Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kau Boleh Menyakitiku Tapi Jangan Anak-Anakku!
PLAK!
Vania menampar Yura dengan keras.
“Jangan sok perhatian kamu! Kau senang kan, aku ditampar Mas Yoga!“ Vania bahkan mendorong tubuh Yura.
“Bundaaaaaa!“
Nevan memeluk tubuh Yura, bocah lima tahun itu mendelik tajam pada Vania. “Jangan sakiti Bunda! Kamu wanita jahat!“
“Hei, Nak! Gini-gini... aku ini ibu kandung kamu, yang mengandung dan melahirkan kamu ke dunia! Harusnya kamu itu belain Mama bukan dia, Nevan!“ bentak Vania seraya menunjuk wajah Yura.
"Jangan membentak putraku, Mbak! Kau boleh menyakiti ku tapi jangan anak-anakku!“ balas Yura, kali ini dia tidak berakting. Dua hal yang tidak akan pernah ditolerir oleh Yura, jika ada yang berani menyakiti tubuh Aruna yang dia rasuki dan jika ada yang menyakiti kedua anak sambungnya.
Vania terbungkam, dia baru tersadar jika dirinya terlalu berlebihan mendalami perannya. Tamparan dari Yoga menodai harga dirinya di hadapan orang-orang, dia pikir Yoga tidak akan pernah berani menyakiti fisiknya saking cintanya Yoga padanya tapi ekpektasi nya melenceng.
Salah besar! Pikiran Yoga sedang dipenuhi oleh Aruna dan Aruna tak ada lagi tentang Vania. Selama beberapa hari ini Yoga merasakan jika sikap istrinya itu semakin melunak dan bicara lembut padanya meskipun dia belum meniduri Aruna tapi mendapatkan respon positif dari Aruna harapannya semakin membumbung tinggi untuk bisa terus bersama Aruna.
Saat sampai di meja makan keluarga Yoga, Alaric berdehem keras hingga atensi semua orang mengarah padanya.
“Ah, malam Pak Alaric!“ Emran maju mendekati Alaric, dia mengulurkan tangan dan di sambut oleh Alaric.
“Malam juga, Pak Emran. Saya hanya ingin menyapa Anda, namun sepertinya situasi sedang tak kondusif.“ Ujar Alaric.
Papa Yoga ikut maju mendekati Alaric, “Silahkan bergabung bersama kami, Pak Alaric. Tidak ada yang terjadi, hanya sedikit kesalahan pahaman. Ah... Anda juga sedang bersama tunangan Anda. Selamat malam, Bu Sabrina.“
“Malam juga, Pak Halim.“ Jawab Sabrina pada Ayah dari kekasihnya.
“Mari duduk!“ Ucap Pak Halim kembali, Pria paruh baya itu menoleh pada Yoga. “Ga! Bawa pergi wanita pengganggu itu dari sini!“
Yoga menghela nafas kasar, dia menatap Yura yang berwajah sedih. “Aruna, maaf atas kekasaran Vania. Aku akan membuatnya membayarnya, karena dia sudah berani menyakiti mu!“
Yura hanya diam menunduk, seolah-olah menjadi orang yang paling tersakiti mental serta fisiknya.
Yoga yang masih emosi menyeret tangan Vania yang berteriak-teriak karena menolak untuk pergi dari dalam restoran, teriakan Vania terdengar samar-samar setelah pintu restoran tertutup.
“Em, ayo semuanya duduk.“ Ujar Pak Halim.
Yura duduk di tempatnya kembali, Nevan dan Nessa duduk di sisi kedua sampingnya.
“Silahkan memesan menu makan malam nya, Pak Alaric.“ Emran menawarkan, dia menoleh pada Sabrina. “Bu Sabrina masih menyukai steak rib eye?“
Pak Halim menyenggol lengan putranya agar tidak keterlaluan.
“Wah, Pak Emran sepertinya mengenal dekat tunangan saya sampai bisa mengetahui makanan kesukaannya di restoran?“ Alaric memasang wajah datar, kali ini Sabrina yang menyenggol lengan Alaric.
Alaric mendekatkan mulutnya di telinga Sabrina, “Hanya ikut mengikuti sandiwara kalian, aku juga menginginkan bayaran darimu atas aktingku ini nanti.“
Sabrina melotot horor, dia pikir Alaric benar-benar sudah berubah jadi pria dingin ternyata masih ada selera humor dalam diri pria beku itu.
Emran yang merasa cemburu melihat interaksi Sabrina dan Alaric gegas memalingkan wajah.
Makan malam pun kembali tenang, pesanan Alaric dan Sabrina tak lama datang.
“Jadi, kapan kabar baik tentang pernikahan kalian kami dengar?“ tanya Mama Yoga.
“Kami masih belum menentukan,“ Jawab Sabrina, dia masih belum ingin mengumumkan perihal putusnya pertunangannya dengan Alaric. Sebisa mungkin harus kedua orang tuanya yang lebih dulu tau, kartu AS yang dipegang Sabrina tentang kejahatan adiknya masih dia pegang. Itu adalah kartu andalan untuk dibuka di akhir permainan jika sang Ayah masih memaksakan kehendak.
“Hm, padahal kamu cocok sama anak Tante.“ celetuk Mama Yoga pada Sabrina membuat beberapa kepala menoleh padanya.
“Mama!“ tegur Pak Halim pada istrinya.
“Mama cuma bercanda Pah, tapi... dianggap serius juga gapapa.“ Mama Yoga cemberut, Sabrina tipe menantu idealnya. Begitu terlihat lembut dan penurut, menurutnya sangat berbeda dari Vania dan Aruna.
Ah entahlah, tak ada puasnya memilih-milih menantu padahal jangan pernah melihat seseorang dari luarnya saja! Belum tentu Sabrina seperti yang terlihat, bisa saja dia tipe menantu yang akan melawan ibu mertua, bukan?
Alaric tidak perduli dengan obrolan diantara mereka, dia malah diam-diam melirik wajah sedih Yura.
Yura memang masih berakting, dia makan dengan wajah tersakiti dan sesekali sibuk menyuapi si kembar membuat Alaric semakin kagum karena meskipun hanya ibu tiri tapi Yura begitu sayang dan perhatian pada si kembar bahkan Alaric tadi mendengar Yura membela Nevan dari Vania.
Anak sambung saja dia sayang, apalagi anak kandung ya? Kenapa dulu Kania malah tega mengabor-si anak kami, padahal itu anak kandungnya sendiri?! Anakku... harusnya anakku sebentar lagi akan sebesar mereka, bukan?! Alaric menatap si kembar dengan pandangan sendu.
Alaric mengepalkan kedua tangan mengingat masa lalunya yang suram, bahkan Kania ikut meninggal saat proses abor-si. Keluarga Kania masih menaruh den-dam pada Alaric hingga saat ini, penu-sukan yang terjadi padanya pun adalah ulah dari keluarga mantan kekasihnya yang tetap menyalahkan Alaric atas meninggalnya Kania.
Hingga saat ini Alaric tidak pernah mengetahui alasan Kania menggugurkan kandungan dan meninggal saat melakukan nya. Kejadian itu tiga tahun lalu, dimana seluruh dunia Alaric adalah Kania. Kejadian itu sempat membuat Alaric depresi hingga minum obat-obatan yang diresepkan oleh Dokter, sampai akhirnya dia bisa bersikap normal namun dia malah membenci wanita dan tidak mau disentuh oleh wanita.
“Kenapa sejak tadi Anda mencuri-curi pandang pada saya, Tuan Alaric?“ Yura tiba-tiba bicara, obrolan orang-orang di meja makan pun terhenti.
Alaric tersedak steak Tenderloin yang baru saja dikunyah dan ditelan, dia melotot kesal pada Yura karena membongkar kelakuan memalukannya namun wanita itu malah menyeringai seolah memang sengaja mempermainkan Alaric.
___
Maunya up banyak tapi sambil nunggu yang belum baca sampai bab ini ya zheyeng 🤏❤️Bukan apa-apa, bentar lagi mau bab 20, waktunya penilaian 20 bab terbaik dan penentu retensi. Makasih yang selalu baca langsung pas Update ya, aku juga ngerti kok banyak pembaca yg sibuk dengan real-nya dan mungkin gada kuota buat baca jadi kita saling pengertian aja ya🤗
bodoh bangt tuh laki