Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah rumah
"Laura sini gabung"
Laura segera duduk dan berhadapan dengan Alma "Kamu tahu tentang Rayan"
"Iya tahu Laura ada apa "tanya Alma yang bingung tiba-tiba saja Laura menanyakan Rayan.
"Apakah aku dan Rayan begitu dekat"
Alma menggelengkan kepalanya setahunya Laura tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun "Kamu ada urusan apa dengan Rayan memangnya, ga biasana"
"Tiba-tiba dia bilang kalau aku ini pacarnya aneh kan"
"Ya udah kamu jauhi saja, Rayan itu bukan anak yang baik jangan dengerin kata-kata Rayan. Kalian ga mungkin pacaran Rayan saja pernah bully kamu"
"Oh ya "Laura sedikit tidak percaya karena dalam ingatannya pun tak ada Rayan yang pernah membully nya "Kamu yakin Rayan pernah bully aku ? "
"Yakin, kamu itu kan temen aku kita itu sering sama-sama jadi aku tahu setiap hal apa saja yang teman-teman lakuin sama kamu. Rayan ga baik, jangan pernah percaya kata-kata Rayan dia bohong"
Sekarang Laura malah jadi bingung harus percaya sama Rayan atau Alma. Mereka berdua seperti menyembunyikan sesuatu apakah di dunia ini tidak ada teman yang benar-benar tulus.
...----------------...
Saat pulang ke rumah Laura melihat pakaian mereka sudah di keluar-keluar kan. Laura juga melihat Anya yang menangis histeris dan tidak lupa dengan Mamanya yang juga merengek pada Ayahnya mereka seperti anak kecil.
"Jadi Ayah kita akan pindah ke mana "tanya Laura dengan semangat.
"Kamu suka kalau kita akan pindah ke rumah kecil Laura, sampai-sampai kamu bersemangat seperti itu bertanya pada Ayah. Kamu ini benar-benar ingin hidup susah ya "tanya Mawar dengan marah.
"Tante mau bagaimana lagi, Ayah itu udah bangkrut. Masa aku harus nangis kayak Anya kayak anak kecil ya sudah sih terima saja. Ini itu teguran dari Allah karena Ayah tidak pernah adil sama aku. Ayah selalu membedakan aku dari anak-anak yang lain"
"Sudah sudah kalian semua jangan bertengkar, kita harus segera pindah ke rumah baru tidak ada lagi waktu dan kalian semua harus menerima keadaan ini"
"Terus mobil Anya gimana Ayah. Anya ga mau kalau tiba-tiba ke sekolah naik bis sekolah atau harus nunggu angkutan umum Anya ga sanggup"
Damian menghela nafasnya "Kamu harus terima semuanya Anya, hidup itu tidak akan terus di atas ada saatnya kita di bawah juga. Ayah janji kalian semua pasti tak akan kekurangan asalkan kita saling membantu " Damian menatap satu-satu anaknya dan juga istrinya, tapi mereka seperti tidak mau tahu tentang kesusahan ini.
"Pokoknya aku mau rumah yang sebesar ini lagi Mas, aku tidak mau tinggal di rumah yang kecil aku harus beres-beres rumah, aku harus masak itu benar-benar akan membuat aku lelah aku tidak mau " Mawar menegaskan semua itu agar dirinya tidak disuruh-suruh nanti oleh suaminya.
"Mas ga bisa beliin rumah yang sebesar ini lagi, bahkan rumah ini juga udah disita Bank hutang kita juga belum lunas. Mobil, rumah tanah-tanah yang selama ini Mas tabung semuanya udah disita sama Bank, tapi semua itu belum bisa melunasi semuanya Mawar jadi kamu sebagai istri harus bisa memposisikan keadaan kita yang baru. Jangan manja semuanya udah berbeda"
Damian segera menarik kopernya diikuti oleh Laura, Laura tersenyum pada ketiga orang yang masih ada di belakangnya.
Saat di dalam mobil mereka duduk berdempetan, bahkan Laura saling senggol dengan Anya tidak mau kalah.
"Diam lah Laura sana aku tidak mau tempatku ini sempit, aku juga tak sudi dekat-dekat dengan kamu"
"Memang sudah sempit apalagi kita duduk bertiga di belakang tiga orang, jangan manja Anya. Kalau kamu mau leluasa sana naik angkot saja. Biar kamu juga bisa tiduran sekalian"
"Kamu saja naik angkot, aku ga level ya "
"Oh ya, sebentar lagi juga kamu bakal naik angkot kok jangan sombong jadi orang makanya di sekolah itu jangan suka pamer-pamer. Sudah kayak gini malu sendiri kan nanti di sana dan pasti nanti kamu yang akan di bully selanjutnya"
"Tak akan pernah, kamu yang akan terus di-bully karena kamu itu nakal Laura"
Laura yang kesal segera menjamak rambut Anya, kesabarannya ini hanya setipis tisu tidak bisa disabar-sabari dan pada akhirnya ya mereka tetap bertengkar dalam mobil.
Damian tidak bisa berkata apa-apa, kepalanya sedang banyak pikiran dan tidak memperdulikan anak-anaknya sedang bertengkar di belakang. Bagaimana kedepannya hidupnya ini.
Rumah yang akan ditinggali saja itu peninggalan dari orang tuanya. Damian hanya memegang uang 5 juta dan sepertinya itu juga untuk usaha, tapi usaha apa sekarang untuk mendirikan perusahaan yang besar itu sangat sulit dulu saja dibantu oleh mendiang istrinya ibunya Laura.
Saat sampai dirumah baru mereka Mawar memasang wajah tak suka dan melipat tangannya.
"Kenapa sih Mas harus di sini, aku bener-bener ga bisa tinggal di tempat yang seperti ini"
"Terserah kamu Mawar, jika kamu masih ingin bersamaku maka tinggallah. Jika tidak silakan kamu bisa pergi "
"Mas kamu tega sama aku"
"Kamu juga lebih tega Mawar, aku memintamu untuk perhiasan-perhiasan yang sering aku belikan untuk dijual dulu, untuk menutupi segalanya tapi kamu tidak mau bahkan tabungan-tabungan yang katamu itu untuk anak-anak mana. Aku hanya meminjamnya sebentar, tapi kamu tak memberikan itu padaku"
Mawar membalikan badannya, harus berbohong bagaimana lagi tentang tabungan tabungan itu. Sebenarnya Mawar bohong uang-uang itu habis semua dihambur-hamburkan bersama teman-temannya, untuk perhiasannya juga sama satu persatu Mawar jual hanya untuk mentraktir teman-temannya, pergi ke luar negeri dan banyak lagi yang selalu Mawar beli.
Damian segera membuka pintu dan mempersilakan anak-anaknya untuk masuk. Yang pertama masuk tentu saja Laura melihat rumah ini dan cukup bagus.
"Laura kamar kamu di belakang, yang depan kamar Ayah dan Mama yang di samping itu kamarnya Anya dan yang sampingnya lagi itu kamar Andi"
"Iya iya aku tahu karena aku adalah anak yang dikucilkan pasti aku dapat kamar paling belakang dan paling sempit sudah biasa, hidup ini memang tak pernah adil"
Laura segera melangkah dan meninggalkan Ayahnya, sebelum Ayahnya itu bicara lagi. Saat membuka kamar itu debu-debu sangat tebal sekali, Laura harus membereskan ini semua.
Apakah Laura harus membayar orang saja untuk membersihkan kamarnya ini. Rasanya badannya lelah dan ingin segera beristirahat, apa perlu juga dengan furniture nya Laura beli memanasi Ibu tirinya itu pasti menyenangkan.