Dikhianati Suami Dapat Berondong

Pagi-pagi sekali ada seseorang mengetuk rumah milik Maura, sementara Deva tidak ada di rumah karena menginap di rumah teman kuliahnya. Untungnya saja saat Maura melakukan video call semalam, Deva benar-benar berada di rumah teman kuliahnya yang memang baik dan tidak pernah memojokkan Deva karena sang Papa menikah dengan daun muda.

Ting tong

Maura baru selesai sarapan, dia membuka pintu dan sebuah buket bunga black rose tepat berada di depan wajahnya saat membuka pintu.

“Permisi, kiriman paket permintaan maaf untuk Nona Maura dari adeknya yang sudah kurang ajar semalam.“ Tentu saja itu Gavriel, pemuda itu nekad agar Maura tak marah lagi padanya, bahkan untuk menjadi adek-adek'an pun jadi. Bahkan Gavriel bicara menirukan gaya bicara Edna Mode di The Incredible, salah satu tokoh di film kartun.

Bibir Maura berkedut, baru kemarin dia mengatakan tokoh kartun favoritnya ternyata Gavriel langsung mengingatnya.

Gavriel yang menyembunyikan wajah di belakang buket mawar hitam, dengan perlahan menyembulkan wajahnya.

“I am sorry I unintentionally hurt you! Bunga mawar hitam ini melambangkan awal baru dan sebagai simbol kelahiran kembali. Kamu mau menerima nya?“

Baru saja Maura ingin menerima buket itu, tapi ada yang aneh dengan bunga mawar hitam tersebut. “Fake???“

“Mawar hitam asli itu sangat langka, Mbak. Kalo kamu suka, suatu hari nanti aku akan mencarinya ke seluruh penjuru negeri.“

Ya, mawar hitam itu palsu.

“Hahahaha... ya ampun Gav! Baru kali ini aku diberi bunga palsu!“ Maura tergelak.

“Mhueee... ambil dong. Tau nggak satu lagi makna dari bunga yang aku kasih ke Mbak ini?“

“Apa?“

“Bunga ini nggak akan pernah layu seperti cintaku pada Mbak, bakalan awet selamanya.“ Gavriel terkekeh.

“Bercanda saja kamu!“ Maura hanya menganggap angin lalu ucapan cinta dari Gavriel.

“Mbak! Laper! Aku buru-buru kesini, takutnya Mbak udah pergi kerja. Ada sarapan?“ Gavriel memukul-mukul kecil perut sixpack nya seperti anak kecil yang minta makan pada ibunya.

Sekali lagi Maura tergelak, “Masuklah, kebetulan aku baru selesai sarapan. Aku buatkan yang baru untukmu!“

Gavriel masuk dengan hati senang, tak sia-sia memikirkan cara meminta maaf pada Maura sepanjang malam. Bahkan ada lingkaran hitam di bawah matanya, namun sepertinya Maura tak menyadari nya.

“Putri Mbak kemana, masih tidur?" Gavriel celingukan mengedarkan pandangan ke penjuru rumah. Isi rumah Maura dominan dengan kesan sederhana namun elegan, bagi si berondong mirip penghuninya begitu 'mewah' dengan caranya.

“Dia nginep di rumah temennya, katanya ada kerja kelompok. Aku udah video call, jadi aku percaya dia nggak bohong.“

Gavriel hanya mengangguk, Maura juga bercerita tentang putrinya yang sering pulang malam atau berubah sikap setelah perceraian Maura dan Raka.

“Putrimu sepertinya membaik.“

“Aku harap begitu. Duduk lah, kamu suka nasi goreng? Diluar negeri sering sarapan apa?“

“Nasgor aku suka, sejak datang ke Indonesia beberapa bulan ini... lidahku malah maunya makan masakan Indonesia terus.“

Maura tersenyum begitu cantik membuat hati Gavriel semakin meleleh.

“Bentar aku buatin dulu," Maura sibuk memasak.

Sementara Gavriel mengelilingi ruang tamu dan ruang tengah, matanya tertuju pada foto dua wanita di dalam nya. Dua-duanya sama cantiknya, wajah Maura bahkan terlihat seperti kakak Deva daripada ibunya.

“Jadi benar dugaanku, nama Deva yang aku dengar saat di restoran adalah Deva kenalanku. Hm, udah lama nggak ketemu dia. Apa dia masih sering ke club tempatku dulu disana?“

Tak lama Maura memanggil Gavriel karena nasgor sudah siap, Gavriel akan merahasiakan tentang Deva karena tak ingin Maura salah paham apalagi Deva pernah menyatakan cinta padanya.

Gavriel begitu tergoda dengan tampilan dari nasgor ala Maura, banyak sekali topping nya. Ada suwiran ayam, sosis dan bakso bahkan telor ceplok.

“Wow! Dari tampilannya saja bikin ngiler! Ya Tuhan... jadikan wanita yang menggoreng nasgor ini menjadi pendamping hidupku agar perutku bisa makan enak terus di sepanjang hidupku.“

“Belum juga dicoba, udah gombal duluan! Ck!“ Maura geleng-geleng kepala.

“Am! Nyam nyam...“ Gavriel yang benar-benar kelaparan mulai menyuap dan mengunyah. “Delicious!“

Gavriel tak bicara lagi, pemuda itu sepenuhnya fokus pada nasgor yang terasa lezat di lidahnya.

Tiba-tiba saat nasgor sudah mulai habis, Gavriel bersendawa keras.

“Ups! Sorry!“

Maura tergelak, benar-benar saat bersama sang Berondong hidupnya penuh dengan tawa.

“Lihatlah, kau terus tertawa saat bersama ku. Bisakah aku jadi kekasih mu saja daripada jadi adikmu?“ kali ini nada suara Gavriel terdengar serius tidak bercanda seperti tadi.

Maura bukan tidak mengerti tentang sikap Gavriel padanya sejak ia dibawa kabur dari restoran hari kemarin, dia bisa menebak perasaan Berondong itu padanya. Persis seperti Daniel, karena tatapan mata Gavriel mengartikan jika pemuda itu suka pada Maura sebagai suka seorang pria pada wanita.

Maura sengaja membatasi hubungan mereka dengan embel-embel adik, agar perasaan nya tidak tersentuh oleh sikap Gavriel padanya.

Ya, Maura merasakan getaran itu. Getaran suka antara wanita pada laki-laki. Hanya saja ia sadar diri, siapa lah dirinya? Hanya Janda beranak satu, bahkan anak yang sudah hampir dewasa. Pantas kah seorang wanita dewasa plus Janda sepertinya menjalin hubungan dengan laki-laki yang usianya terpaut terlalu jauh darinya.

Tidak mungkin pantas! Jadi sebisa mungkin Maura membatasi diri, meski Gavriel selalu bisa menggetarkan hatinya seperti saat dulu Raka masuk ke dalam hatinya.

Apakah itu cinta baru baginya? Maura mengakui jika percikan cinta itu sudah ada, namun Maura sengaja tak ingin memperbesar percikan itu menjadi api yang berkobar dan nantinya malah semakin membesar.

“Aku nggak mau jadi adikmu dan memanggil mu Mbak, aku akan memperjuangkan hatimu. Kau mau berusaha membukanya untukku?“ Kembali Gavriel menyatakan perasaannya.

Maura termenung, ia hanya ingin merasa nyaman bersama Gavriel tapi pemuda Berondong itu malah membuat perasaannya semakin kacau.

“Gav... a-aku...“

Gavriel mengangkat tangannya, “Kamu nggak usah jawab sekarang, aku tau kamu akan menolak. Hanya berikan saja aku kesempatan, agar kamu bisa lebih mengenal ku lagi dan percaya padaku. Aku hanya minta kamu nggak menjauhi ku atau memintaku untuk menjauh.“

Nada Gavriel benar-benar serius, bahkan positive vibes sang Berondong saat bicara sedikit membuat hati Maura hangat.

Lagipula, akan aneh bukan jika ia mulai menyukai pria lain disaat ia baru saja berpisah? Apa perasaan nya timbul karena Gavriel orang yang ceria dan membuatnya selalu tertawa bahagia dan itu bukan cinta tapi hanya rasa nyaman?

Ah! Entahlah...

Apa yang harus aku jawab? Pikir Maura tak ingin salah langkah.