Elsya adalah seorang anak perempuan yang bisa melihat sosok tak kasat mata, saat memasuki taman kanak-kanak ia bertemu dengan sosok perempuan yang kini menjadi temannya, karena hal itu ia kadang terlihat berbicara sendiri dan membuat orang-orang di sekitarnya menganggap ia anak aneh.
Anggapan itu lah yang membuat ia tidak memilih teman di sekolah, dan ada hal lain yang menjadikan Elsya sasaran empuk para preman di sekolah untuk melakukan kejahatan padanya.
Elsya hanya tinggal bersama kakak kandungnya, kalau bukan support dari kakaknya ia tidak akan mampu bertahan.
Hingga suatu hari Elsya harus berpisah selama-lamanya dengan teman gaibnya, itu membuat Elsya sangat sedih dan memutuskan untuk menutup mata batinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Sudah siap? Gimana kaki lu?" tanya Elzein.
"Sebenarnya sudah aman, tapi gue belum bisa lepas kalau jalan jauh."
Elsya tengah siap-siap untuk berangkat ke sekolah, ia akan ikut liburan. Berkat bujukan Elzein, Elsya memutuskan berubah ia tidak akan membiarkan orang lain membully nya lagi bahkan kembali ke setelan awal, senggol dikit tinju melayang.
"Turunnya nanti pelan-pelan Sya." Elzein pun turun duluan dengan membawakan tongkat adiknya.
Setelah siap Elsya juga turun ke bawah, Elzein yang menunggu Elsya di tangga dengan sigap membantu adiknya jalan ke mobil.
"Bisa gak? Gue gendong ya?" tanya Elzein yang super protektif ke adiknya.
Hari ini lantai bawah rumahnya mereka mulai renov untuk cafe, jadi banyak material yang berserakan.
"Gak apa-apa kak, gue bisa." dengan langkah pelan Elsya berhasil sampai di mobil.
Elzein langsung saja melajukan mobilnya ke sekolah Elsya, karena sudah pindah jarak rumah Elsya tentu memakan waktu yang cukup lama sekitar empat puluh menit, padahal biasanya hanya sekitar sepuluh sampai lima belas menit.
"Sampai, pelan-pelan turunnya."
Setelah turun dari mobil, Elzein menemani adiknya sampai di depan kelasnya, untuk memastikan adiknya tidak kenapa-napa.
Elzein akan menunggu Elsya sampai selesai, jika saja Elsya tidak sedang sakit sudah pasti Elzein membiarkan adiknya membawa motor sendirian.
"Gue tungguin lu di mobil," ucap Elzein saat Elsya sudah sampai di depan kelasnya.
"Oke."
Elsya pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelasnya, tentu saja semua yang sudah datang melihat ke arah Elsya.
Tidak ada satu pun yang bertanya kepada Elsya, ia pun hanya berjalan terus ke tempat duduknya.
"Lu kenapa?" tanya ketua kelasnya Elsya, setelah ia duduk di kursinya.
"Harusnya lu tau," ucap Elsya.
Semua orang masih melihat ke arah Elsya, itu membuat Elsya merasa tidak nyaman.
"Kenapa lihat-lihat?" tanya Elsya ke teman sekelasnya itu.
Bukannya menjawab sontak mereka semua memalingkan wajahnya dari Elsya, dan kembali melanjutkan perbincangan mereka.
Elsya hanya menatap mereka dengan tenang, sampai akhirnya geng M datang dan membuat keributan seperti biasanya.
Monica yang baru masuk langsung melihat ke arah Elsya, "Widiiiih sudah masuk dia," ucap Monica kesenangan.
Keempat antek-anteknya juga melihat Elsya dengan tersenyum, "Hai sudah sehat lu?" tanya Mimi.
Elsya hanya melihat mereka tanpa ekspresi, geng M mendekati Elsya.
"Kenapa lu lihat-lihat gue? Mau kita buat masuk rumah sakit lagi?" tanya Monica pas di depan muka Elsya.
Elsya tetap diam dan tidak menggubris perkataan Monica, "Kasian gak bisa ngapa-ngapain."
"Jauh wajah lu dari hadapan gue," ucap Elsya masih dengan menatap Monica.
"Kalau gue gak mau gimana?" tanya Monica.
Awalnya Elsya masih membiarkan, sampai akhirnya Maya melempar kedua tongkat Elsya ke lantai.
"Lu tanpa ini juga gak bisa jalan, jadi jangan belagu." Sontak Elsya melayangkan tinjunya tepat di pipi Monica.
Masih dengan ekspresi datarnya, "Jangan buat gue marah atau gue habisi bos kalian."
Monica masih syok karena tidak percaya dapat pukulan dari Elsya, "Gila lu ya?" ucap Mika membantu Monica duduk di tempatnya.
"Gue laporin ya kelakuan lu ke orang tua gue," ucap Meli.
"Orang tua lu polisi?" tanya Elsya melihat ke arah Meli.
"Iya, takut kan lu?"
"Ternyata orang tua lu pelakunya," Elsya tidak habis pikir mereka bisa menutupi kelakuannya anaknya, "Bilangin orang tua lu, kakak gue masih punya salinan bukti-buktinya, lu laporin gue juga bisa."
"Berani ya lu?" Meli mendekat ke arah Elsya dan berniat untuk menamparnya tapi Elsya lebih dulu menahan tangan Meli.
"Sudah sudah," ucap Fabian, sang ketua kelas.
"Dih tumben banget," ucap Elsya dalam hati sambil melepaskan tangan Meli.
Meli kembali ke tempat duduknya, begitu pun dengan Maya, Elsya yang melihat itu langsung saja teriak.
"Heh, ambilin tongkat gue!" Maya langsung mengambilkan tongkat Elsya.
"Widih keren juga lu," ucap mbak Kun yang sudah duduk anteng di meja Elsya.
"Diem lu Kun, gue lagi emosi." Mbak Kun langsung pergi.
Suasana kelas yang awalnya ribut seketika senyap karena geng M, "Geng M bisa gak sih kalian itu dateng gak buat keributan?" tanya Fabian.
Sontak semua mata melihat ke Fabian sang ketua kelas, biasanya dia tidak akan menegur terang-terangan.
"Apa sih lu, gak usah ikut campur," sahut Monica.
"Udah berapa kali ya gue bilangin, kenapa lu masih aja buat keributan."
"Ada apa ini ribut-ribut?" wali kelas Elsya masuk ke dalam kelas.
"Oh, Elsya sudah sembuh?" tanya wali kelasnya saat melihat Elsya.
"Belum sepenuhnya bu."
"Baiklah, sekarang kita bahas soal liburan kalian," ucap wali kelas memulai pembicaraan.
Elsya hanya diam dan ikut suara terbanyak, bagaimana pun sebenarnya ia tidak ingin ikut, jika saja bukan kakaknya yang meminta ia tidak akan buang-buang tenaga untuk pergi.
Elzein yang menunggu di mobil di buat tertawa karena mbak Kun, Elzein sangat senang mendengar laporan mbak Kun karena Elsya membalas perbuatan orang-orang yang menyakitinya.
"Huuft harusnya bunda dari awal tidak mengatakan kalimat itu Sya, pasti selama ini lu tersiksa."
"Loh Elsya," ucap Elzein kaget saat melihat adiknya tengah berjalan ke arahnya. "Kenapa dia gak nelpon."
Dengan cepat Elzein menghampiri Elsya, "Kenapa gak telpon?"
"Gak perlu, bantuin turun." Elzein langsung membantu adiknya untuk turun tangga.
Saat itu pun Elzein melihat teman-teman sekelas adiknya, "Gak usah di lihatin," ucap Elsya saat menyadari kakaknya melihat teman sekelasnya.
"Gimana rapatnya?"
"Liburannya seminggu setelah ujian," ucap Elsya.
"Dimana?"
"Pantai T, nanti berangkatnya naik Bus ke sana."
"Biaya? terus kelas kalian aja gitu?"
"Bareng ko sama kelas lain, tadi tuh wali kelas cuma minta kesepakatannya aja ke pantai T kalau misal kelas kami gak setuju baru ubah haluan, biayanya nanti pake uang kas kalau gak cukup baru di tambah," jelas Elsya panjang lebar.
"Oke-oke," ucap Elzein sambil menganggukkan kepalanya.
Untuk beberapa detik mereka berdua diam-diaman, Elsya sedikit merasa heran kenapa kakaknya itu tidak menanyakan perihal geng M.
Elsya melihat ke belakang, tapi mbak Kun juga gak ada.
"Cari si Kun?" tanya Elzein, Elsya menganggukkan kepalanya cepat. "Gak tau kemana."
"Dia laporan tadi?" tanya Elsya.
"Iya dong, kerja bagus Sya," Elsya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Ia sangat puas hari ini, Elsya berharap mereka tidak seenaknya lagi dengannya.
Sesampainya di rumah Elsya langsung istirahat, sedangkan Elzein ke kampus karena ada jam pelajaran.
jika bersedia km bs follow ak dan ak bs undang kamu mksh.