat senjata besarnya, menghalangi serangan Sylvia. Suara benturan logam bergema, dan Kazuma merasakan getaran dari benturan itu.

Kazuma tidak memiliki banyak waktu untuk merenung. Ia membuka Kitab Reinkarnasi, mencoba menemukan mantra yang tepat untuk memanggil kekuatan yang bisa membantunya. Hal pertama yang ia ingat adalah mantra pemanggilan makhluk. Meski masih ragu, ia berfokus pada tujuan, pada kekuatan yang ada di dalam dirinya.

“Dari kedalaman abyss yang dalam, dengarkan panggilanku!” Kazuma mengucapkan mantra dengan suara tegas, energinya berkumpul di tangannya.

Dari halaman Kitab Reinkarnasi, cahaya cerah mulai bersinar. Kazuma merasakan kekuatan mengalir dari kitab itu, menyebar ke seluruh tubuhnya. Dalam sekejap, sosok makhluk dari kegelapan muncul di sampingnya—sebuah golem api, membara dengan nyala yang menghanguskan.

Makhluk itu berdiri kokoh, siap menghadapi ancaman di hadapannya. Kazuma tersenyum, merasa seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Bantu kami!” perintahnya kepada golem api.

Golem itu mengangguk, lalu berlari menuju makhluk raksasa yang tengah berduel dengan Sylvia. Dengan kekuatan mengagumkan, golem itu meluncurkan bola api besar ke arah makhluk itu. Api meluncur cepat, menciptakan suara gemuruh saat menyengat pelindung makhluk tersebut.

Makhluk itu berbalik, terkejut dengan serangan mendadak. Namun, ia cepat beradaptasi, menghindari serangan itu dengan lincah dan membalas dengan ayunan senjata besarnya. Senjata itu menghantam tanah dengan keras, membuat tanah bergetar dan mengirimkan batu-batu kecil terbang ke segala arah.

“Kazuma! Jaga dirimu!” teriak Sylvia, melawan makhluk itu dengan berani.

Kazuma menyaksikan bagaimana Sylvia berjuang melawan raksasa itu dengan keberanian yang luar biasa. Meski mereka berdua berada di bawah tekanan, semangat mereka tidak padam. Kazuma merasa terinspirasi oleh keberanian Sylvia. Dia harus melakukan lebih dari sekadar memanggil golem. Dia harus menemukan cara untuk mengalahkan makhluk ini.

Dengan mantap, Kazuma membuka Kitab Reinkarnasi lagi, mencari informasi lebih lanjut. Halaman demi halaman dibuka, hingga akhirnya dia menemukan mantra lain yang menjanjikan—mantra penguatan.

“Dengan kekuatan yang terpendam, berikan aku keberanian dan kekuatan!” Kazuma mengucapkan mantra itu, merasa energi berputar di sekelilingnya. Kitab itu bersinar lebih terang, dan aura kekuatan mulai mengelilingi tubuhnya.

Kekuatan itu mengalir, memberi Kazuma dorongan yang tak terduga. Ia merasa energinya terisi penuh, seakan dia bisa merasakan setiap aliran sihir di dalam tubuhnya. “Sylvia! Aku sudah siap!” teriaknya.

Sylvia melirik Kazuma, melihat perubahan pada dirinya. “Apa yang kau lakukan? Jangan buang-buang waktu!”

“Aku akan membantu!” Kazuma menjawab, fokus pada makhluk raksasa yang kini tengah menghadapi golem api.

Kazuma berlari, bersiap untuk menyerang. Dengan keberanian baru, ia mengarahkan telapak tangan ke makhluk itu. “Api yang membara, datanglah padaku! Biarkan mereka membakar habis!”

Golem api menyerang lagi, kali ini dengan lebih agresif, memanfaatkan kesempatan saat makhluk itu sedang terfokus pada Sylvia. Kazuma menyaksikan dengan penuh harap saat api menyala dan membakar bagian pelindung makhluk tersebut. Makhluk itu menggeram, berusaha melawan dengan segala tenaga.

“Sekarang, Kazuma!” Sylvia berteriak. “Serang sekarang!”

Kazuma mengambil napas dalam-dalam dan mengalirkan semua kekuatannya ke dalam serangan terakhir. Ia memfokuskan semua sihir yang ia miliki, memanggil nyala api terbesar yang bisa ia ciptakan.

“Dari kekuatan yang mengalir, aku memanggil cahaya yang tak terpadamkan! Serang!” Kazuma meluncurkan bola api besar yang menyala-nyala, menghantam makhluk raksasa itu dengan kecepatan yang luar biasa.

Bola api itu mengenai makhluk tepat di dada, dan suara ledakan menggema di seluruh hutan. Api melahap tubuh makhluk raksasa, membuatnya terhuyung mundur dengan jeritan yang menggema. Makhluk itu berusaha untuk bertahan, tetapi kekuatan gabungan dari Kazuma dan Sylvia terlalu kuat.

Kazuma dan Sylvia saling berpandangan. Mereka tidak bisa percaya apa yang baru saja mereka lakukan. Tapi kemenangan mereka tidak berlangsung lama. Makhluk itu terjatuh, tetapi saat ia terjatuh, ia menimbulkan gelombang kejut yang hebat. Kazuma dan Sylvia terlempar ke belakang oleh kekuatan yang luar biasa.

Kazuma terjatuh di tanah, pemandangannya berputar. Dia berusaha mengumpulkan dirinya, merasa kesakitan di seluruh tubuhnya. Ketika matanya kembali fokus, dia melihat makhluk itu tergeletak di tanah, tetapi tidak sepenuhnya hilang. Bagian tubuhnya mulai bergetar, dan Kazuma bisa merasakan bahwa mereka belum sepenuhnya aman.

“Ayo, kita harus pergi!” teriak Sylvia, menolong Kazuma untuk berdiri.

Kazuma mengangguk, meski kakinya masih lemah. Mereka berdua bergegas menjauh dari makhluk yang tergeletak, berharap bisa menemukan perlindungan sebelum makhluk itu bisa bangkit lagi. Dalam perjalanan, Kazuma melihat kembali ke arah makhluk itu dan menyadari betapa besar ancaman yang sebenarnya mereka hadapi.

Mereka melanjutkan berlari hingga tiba di sebuah area terbuka, tempat di mana pepohonan tidak terlalu rapat. Kazuma dan Sylvia berhenti sejenak, berusaha mengatur napas.

“Kita berhasil,” kata Sylvia, masih terengah-engah. “Tapi kita tidak bisa berhenti sekarang. Penjaga Keseimbangan pasti akan mengirim lebih banyak makhluk setelah kita.”

Kazuma mengangguk, tapi kepalanya masih berputar. “Apa yang terjadi dengan makhluk itu? Kenapa dia tidak mati?”

Sylvia mengerutkan kening. “Makhluk itu mungkin hanya terluka parah, tapi bukan berarti ia tidak bisa bangkit kembali. Kita harus mencari tempat yang lebih aman, tempat di mana kita bisa beristirahat dan merencanakan langkah selanjutnya.”

“Di mana kita bisa menemukan tempat aman?” tanya Kazuma, masih merasa lelah.

“Di utara, ada desa kecil. Aku pernah mendengar bahwa penduduk desa itu bersahabat dengan para pemburu. Mereka mungkin bisa membantu kita,” kata Sylvia.

Kazuma merasa sedikit lega. Setidaknya mereka memiliki tujuan. “Baiklah. Mari kita pergi.”

Mereka melanjutkan perjalanan ke utara, berharap bisa mencapai desa itu sebelum Penjaga Keseimbangan menemukan jejak mereka. Setiap langkah terasa berat, tetapi semangat untuk bertahan hidup terus mendorong mereka maju.

Dalam perjalanan, Kazuma terus berpikir tentang apa yang baru saja terjadi. Kekuatan yang mengalir melalui Kitab Reinkarnasi, pertarungan yang menegangkan, dan pengkhianatan yang mungkin mengintai di balik setiap sudut. Dia merasa seolah dunia ini penuh dengan teka-teki yang harus ia pecahkan, dan satu-satunya cara untuk melanjutkan adalah dengan terus bergerak maju.

Namun, di dalam hatinya, satu pertanyaan masih menghantuinya—apa yang sebenarnya diinginkan Penjaga Keseimbangan itu? Apa motivasi mereka sebenarnya? Kazuma tahu ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini—dan dia harus menemukan jawabannya sebelum semuanya terlambat.

Sambil terus berjalan, Kazuma melirik Sylvia. Gadis itu tampak kuat, tapi jelas ada banyak hal yang masih ia sembunyikan. Kazuma tak bisa sepenuhnya menebak apa yang sedang dia pikirkan, tapi satu hal pasti—mereka berdua kini terjebak dalam permainan yang jauh lebih berbahaya dari yang pernah mereka bayangkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!