NovelToon NovelToon
My Name Is Kimberly (Gadis Bercadar & CEO Galak)

My Name Is Kimberly (Gadis Bercadar & CEO Galak)

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Epik Petualangan
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Andi Budiman

Kimberly alias Kimi, seorang perempuan ber-niqab, menjalani hari tak terduga yang tiba-tiba mengharuskannya mengalami "petualangan absurd" dari Kemang ke Bantar Gebang, demi bertanggungjawab membantu seorang CEO, tetangga barunya, mencari sepatu berharga yang ia hilangkan. Habis itu Kimi kembali seraya membawa perubahan-perubahan besar bagi dirinya dan sekelilingnya. Bagaimana kisah selengkapnya? Selamat membaca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andi Budiman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perkenalan

Si pria terdiam kemudian menarik napas dalam-dalam, seolah-olah mengumpulkan ingatannya yang tercecer jauh di masa lalu.

"Dulu ketika saya masih anak-anak, saya sekeluarga pergi ke Prancis untuk berlibur selama beberapa hari. Saya, adik saya, ayah dan ibu. Keluarga kami hanya berempat.

Di Prancis, kami berkunjung ke sebuah galeri sepatu ternama, Berluti namanya. Alessandro Berluti pendirinya, orangnya sudah meninggal dan kini menjadi legenda. Keturunannya meneruskan bisnis sepatu buatan tangan itu beberapa generasi.

Di sana, ayah saya memesan sepasang sepatu spesial, sesuai ukuran dan karakteristik kaki beliau, dengan kulit terbaik dan spesifikasi lainnya yang juga terbaik. Bahkan tak hanya itu, beliau juga memesan sepatu itu dengan sebuah monogram, sebuah inisial yang menyiratkan nama ibu saya.

Setelah beberapa hari, kami pun pulang, dan satu bulan kemudian, pesanan sepatu spesial ayah saya tiba di tanah air. Ayah saya begitu terinspirasi oleh sepatu Berluti ini. Kualitasnya, keterampilan penggarapannya, desainnya, dan kerja keras di baliknya. Maka ayah saya mencoba membuat sepatu serupa.

Berkat kegigihannya mencoba beberapa tahun, usaha beliau pun menunjukkan hasil. Hingga akhirnya beliau mendirikan perusahaan pembuat sepatu dan bercita-cita agar suatu saat produknya bisa seperti Berluti. Kualitasnya, keistimewaan penggarapannya, kerja keras di baliknya. Meskipun tentu saja memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan.

Kini ayah saya sudah tua dan menyerahkan urusan perusahaan kepada saya. Sepatu itu pun diberikan kepada saya sebagai… tanda penyerahan perusahaan, tapi... kini saya menghilangkan sepatu itu..."

Kimi melirik ke arah si pria. "Pak, saya yang telah begitu ceroboh menghilangkannya!" tegas Kimi.

"Tapi saya juga tak sengaja menjatuhkannya dari balkon ke halaman samping rumahmu," ucap si pria sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa Bapak menjatuhkannya?" tanya Kimi.

"Tadi pagi sewaktu saya sibuk persiapan untuk menemui klien dari Prancis, saya sengaja memilih sepatu Berluti yang jarang dipakai itu untuk saya kenakan dalam pertemuan dengan orang Prancis itu. Sengaja untuk menghargai orang Prancis, saya memutuskan akan memakai sepatu buatan Prancis. Namun ketika saya memegang sepatu itu, tiba-tiba Karin, tunangan saya, menelepon, minta diantar ke suatu tempat.

Saya sudah menjelaskan kepadanya bahwa hari ini saya tidak bisa mengantarnya karena ada agenda bertemu klien dari Prancis, tapi Karin tidak mau tahu. Tunangan saya marah, dan kami pun bertengkar. Karin seperti tak mau mendukung agenda saya. Ia malah menuduh saya lebih mementingkan klien daripada dirinya.

Saya tertekan, saya pun ke balkon sambil menjinjing sepatu saya seraya mengobrol dengan Karin lewat telepon, dan karena emosi tak sengaja saya menjatuhkan sepatu itu sebelah ke halaman rumahmu."

Kimi membulatkan matanya seraya mencerna baik-baik cerita si pria.

"Saya pun menyusul ke bawah, ke rumahmu, hingga akhirnya… kita bertemu. Tapi... rasanya saya baru melihat kamu di sana,” kata si pria.

“Iya Pak, memang saya baru beberapa hari tinggal di rumah itu,” sahut Kimi.

Pantas saja saya baru tahu, kalau di samping rumah saya… tinggal perempuan memakai..." si pria ragu untuk menyebut namanya, ia hanya memperagakan gerakan tangan di depan wajah.

"Ini niqab namanya, ada juga orang yang menyebutnya cadar. Bahkan ada yang membedakan antara niqab dengan cadar."

"Untuk apa kamu memakai… cadar?"

"Sebelumnya, apa Bapak Muslim?"

"Mmm... ya, saya Muslim."

"Baiklah, mungkin tidak semua Muslim tahu tentang cadar," sahut Kimi. "Cadar ini saya pakai sebagai keyakinan saya, Pak. Walaupun awalnya saya punya alasan sendiri untuk memakai ini, tapi lama-lama ini terasa sebagai bagian dari kewajiban saya selaku Muslimah, sebagai bukti ketaatan dan kecintaan saya kepada Allah."

Si pria tampak berpikir, berusaha mencerna perkataan Kimi. "Baik, ya, meskipun awalnya saya merasa aneh, tapi... saya hargai keyakinanmu. Dan sepertinya lama-lama saya lihat cadar itu seperti sudah menyatu denganmu, ya... jadi tampak apa ya... pantas saja. Unik, atau apa ya... ya itu sih," si pria tampak gugup untuk meneruskan kata-katanya.

"Alhamdulillah, terima kasih," ucap Kimi dengan suara lembut.

"Oh ya, kita bertetangga, tapi kita belum sempat berkenalan. Perkenalkan, nama saya Adi..." kata si pria sambil menyentuh-nyentuh luka memar di wajahnya.

"Iya, mmm... nama saya..."

"Boleh saya tebak, kamu... Kimi, kan?"

Kimi terkejut, tampak dari matanya yang membulat.

"Kenapa? Kaget?" tanya Adi, terkekeh.

"Ya iya dong kaget, kenapa Bapak bisa tahu?" tanya Kimi sedikit curiga.

Adi yang menyadari itu segera berkata, "Tadi pagi saya sempet denger kamu di panggil 'Kimi' oleh... Oh ya, ngomong-ngomong yang tadi itu... ibu kamu, ya?"

"Iya, itu mommy aku," jawab Kimi.

Kimi merenung, seperti mempertimbangkan sesuatu. Ia sadar, ada orang lain yang memanggilnya 'Kimi', membuat ia merasa semakin merasa masih seperti anak kecil.

Panggilan 'Kimi' itu sebenarnya panggilan ibunya ketika ia masih kecil dan masih dipakai hingga sekarang hanya oleh ibunya. Sementara teman-temannya di sekolah maupun ketika kuliah tak pernah ada yang memanggilnya dengan nama panggilan itu.

"Kenapa?" tanya Adi begitu melihat perubahan pada Kimi.

"Eh, enggaaak, nggak apa-apa kok, Pak!"

Adi mencoba mengabaikan itu, dan berkata, "Senang kita bisa berkenalan, saya harap kita bisa menjadi tetangga yang baik."

"Semoga, Pak," jawab Kimi seraya tersenyum di balik niqab-nya.

Adi tersenyum tipis, lalu bicara kepada Kimi. "Dan tolong, jangan panggil saya 'Pak' lagi, karena saya belum tua. Dan saya juga bukan atasan kamu. Saya... cuma tetangga kamu."

"Mmm... terus gimana dong?" tanya Kimi, bingung.

"Yaa... kamu bisa panggil Di atau Adi saja, tidak apa-apa."

Kimi mengangguk ragu. "Oke, bisa dicoba..."

Adi melirik jam tangannya yang tampak masih utuh, tak ada sesuatu mengganggu benda mengkilap itu meski hanya sedikit goresan. Adi bersyukur, mengingat harga jam tangannya tidak murah. Padahal saat perkelahian ia sempat lupa dengan benda berharga di pergelangan tangannya itu.

"Baiklah... Kim, sepertinya waktu kita tak banyak," kata Adi.

Kim? Lagi-lagi Kimi terkejut, merasa semakin asing mendengar panggilan 'Kimi' atau 'Kim' yang keluar dari mulut selain ibunya.Tapi ia tepis perasaan yang ia yakin hanya sementara itu.

"Iya, memang sudah siang banget sih... Di..." kata Kimi sambil merengut, "kok aneh ya?" gumamnya sambil membuang muka.

Kimi bangkit menjinjing kantong belanjaan sambil menyandang tasnya. Sementara Adi berdiri dan berusaha menyeimbangkan diri yang masih terlihat limbung. Kemudian sebelum melangkah pergi ia menyerahkan kembali obat-obatan dalam kantong kresek tadi Kepada Kimi.

Setelah itu mereka kembali ke bengkel. Orang-orang yang melihat kondisi Adi segera ribut bertanya-tanya apa yang terjadi. Dengan singkat, Adi menceritakan kejadian tadi tanpa terlalu banyak detail.

Tak lama kemudian, bajaj yang mereka tunggu selesai diperbaiki. Mekanik bengkel itu berpesan, "Bajaj ini sudah tua, jangan terlalu dipaksa ngebut."

Adi mengangguk sambil mengucapkan terima kasih, lalu membayar upah bengkel dua ratus ribu rupiah. Mereka kemudian pergi dengan bajaj itu, kali ini lebih hati-hati dari sebelumnya, menuju tujuan berikutnya.

1
MUSTIKA DEWI
Cerita nya bagus👍👍👍
jangan lupa mampir, ya di cerita ku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!