Catherine, seorang psikolog berbakat dengan kemampuan membaca pikiran, selalu mengira bahwa bakatnya akan melindunginya dari kebohongan dan manipulasi. Namun, semuanya berubah ketika dia bertemu Leo, seorang pria misterius yang pikirannya bisa dia baca, tetapi perasaannya tetap menjadi teka-teki. Apa yang Catherine tidak tahu, Leo adalah kakak dari mantan kekasihnya—seorang pria yang menyimpan dendam karena kematian adiknya.
Dulunya, adik Leo adalah kekasih Catherine, yang sakit hati dan bunuh diri. Leo, yang mengetahui kemampuan Catherine, bertekad untuk membalas dendam dan menghancurkan hidupnya. Dengan kecerdikannya sebagai mafia, Leo dengan sengaja memanipulasi pikiran Catherine, membuatnya terjebak dalam permainan pikiran yang semakin dalam dan penuh misteri.
Namun, rencana Leo terancam gagal saat ia mulai merasakan cinta yang tulus kepada Catherine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hancur Lebur
Cathy’s POV
Sekuat tenaga aku mencoba memejamkan mataku malam itu. Namun pesan yang dikirim Don Johnson lewat Discord sungguh mempengaruhiku. Aku tidak bisa tidur barang sekejap pun. Aku sangat ingin pagi segera datang dan aku bisa segera bertemu Leo dan menanyakan semuanya padanya.
Baru saja aku hendak masuk ke alam mimpi terdengar kembali bunyi pesan masuk melalui link discord. Don kembali menghubungiku.
“Dimana kau saat ini? Kirimkan padaku alamat email mu. Ada beberapa dokumen yang harus kau lihat. Cepat!” demikian bunyi pesan Discord
Segera aku kirimkan alamat Emailku pada Don. Sepuluh menit kemudian, suara denting email masuk berbunyi. Aku buka Email tersebut dan betapa terkejutnya aku melihat semua dokumen yang dikirim oleh Don. Dalam lampiran email terdapat Foto foto Henry sedang minum bersama dengan Tn Jackson dan Leo di sebuah Bar. Aku mengernyitkan dahiku. Sejak kapan Jackson tua itu mengenal Leo.
Berturut turut aku mendapat kiriman berbagai dokumen dari Don, termasuk bukti transfer uang dalam jumlah besar masuk ke rekening Jackson. Aku ternganga melihatnya. Lalu aku juga melihat foto foto pesta yang diselenggarakan oleh leo dengan tamu Henry, Jackson dan beberapa pemilik saham lainnya. Disana ku juga melihat foto 3 bankir itu sedang minum minum bersama leo.
Terakhir Don mengirim sebuah surat yang kurang lebih berisi, bahwa semua petaka yang aku alami adalah ulah leo. Dia lah yang mendesain semuanya, mulai video porno di ruang kerjaku yang ternyata disadap dengan cctv yang dipasang atas suruhan Henry. Berikut penyebaran berita di koran yang dilakukan oleh anak buah Leo bernama romero yang juga merupakan kaki tangan Henry. Sampai menjebakku dengan hutang bunga tinggi pada 3 bangkir ternama yang kesemuanya adalah teman leo sendiri.
Don juga menceritakan semua hal yang dikatakan oleh Leo pada saat memintanya menjebakku. Lalu don menunjukan bukti bahwa seluruh pemegang saham berpindah menginvestasikan dananya pada klinik Henry di Dallas dengan uang dana talangan dari Leo. Pendek kata seluruh desain penghancuran karirku ada dalam email tersebut.
Don juga menunjukkan bukti berupa Foto bahwa Leo mengenal Nicholas. Tampak mereka berdua hadir dalam sebuah acara pesta di Italia. Aku merasa lemas dan tidak berdaya. Seketika aku merasa mual dan pusing. Lalu aku pergi ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutku berulang kali hingga aku lemas dan merasa tidak berdaya.
Pelan pelan kau matikan laptopku dan menyimpannya, kemudian membaringkan diriku diatas tempat tidur. Mataku terasa panas, seketika aku menangi meraung raung diatas bantal hingga basah. Lalu akupun tertidur.
Paginya, kembali rasa mual menyergapku, aku bergegas ke kamar mandi dan sekali lagi memuntahkan semua isi perutku tanpa sisa. Kemudian aku mengisi bathup dengan air hangat dan menceburkan diriku didalamnya sambil berusaha menikmati air hangat itu aku kembali menutup mata dan menahan sekuat tenaga agar air mataku tidak meleleh. Namun sia sia.
Setelah mandi, seorang pelayan masuk ke dalam kamarku. Dia menatapku dan tampak cemas. Lalu dia berkata padaku,” Nyonya anda tampak pucat, dan ada lingkaran hitam di sekitar mata anda. Apakah anda baik baik saja? “
Belum sempat aku menjawab pertanyaan pelayan tersebut, aku sudah jatuh tersungkur dan tidak sadarkan diri. Entah berapa lama ku tidak sadarkan diri. Namun yang jelas saat kubuka mataku, aku sudah ada di Ruang emergency sebuah Rumah Sakit.
Seorang dokter menghampiriku dan mengajukan beberapa pertanyaan yang aku jawab sekenanya. Lalu dia memintaku melakukan pemeriksaan urin. Tak lama dokter itu kembali padaku dengan senyum lebar sambil memberikan hasil pemeriksaan Laboratorium.
“Selamat, anda sedang hamil nyonya, kami sudah melakukan USG pada rahim andan dan sudah terlihat kehamilan anda sehat, hasilnya menunjukkan anda hamil 16 minggu. Aku terperangah mendengar penjelasan dokter itu. Dan tanpa dapat kutahan air mataku meluncur deras. Dokter mengira itu adalah air mata haru. Dia menyalamiku dan mengucapkan selamat berkali kali. Aku diam membisu dan meminta supir segera mengantarku pulang meninggalkan Rumah Sakit.
******
Sore itu aku merenung sendirian di dalam kamar. Aku mengusap kembali air mataku ketika leo masuk dan menatapku dari jauh.
“Aku dengar tadi pagi kau ke rumah sakit periksa. Apa kata dokter?”
Aku hanya diam membisu. Alih alih menjawab pertanyaannya, aku justru menatapnya dengan tatapan tajam dan balik bertanya,” Apa Hubunganmu dengan Nicholas Salvatore?”
Leo tampak terkejut lalu diam seribu bahasa. Tanpa menjawab pertanyaanku dia meninggalkan kamar tidur. Aku mengejarnya, dan kembali berteriak dengan kencang, “Jawab pertanyaanku Leo, apa hubunganmu dengan Nicholas Salvatore? Jawab!”
Leo berbalik menatap ke arahku dengan tajam, lalu berkata,” Bukan urusanmu!”:
Tanpa disadarinya Henry dan Romero muncul tepat di belakangnya. Mereka mau menghindar tapi aku sudah terlanjur melihatnya.
“Ohw jadi Tuan Henry yang terhormat adalah kaki tanganmu bersama….kau pasti Romero bukan?” ujarku dengan sinis.
Leo menyadari kehadiran keduanya lalu meminta mereka menyingkir.
“Henry, Romero, tunggu di ruang kerjaku,”
Bergegas keduanya pergi dari tempat itu menuju ruang kerja Leo.
“Mau berapa lama lagi kau menyembunyikan semua ini Leo? Aku sudah tahu semuanya. Semuanya Leo!” teriakku dengan air mata berlinang.
Leo hanya menatapku tanpa mencoba menenangkan ku sedikit pun.
“Kau bekerjasama dengan Henry dan Jackson untuk menghancurkan Karirku bukan? Kau sengaja mendekatiku, merayuku dan menjebak ku untuk melakukan adegan laknat itu di ruang praktekku. Lalu secara keji kau menyebarkannya pada beberapa surat kabar lewat anak buahmu Romero itu untuk menghancurkan namaku?”
Leo mematung dan tidak berkata apa apa.
“Aku mempercayaimu dengan sepenuh hati. Aku mencintaimu dengan tulus. Tapi kau sejak awal memang merencanakan semuanya bukan? Kau tidak pernah mencintaiku bukan? Kau hanya ingin meraih simpati dan kepercayaanku untuk kemudian menghancurkan ku bukan?” tanyaku dengan nada tinggi setengah berteriak.
Leo menatapku dengan tajam seolah ingin memberikan penjelasan, tetapi mengurungkannya.
“Apa salahku padamu leo?”
Tiba tiba dia berteriak,” Bukan padaku, tapi pada adikku,”
Aku memejamkan mata mendengar jawab nya. Jawaban yang sudah bisa kau tebak sejak mengetahui semua rahasia ini.
Aku menatapnya dan membalas berteriak,”Salah apa aku pada Nicholas?”
Tiba tiba dia maju dan mencengkeram pundakku dengan sekuat tenaga hingga aku merasa kesakitan.
“Karena kau dan Don Johnson adikku bunuh diri. Kalian menyakitinya sedemikian rupa hingga dia tidak bisa lagi menanggungnya dan akhirnya mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari apartemen itu,” ujar Leo
Sontak aku menjawabnya dengan keras,” Adikmu seorang psikopat. Dia lah yang menyakitiku dia mengancamku dan hendak membunuhku. Adikmu lah yang gila. Dia menjadi sumber mala petaka bagi banyak orang. Aku dan Don tidak bersalah atas ulahnya. Adikmu Gila leo,”
Seketika sku melihat wajahnya merah padam. Matanya nyalang, dan Plak dia menempeleng wajahku dengan sekuat tenaga. Darah segar mengalir dari bibir dan hidung ku.
“Sekali lagi kau bilang adikku gila, maka kau akan aku habisi,”
“ Habisi aku, Habisi. Kau sudah tidak peduli. Kau dan adikmu sama sama gila dan tidak waras. Kau adalah setan hidup yang merusak hidup orang tak bersalah macam Don. Kau merusak karir ku hanya untuk sebuah alasan yang tidak ada. Kau dan adikmu sama sama Gila!” teriakku
Itu adalah kata kata terakhir yang terucap dari mulutku. Karena setelah itu aku merasakan sebuah tamparan keras sekali lagi mendarat di pipiku dengan kerasnya. Sesaat kemudian aku merasakan tubuhku melayang di udara, sebelum kemudian terhempas dengan keras dan menyentuh tanah dari ketinggian lebih 2 meter.
Seketika aku merasakan seperti ada yang pecah dari dalam perut dan mulutku, lalu gelap dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi.
******
Entah berapa lama aku berada di ICU dan menggantungkan hidupku pada sebuah mesin Ventilator. Aku hanya tahu saat itu sore menjelang malam ketika aku sadar dan paru paruku bisa berfungsi Normal tanpa mesin ventilator.
Seorang perawat menyambut kesadaranku, “Puji syukur bu, anda sudah sadar. Anda tidak sadarkan diri dan bergantung hidup dari mesin selama 10 hari.”
Aku tersenyum lemah padanya. Lalu aku berkata, “Kapan aku boleh pulang?”
Perawat itu tersenyum lalu berkata,” Ibu harus pindah dulu ke ruang rawat inap biasa bari setelah itu boleh pulang,”
Dua hari setelah aku sadar, akhirnya aku dipindah ke kamar biasa. Leo tampak menunggu di kamar rawat inap VIP itu dengan bunga di tangannya. Entahlah apakah itu hanya perasaanku saja, atau tidak. Tetapi aku melihat seolah dia ingin memelukku. Tapi berusaha keras menahannya.
Dua hari aku dikamar VIP itu dan Leo senantiasa menunggu ku, namun kami tidak berbicara satu sama lain. Hari ketiga dokter mengunjungiku. Dia mengijinkan aku pulang. Namun sebelumnya dia ingin berbicara 4 mata denganku.
“Nyonya Leo Salvatore, anda tidak sadarkan diri selama 20 hari di ruang ICU. Karena luka benturan dengan benda tumpul di kepala. Dan anda mengalami pendarahan hebat di rahim anda. Kami terpaksa mengangkat rahim anda Nyonya. Maafkan kami. Hari ini anda boleh pulang,”
Saat dokter itu pergi meninggalkanku, duniaku seakan runtuh menimpa kepalaku aku menangi hebat, meraung raung dalam kamar VIP itu. Aku merasa duniaku gelap dan aku tenggelam dalam kegelapan tanpa tepi.
******
Dalam perjalanan pulang ke rumah aku dan leo ada dalam satu mobil, tetapi kami saling membisu. Tidak ada kata yang keluar dari mulutku maupun mulutnya. Sepi aku seperti tercekik dan tidak bisa berkata apa apa.
Sesampainya di kamar ku di villa itu, Leo mendekatiku, seperti ingin berkata sesuatu. Tapi aku mendahuluinya.
“Puas kau sekarang? Aku sudah kehilangan rahimku karena ulahmu. Aku bisa menuntutmu karena peristiwa itu. Aku mengalami luka sobek di mulut kiri dan kanan, dan bekas gambar tanganmu ada di sana.” ujarku sambil menatapnya tajam dengan air mata membanjiri pipiku.
Leo hanya menatap kosong ke arahku.
“Jika kau anggap adikmu mati karena aku, mengapa kau membiayai perawatan ku di iCU selama 20 hari? Biarkan saja aku mati. Maka dendam mu terpuaskan,” tanyaku
Leo menunduk seperti tidak berani menatap mataku.
“Aku tidak akan menuntutmu Leo, aku tahu kau menyelamatkanku karena itu bukan? Aku rasa sekarang kita impas. Kau sudah membuatku kehilangan segalanya, bahkan rahimku. Kau ambil kemudaanku kau ambil bahagiaku Leo. Lepaskan aku!” teriakku
Leo menatapku dengan sayu,” Baiklah, besok aku akan mengurus perceraian kita. Kau bisa pergi kemanapun kau mau,”
Setelah mengatakan itu, dia pergi meninggalkanku di kamar itu sendirian. Aku menangis meraung raung, meskipun terselip perasaan lega di tengah kehilangan dan kemalangan yang aku rasakan.
*****
semangat