"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 : Izin Membawanya Pindah
..."Jangan datang jika tidak ingin singgah. Jangan mengaku mencintai jika masih saja menyakiti. Jika memang tulusmu itu nyata, maka buktikan lah. Bukan sekedar topeng berselimut luka."...
...~~~...
Satu Minggu Kemudian.
Hari-hari mulai berlalu, tidak terasa sudah satu minggu Arumi berada di rumah keluarga Dirgantara. Setiap hari, ia tidak pernah kurang perhatian mau itu dari suaminya ataupun mertuanya. Semua orang memperlakukan Arumi dengan sangat baik, bahkan sampai ia pulih dan luka-luka di tubuhnya pun sudah hampir sembuh sepenuhnya.
Tidak lupa setiap hari Alaska menjaga istrinya, diperlakukan bagaikan seorang ratu. Bahkan untuk beres-beres saja tidak diperbolehkan olehnya, sehingga Arumi hanya diam saja di kamar terkadang kumpul di ruang tamu bersama Mama Rina. Sungguh bosan setiap hari tanpa melakukan apa pun, akhirnya kini Arumi telah sehat kembali. Ia mulai membatu Mama Rina di dapur walupun sebelumnya dilarang Alaskan. Namun, karena sedikit memaksa akhirnya mendapatkan izin. darinya.
"Mama mau masak apa sekarang?" tanya Arumi yang kini berada di belakang Mama Rina.
Mama Rina yang sedang memotong sayuran sepontan mendingan ke arah suara. "Arumi, kenapa kamu ke sini? Alaska ini gimana, masa istrinya dibiarkan pergi ke dapur?" ucapnya sedikit kaget.
"Hehe iya Ma. Mas Alaska enggak salah kok Ma, ini kemauan Arumi jadi Mas Alaska mengijinkannya tadi walupun sedikit dipaksa, soalnya Arumi bosan di kamar saja. Sudah lama Arumi kangen memasak di dapur," balas Arumi dengan wajah yang berseri.
"Oh begitu jadi ini kamu yang mau ya? Tapi kamu belum sembuh. Balik lagi saja ke kamar nanti Mama bawakan masakan yang kamu mau, Mama enggak mau menantu Mama sakit lagi," ucapan lembut berharap Arumi mengerti.
"Enggak Ma, Arumi mau di sini! Jangan khawatir, Arumi baik-baik saja kok, ini sudah sembuh udah enakan juga," ucap Arumi menyakinkan.
"Ya sudah kalau itu mau kamu, Mama bolehin asal jangan kecapan ya?" tutur Mama Rina yang akhirnya lulus membolehkan menantunya membantu di dapur.
"Siap Ma. Apa ni yang bisa Arumi bantu? Tapi Mama belum jawab mau masak apa," ucap Arumi yang kini matanya melihat bahan-bahan yang berada di atas meja.
"Oh iya, ini Mama mau buat opor ayam kesukaan Alaska sama sayur capcay. Kamu mau apa? Nanti Mama biarin," ujarnya yang masih memotong sayuran.
"Arumi ngikut saja Ma. Tadi kata Mama Mas Alaska suka opor ayam ya?" tanya Arumi memastikan kembali ucapan Mama Rina.
"Iya Alaska sangat suka sama opor ayam, makanya Mama mau buatin ini sekalian sama Papa Farhan karena sama-sama suka opor ayam. Arumi, kamu serius enggak ingin dibuatkan makanan lain lagi gitu? Ni biar Mama sekalian masakin," ucap Mama Rina yang kini beralih menatap menantunya.
"Emm ... enggak Ma. Arumi mau buatin opor ayam dulu buat Mas Alaska," ucap Arumi yang kini memotong daging ayam dan mencucinya.
"Eh biar Mama saja, nanti kamu kecapean kalau masak itu," ujar Mana Rina yang hendak menghentikan aktifitas Arumi.
"Tidak apa Ma, biar kali ini Arumi yang masakin buat Mas Alaska. Arumi selama ini tidak melayaninya dengan baik. Ini kesempatan Arumi mulai berusaha untuk menjadi istri yang baik," ucap Arumi yang masih meneruskan aktifitasnya.
"Tapi bener kan kamu tidak apa-apa? Nanti Alaska marah sama Mama loh kalau enggak jagain kamu dengan baik," ujar Mana Rina yang masih takut menantunya kenapa-kenapa jika terlalu capek.
"Sudah Ma, Arumi bisa kok. Naha tenang saja. Kita mulai masaknya, sebentar lagi pasti Papa sama Mas Alaska turun untuk sarapan," tutur Arumi yang telatan membuat masakan kesukaan suaminya.
"Iya deh kalau kamu memaksa. Mana bisa apa?" balas Mama Rina dengan gelak tanya yang membuat keduanya tertawa riang. Begitupun pada pelayan lainnya yang hanya senyum-senyum.
Lima belas menit kemudian, kini Arumi juga Mama Rina sudah menyelesaikan masakan yang dibuatnya tadi di dapur. Dilihat tangan lentik Arumi menyiapkan makanan dan di simpan di meja makan yang cukup besar itu.
Masalahnya begitu wangi, sehingga membuat Alaska yang sudah lapar terburu-buru menuruni anak tangga dan duduk di kursi makan yang di depannya ada Arumi sedeng menyiapkan lauk pauk yang dibuatnya tadi, sehingga seisi meja makan penuh dengan makanan yang masih panas.
"Wah masakannya banyak ni," ucap Alaska yang kini menatap meja makan penuh makanan.
Arumi yang melihat Alaska langsung saja terseyum. "Mas mau makan sekarang? Sini biar Arumi siapkan," ucapnya seakan mengerti apa yang suaminya mau.
"Iya sayang, aku sangat lapar sekali. Tolong siapakan istriku yang cantik," ucap Alaska lembut membuat wajah Arumi merah merona dikala Alaska memujinya.
"Iya Mas. Mas mau diambilkan apa saja?" tanya Arumi yang kini berada di samping Alaska dengan detak jantung yang sudah tidak karuan.
"Apa saja yang kamu ambil, Mas pasti suka apalagi orangnya," jawab Alaska dengan menyediakan sebelah matanya.
Blus!
Kini wajah Arumi semakin panas dibuatnya, apalagi pipinya sudah seperti kepiting rebus. Setiap hari, Alaska pasti menggombalinya membuat Arumi tersipu malu, ditambah perhatiannya yang membuat Arumi menjadi semakin yakin kalau Alaska memang suami yang baik.
"Sudah Mas. Cepat makan! Arumi mau panggil Papa dulu," ucap Arumi yang hendak pergi karena tidak ingin lagi dibuat tersipu malu oleh suaminya yang super gombal.
"Eessttt! Mau ke mana? Sudah di sini temani Mas makan! Kalau perlu sekalian suapi Mas," ucap Alaska tersenyum nakal dengan menarik tubuh Arumi, sehingga Arumi duduk dipangkuan suaminya.
"Eh Mas, jangan seperti ini! Arumi malu, nanti ada yang lihat kita," cicit Arumi semakin tidak nyaman jika harus berdekatan dengan Alaska seperti itu.
"Sutt! Diam sayang! Tidak ada yang berani mengganggu kita, apalagi melarang suamimu yang tampan ini berdekatan dengan istrinya," tutur Alaska yang semakin mendekap erat tubuh Arumi.
"Mas udah! Arumi mau panggil Papa," sangkal Arumi yang berusaha lepas dari tubuh Alaska.
Cukup lama, akhirnya Alaska melepaskan Arumi untuk pergi meninggalkannya.
"Huh, akhirnya lepas juga," gumam Arumi sembari memegang dadanya yang masih berdegup kencang.
"Sayang jangan lupa kembali lagi! Mas ada kejutan untuk kamu nanti," teriak Alaska yang membuat Arumi mengerutkan kedua alisnya. Namun, ia tidak mempermasalahkan itu dan hanya mengangguk mengiyakan apa yang Alaska katakan.
Tidak lama dari itu, kini semua anggota keluarga sudah berada di meja makan dan sedang menyantap makanan yang dibuat Mama Rina juga Arumi.
"Bisa juga wanita itu masak seenak ini, tapi ada yang berbeda dari rasanya. Entah kenapa aku sangat menyukainya," batin Alaska berucap sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Sangat enak kan Alaska masakan Arumi?" tanya Mama Rina dengan tersenyum melihat Alaska yang lahap memakan opor ayam buatan istrinya.
"Hem, iya Ma. Sangat enak, istriku ini selain cantik ternyata pinter masak juga," tutur Alaska di sela memasukan makanan ke dalam mulutnya. Namun, jauh di lubuk hatinya menyimpan rasa muak harus bersikap baik terus seperti ini di depan keluarga hanya supaya Papa Farhan percaya.
Arumi hanya tersenyum mendapatkan pujian dari suaminya yang semakin hari membuatnya bahagia. Ia juga mulai merasakan rasa yang berada kepada Alaska, entah itu apa Arumi juga belum tahu pasti.
"Pa, nanti Alaska mau bawa Arumi ke rumah barunya. Alaska sudah menyiapkan barang bawaannya tinggal berangkat," ucap Alaska tiba-tiba setelah beres menyantap sarapan paginya.