Terjerat Gairah Sang Pembantu

Karena semua hasrat harus digagalkan oleh Lucas membuat Cani sangat kesal sebenarnya. Lucas tetap bersikukuh tidak mau melanjutkan, padahal Cani sudah sangat siap mendapatkan hal yang sangat ia inginkan. “Menyebalkan!” umpat Cani dikala ia sudah masuk kedalam kamar. 

Sengaja Cani menunggu apakah mungkin Lucas tetap bisa menahan hasrat yang sudah datang. Nyatanya Lucas sangat setia dengan Zoya, hingga pria itu pergi kerja begitu saja meninggalkan Cani yang sudah sangat bergairah. 

Padahal Cani sangat suka dengan sentuhan dari Lucas, ia suka dan ingin merasakannya lagi dan lagi. Cani tidak tahu apakah masih ada keberuntungan dirinya dalam hal itu atau tidak. Cani memegang pahanya sendiri, lalu turun menuju area bawahnya yang sudah basah. 

Tangan Cani memegang miliknya sambil membayangkan jika itu tangan Lucas. Tapi, cepat-cepat Cani jauhkan tangannya dari miliknya sendiri. Murni karna Cani ingin mendapatkan sentuhan dari Lucas, bukan pada dirinya sendiri. 

“Sial! Aku gagal mendapatkan sentuhan!” Cani menjadi kesal sendiri jadinya. 

~

Sementara itu ada Zoya yang baru saja sampai di Singapura, ia mendapatkan kamar yang sama dengan Fani. Kini Zoya baru saja selesai mandi, ia melihat Fani yang sedang berganti pakaian. 

“Aku tahu kalau kamu habis nolak Saka, Zoya..” ucap Fani disela keheningan yang terjadi. 

Zoya mengambil kopernya, ia tidak menanggapi apa yang Fani katakan. Menurutnya sangat tidak penting, Saka memang selalu mengadu pada Fani. 

“Lagian Saka saja yang lancang, Fani. Dia mau ajak aku main, ya aku ogah!” jelas Zoya kepada Fani agar tidak terjadi salah paham. 

“Kenapa kau ogah? Tahu nggak, milik Saka sangat besar dan memuaskan.” ucap Fani yang mana ia kesal melihat Zoya yang selalu saja seperti itu. 

“Begini..” Fani mendekati Zoya yang tengah memakai pakaian. “Kau masih tidak nafsu dengan suamimu itu kan?” tanya Fani dengan sedikit berbisik, hanya dirinya saja lah yang tahu rahasia Zoya itu. 

Zoya menghela napas panjang. “Iya, Fani. Tapi bukan berarti aku langsung menerima Saka begitu saja dong. Taulah kalau Saka itu sepupu Lucas, tidak mungkin terjadi hubungan yang seperti itu.” 

Sebenarnya Fani juga membenarkan apa yang dikatakan Zoya, hanya saja ini sangat masalah besar. “Sebenarnya hubungan yang bersembunyi seperti itu.. Itulah yang menyenangkan, Zoy. Nafsu tahu apalagi mainnya diam-diam begitukan..” Saran gila dari Fani membuat Zoya sedikit memikirkan semuanya sebenarnya. 

Tapi, cepat-cepat Zoya membuang semua pikiran kotor itu. Hampir saja ia masuk dalam jebakan Fani, ia tidak mau menjalani hubungan pengkhianatan seperti itu. 

“Ngawur deh ah!” Zoya mendorong Fani yang malah tertawa. 

“Tuh udah hampir mau kan.. Udah deh, jangan sering tolak Saka. Lelaki burung besar sekarang sudah sangat jarang, Zoy.” ucap Fani yang mana melangkah keluar dari kamar. 

Zoya termenung mendengar apa yang Fani katakan tadi, sebenarnya tidak salah dari semua kata-kata itu. Hanya saja kalau hanya bentuk senjata yang besar, milik Lucas tidak kalah besar. Hanya saja memang Zoya tidak  nafsu dengan Lucas, ia merasa jika Lucas sangatlah kasar kalau berhubungan. 

Tiba-tiba saja Zoya menjadi teringat dengan Lucas, ia baru saja selesai berpakaian maka langsung mengambil ponsel untuk menghubungi suaminya itu. Tapi, berulang kali melakukan panggilan tidak kunjung mendapat jawaban. 

“Mungkin lagi meeting,” Zoya menyimpan ponselnya kembali ke tas. 

“Zoy, ayo! Udah mau pemotretan ini,” ajak Fani yang mengintip dari ambang pintu. 

“Iya, duluan aja nanti aku nyusul..” sahut Zoya,ia sampai terburu-buru memasukkan benda yang mungkin ia perlukan saat pemotretan nanti. 

Zoya mencoba untuk tetap profesional, ia yakin kalau Lucas sudah mengerti sekarang. Tidak marah lagi atau mungkin sudah lebih tenang sekarang, ia pun yakin kalau Cani akan mengurus Lucas dengan sangat baik. 

“Semoga saja seperti itu,” ucap Zoya sambil melangkah menyusul Fani yang mungkin sudah menunggu diruang pemotretan. 

1 jam kemudian.. 

Pemotretan yang melelahkan akhirnya selesai juga, Zoya ingin buang air kecil. Ia menuju toilet tidak lupa pamit kepada Fani agar temannya itu tidak mencari nanti. Tanpa diketahui Zoya ada Saka yang memperhatikan, pria itu mengikuti Zoya diam-diam. 

“Pokoknya aku harus dapatkan Zoya!” Saka menyemangati dirinya sendiri. 

Disaat Zoya ingin menutup pintu toilet, ia terkejut karena tiba-tiba saja Saka ikut masuk. Bahkan pria itu yang menutup pintu tidak lupa menguncinya, tersenyum puas kepada Zoya yang menatapnya tajam. 

“Akhirnya aku_”

“Mau apa, Saka?” tanya Zoya, ia memotong pembicaraan Saka yang sepertinya malas sekali untuk Zoya dengar. 

Satu hal yang paling Saka suka dari Zoya adalah sikap cuek dan sangat susah untuk didapatkan. Saka menarik tangan Zoya, ia membawa tangan itu menuju adiknya yang sudah menegang. 

“Bantu aku dong..” pintanya, Zoya langsung menjauhkan tangannya. 

“Jangan lancang!”

“Yaelah, Zoya.. Sampai kapan mau menahan semua gairah itu, udah ayo kita mulai sekarang. Jangan nolak terus deh, bikin aku semakin nafsu tau!” ucap Saka disertai wajah angkuhnya. 

Pria itu lebih mendekati Zoya hingga wanita itu terduduk diatas closet. “Kalau kau mau menerima semua bentuk sentuhan yang aku beri.. Maka posisi mu didunia pemotretan ini akan semakin tinggi,” Tawaran Saka dikeluarkan juga akhirnya. 

Zoya yang memang menantikan hal itu sedari lama tentu saja senang mendengar apa yang Saka katakan. “Aku akan merekomendasikan dirimu kepada orang-orang yang yang akan membuat karirmu semakin pesat.” Kembali Saka mengatakan tawarannya. 

Timbul senyuman sinis dari Zoya. “Awas kalau kau bohong, Saka..”

“Tidak akan, Zoya. Aku suka padamu, tidak mungkin aku bohong. Yang terpenting jatah yang aku dapatkan seimbang, mau apapun yang kau mau.. Aku akan mewujudkannya.” jelas Saka yang mana membuat Zoya semakin tergiur saja. 

Bagaimana Zoya tidak tergiur, sudah lama ia menantikan posisi yang sangat ia inginkan itu. Tapi lagi dan lagi selalu gagal karena memang Zoya tidak mau menggunakan kekuasaan sang suami. Tapi, kali ini ntah kenapa Zoya sangat mau menerima tawaran dari Saka.. Murni karna ingin mendapat kenikmatan juga. 

“Bersiaplah!” ucap Zoya, ia menurunkan resleting itu, hingga terlihatlah sangkar dari benda yang selalu saja Saka sodorkan untuknya.