Nakki hanyalah gadis kecil yang lugu, kesehariannya hanya bermain, siapa sangka ia dinikahkan dengan Jendral karena janji kakeknya dan kakek Sang Jendral, sebelum meninggal menulis wasiat, agar Manik menikahi Nakki kelak di kemudian hari.
Jendral yang patuh pada kakek nya dan juga sangat sibuk dengan urusannya bersama raja, tidak punya banyak waktu untuk berfikir langsung menikahi Nakki tanpa melihat wajah gadis itu lebih dulu.
Sayangnya, Jendral meninggalkan istri mudanya untuk waktu yang lama, bersama istrinya yang dipenuhi rasa cemburu, hingga membawa kesulitan bagi Nakki yang tidak memahami apa kesalahannya.
Di dera banyak ujian bersama istri pertama dan kedua Jendral Manik, Nakki kabur dan pulang ke kebun peninggalan kakeknya, sebuah konspirasi jahat membuat Nakki terjatuh ke jurang, lalu muncul sinar terang dari langit menyambar tubuhnya, tubuhnya hanya luka ringan, bahkan memiliki kekuatan setelahnya membuat dirinya jenius dalam berbagai hal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Nafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konspirasi Mencelakai Nakki
Terkadang Nakki merindukan kampungnya, merindukan rumahnya dan keluarga yang masih dimilikinya disana.
Hingga waktu berlalu dengan cepat, telah satu tahun berlalu sejak Jendral menjalankan tugas diluar kota.
Berbagai ujian kehidupan dilaluinya dalam diam, berbagai kejadian yang nyaris mencelakai dirinya pun kerap datang tiba-tiba, namun Yang Maha Kuasa masih melindunginya.
Berbagai pekerjaan berat telah membentuk Nakki kecil menjadi kuat secara fisik dan mental.
Nakki perlahan tumbuh menjadi gadis remaja yang memiliki tubuh tinggi dan padat berisi, parasnya semakin cantik meski kulitnya menjadi coklat karena terpaan matahari.
*****
"Nakki, kau akan ikut keluar bersama Putri Kuwi dan Pangeran Diaz, temani mereka menonton Karnaval, bukankah kau pun tidak pernah jalan-jalan?" Titah Nyonya Bulma siang itu.
Entah mengapa, hari ini Nakki dilarang ke kebun, sehingga sejak pagi Nakki hanya duduk di paviliunnya hibgga pengawal datang memanggilnya.
Perintah aneh? sejak kapan mereka menganggap Nakki ada? bahkan dekat pun mereka enggan.
Setiap kegiatan makan bersama, tidak lepas dari ejekan dan cemoohan mereka.
Kenapa sekarang tiba-tiba saja mereka minta ditemani? Nakki tentu saja merasa heran
Bersiap-siaplah, kalian akan berangkat menjelang sore, karena karnavalnya berlangsung di waktu malam di ibukota.
Saat menuju paviliunnya untuk bersiap, tiba-tiba kepala pelayan menarik tubuhnya ke sebuah ruangan dan segera menutup pintu rapat-rapat.
"Nona Nakki, maafkan bibi, mungkin kali ini bibi tidak dapat menolongmu, karena bibi tidak ikut serta." Bisik bibi pelayan sangat pelan
"Ada apa bibi? apa maksudnya?" Nakki tidak mengerti.
"Dengar baik-baik Nona, demi keselamatan mu pergilah yang jauh saat berhasil keluar dari gerbang ini." Suara bibi sangat pelan
"Pegang ini." Tiba-tiba bibi pelayan mengeluarkan sebuah belati dan gulungan kain berisi beberapa puluh koin emas dan menaruhnya di balik pakaian Nakki.
"Gunakan ini bila diperlukan, jaga dirimu baik-baik, jika sempat, kelak bila tuan Jendral kembali, aku janji akan menceritakan semuanya, mengapa kau keluar dari istana ini." janji bibi pelayan.
"Berhati-hatilah karena mungkin ini usaha untuk mencelakai mu."
"Hah..." Nakki menganga tidak percaya.
"Bibi, mengapa ucapan mu begitu?"
"Percayalah, pergilah..."
"Tapi bibi..."
"Cepatlah, tidak ada waktu lagi." Bibi pelayan segera menyelinap keluar, takut ketahuan.
"Terimakasih bibi.... " bisik Nakki bergumam.
******
Dua kereta beriringan keluar istana Jendral, dan hanya dikawal dua orang pengawal.
Kereta pertama ditumpangi oleh Nakki dan seorang pelayan, kereta kedua oleh Putri Kuwi dan Pangeran Diaz.
Namun entah mengapa, beberapa puluh kilometer menjauh dari keramaian, pelayan wanita itu turun dengan alasan memiliki keperluan dan tidak kembali lagi.
Nakki yang merasa aneh bertambah heran karena merasa jalan seakan menanjak dan bergelombang seperti jalan rusak.
Bukankah jalan ke kota sudah cukup bagus dan lurus?
Nakki mengintip dibalik tirai, namun pandangannya tertutup oleh gelapnya hutan.
Hutan? Nakki menegakkan tubuh terkejut.
Bukankah jalan ke kota tidak perlu melalui hutan. jalan ke kota sudah memiliki rute yang lurus dan teratur serta jalanan yang bagus.
Nakki hendak meminta penjaga berhenti namun ia terkejut ketika kereta berhenti tiba-tiba dan muncul Pangeran Kuwi dengan seringai licik.
"Nakki, turunlah kita harus pindah kereta, jalanan rusak hingga kita terpaksa memutar." Perintah Pangeran Diaz
Nakki buru-buru turun dan terkejut karena kereta tinggal satu, tidak terlihat kereta yang ditumpangi putri Kuwi, tapi aneh karena Pangeran Diaz tetap bersama dirinya.
Pengawal pun tidak tampak bersama mereka, hanya mereka berdua.
"Pangeran.... dimana rombongan kita?" Tanya Nakki gugup.
"Tidak ada. yah hanya kita", seringai Pangeran dengan senyum aneh.
"Apa maksud Pangeran, kenapa kita terpisah?"
"Karena aku ingin bersenang-senang denganmu Nakki". tiba-tiba suara Pangeran Diaz berubah serak
"Sudah lama aku melihatmu sayang, dan aku menyukaimu, semakin hari kau semakin cantik dan tumbuh menjadi gadis yang sangat menarik." Ucapan Pangeran Diaz membuat Nakki menggigil merasakan kengerian.
"Pangeran, anda lupa, saya istri tuan Jendral." Nakki mencoba mengingatkan.
"Tidak akan kubiarkan Jendral serakah itu memilikimu."
"Apa maumu Pangeran?" Nakki berjalan mundur namun tangannya segera ditarik oleh Pangeran Diaz yang berubah beringas.
Pangeran Diaz mencengkram erat tubuh Nakki dan mencoba menciumnya, bibirnya hendak menyentuh bibir Nakki yang buru-buru menoleh hingga pipinya yang menyentuh bibir Pangeran Diaz.
Pangeran mesum itu tertawa girang.
"kau malu-malu rupanya sayang... kau tahu aku sudah lama memperhatikan dirimu, kau sangat mempesona." ucapan yang memuakkan di telinga Nakki.
Gadis itu mulai teringat peringatan bibi pelayan, dan teringat belati di pinggangnya.
Pangeran Diaz semakin gencar menyentuh tubuhnya, Nakki mencoba berontak ketika tangan itu mulai menggerayangi tubuhnya dengan buas.
"Jangan kurang ajar Pangeran..".jerit Nakki tertahan.
"Tidak sayang, aku sangat suka padamu, ayolah kita bisa bersenang-senang, kita pergi jauh dari istana itu, aku akan menyembunyikan dirimu." bujuk Pangeran Diaz.
"Tidak Pangeran, singkirkan tangan kotor mu." sentak Nakki.
"Plak.... kurang ajar, aku mencoba menolong mu, dasar tidak tau diri." Pangeran Diaz berubah beringas
"Kalau kau ikut denganku, aku akan menyembunyikan dirimu, kalau tidak kakakku pasti melukaimu." sentak Pangeran Diaz.
"Menyerahlah padaku, aku akan membawamu pergi jauh." Desak Pangeran Diaz.
"Tidak... aku tidak mau, kau sama jahatnya dengan mereka." Nakki menjadi takut, ia mencoba dengan keras mendorong tubuh Pangeran itu.
"Jangan memancing emosi ku Nakki, atau kau akan celaka."
Nakki menggapai-gapai pinggangnya, mencari letak belati dan dengan cepat mengarahkan ke tubuh Pangeran Diaz yang mampu diraihnya.
Sebuah sabetan tajam mengenai pinggang Pangeran Diaz yang segera hilang keseimbangan, memberi kesempatan pada Nakki mendorong tubuhnya hingga jatuh terjerembab.
Nakki seketika berlari cepat menerobos hutan yang semakin gelap, tidak menghiraukan tubuhnya yang perih tergores ranting dan dahan pohon.
Nakki terus berlari tanpa menghiraukan letih dan takut, gadis itu sangat ketakutan hingga membuatnya melupakan situasi sekelilingnya, ia hanya berharap bisa berlari sejauh-jauhnya dari Pangeran Diaz ataupun rombongan putri Kuwi.
Malam semakin larut, suara burung-burung malam mengiringi laju gerak kaki Nakki, rasa sakit tidak dihiraukan, ia terus berlari menyeberangi sungai kecil yang tampak bebatuannya di bawah sinar bulan purnama. Nakki tidak tahu sudah berapa jauh ia berlari, yang ia tahu, ia harus berlari menjauhi arah jalanan, ia berlari semakin dalam ke hutan hingga tidak menyadari adanya jurang didepannya.
Gadis itu terlempar masuk ke jurang yang cukup tinggi, sebuah cahaya terang tiba-tiba datang dari atas langit dan menimpa tubuhnya dan entah kekuatan apa itu, tubuhnya mendarat dengan pelan diatas tanah yang tidak berbatu.
Nakki terbaring tidak sadarkan diri dengan kondisi badan penuh luka.
Sepanjang malam Nakki terbaring disana, tanpa menyadari semut-semut datang dan menggigit luka-lukanya, gigitan itu seakan berupa kain perban yang mengikat luka-lukanya hingga tertutup.
Ketika luka-lukanya mulai mengering dan tertutup sempurna, semut-semut mulai meninggalkan tubuh Nakki dalam keadaan tidak sadarkan diri.