Dari dunia nyata menuju dunia lain, sedangkan dari dunia lain menuju dunia nyata?
Itulah yang dirasakan oleh seorang berandal bernama Arip Suhardjo dan seorang Peri kegelapan bernama Sabilia Von Kurayami dimana meski mereka adalah sosok nakal, mereka berkiblat ke arah yg berlawanan setelah mereka pindah dunia! Penasaran dengan kehidupan mereka di dunia yang berbeda? Ayo ikuti terus kisah Arip dan Sabilia!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mz Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - Beradaptasi di Dunia baru
Setelah di tolong oleh Nenek tua itu yang bernama Salimah, Zahra sering membantu pekerjaan Nek Salimah yang bermata pencaharian sebagai penjual nasi uduk tiap pagi.
"Ini apa, Nek?" tanya Zahra.
"Ini adalah nasi uduk. Jadi, ini adalah pekerjaan Nenek sehari-hari untuk menghidupi kehidupan Nenek. Dulu, anak, menantu, sampai ke cucu-cucu Nenek, mereka ketagihan banget. Nempelnya udah kayak perangko." kata Nek Salimah.
Tak lama kemudian, datanglah pelanggan pertama dari Nek Salimah.
"Pagi Nek Salimah. Beli nasi uduk dong. Banyakin sambel kacang, tempe orek, sama bakwannya ya, thank you, Nek." kata pelanggan.
Karena disana ada Zahra, Zahra menjadi sorotan bagi para pelanggan satu, dua, dan beberapa pelanggan lainnya yang berpas-pasan maupun yang membelinya.
"Nek Salimah. Ini siapa? Kok ada perempuan secantik dia? Baru tahu, saya."
"Iya, Nek. Asisten baru nenek atau pengasuh?" tanya beberapa orang.
Karena Zahra menjadi tanda tanya semua orang, akhirnya Zahra memperkenalkan dirinya.
"Jadi, bapak-bapak dan ibu-ibu, nama saya Zahra. Saya sudah ada disini sejak kemarin. Salam kenal ya, bapak-bapak dan ibu-ibu." kata Zahra.
"Masya Allah, ramahnya anak ini."
Pujian beberapa ibu-ibu membuat Zahra tersipu malu.
"Iya, jadi saat ini dia mengalami amnesia atau bahasa kita lupa ingatan." kata Nek Salimah.
Setelah selesai berbicara mengenai Zahra, Nek Salimah kini mulai fokus untuk melayani para pelanggan. Terlihat, Zahra sangat-sangat membantu Nek Salimah meski dirinya agak ceroboh. Namun, ia coba pelan-pelan agar segalanya baik-baik saja dan sesuai dengan harapan Nek Salimah. Singkatnya, mereka selesai berdagang pada jam 10 pagi. Di perjalanan pulang...
"Ahhh akhirnya kelar juga ya, Zahra." kata Nek Salimah.
"Iya, Nek. Maaf ya, tadi aku agak ceroboh. Tapi aku udah perbaiki kesalahan-kesalahan aku. Untuk kedepannya, aku ga lagi kayak begitu." kata Zahra.
"Iya, gapapa. Kamu kan juga baru mulai dan baru melakukan hal ini untuk pertama kali kan? Nenek masih maklumi kok. Yang penting, semuanya lancar jaya tanpa ada hambatan sedikit pun. Hari ini, Nenek lari 64 ribu loh." kata Nek Salimah.
"Kalau misal tambahin beberapa bahan dagangan kayak kue basah kayaknya bisa tuh, Nek." kata Zahra.
"Hah tambahin kue basah? AAAHHH KUE BASAH!" teriak Nek Salimah.
Karena teriakan itu, Zahra jadi terkejut.
"Ih Nenek bikin kaget aja." kesal Zahra.
"Ya karena, selama itu bikin Nenek laku, Nenek bakal semangat. Rencananya, Nenek pengen ke Kota nyusul anak, mantu, dan cucu-cucu Nenek. Udah geram banget kangen sama mereka, hehe." kata Nek Salimah bersemangat.
Hari demi hari, Zahra selalu membantu Nek Salimah untuk berjualan. Semakin berjalannya waktu, dagangan Nek Salimah semakin laris karena saran dari Zahra yang menjual makanan baru, yaitu kue basah.
"Wih, Nek Salimah sekarang juga jualan kue basah?" tanya tetangga.
"Iya, hehe. Saran dari Zahra juga." kata Nek Salimah.
"Wah, pinter juga si Zahra. Omong-omong, Zahranya kemana? Kok hari ini ga kelihatan?" tanya tetangga.
Sementara itu, Zahra sedang mendata mengenai bahan-bahan untuk kue basah.
"TOK! TOK! TOK!"
Pada saat sedang asyik mendata, tiba-tiba, ada seseorang yang mengetuk pintu dengan keras.
"Siapa ya?" tanya Zahra.
Zahra kemudian membuka pintu. Ternyata, bukan Nek Salimah. Melainkan tiga orang bertubuh besar yang sepertinya mencari keberadaan Nek Salimah.
"Neng, Nenek Salimah ada?" tanya orang itu.
"Ga ada, Pak. Beliau sedang berjualan. Memangnya, ada urusan apa ya dengan Nek Salimah?" tanya Zahra.
"Bohong. Pasti dia ada kan? Tapi dia tidak mau keluar. Hutang dia banyak sama saya! Dia berhutang sebesar 6 juta rupiah." kata orang itu.
"Pak, saya tidak mengerti maksud bapak apa. Hutang?" tanya Zahra.
"Ya sudahlah. Kita obrak-abrik Rumahnya! AYO!"
Mereka kemudian akan mengobrak-abrik Rumah Nek Salimah. Akan tetapi, Zahra menghalangi mereka dengan mendorong mereka meski hasilnya nol.
"Ah sialan, minggir lo!" kesalnya.
Akan tetapi, pada saat sedang mencegah, Zahra tak sengaja mengeluarkan telekinesisnya.
"Ke-kekuatan apa itu?"
"DU-DUKUN! LARI!"
Dua anak buahnya kemudian lari ketar-ketir melihat Zahra mengeluarkan serangannya. Sementara itu, Bos dari rentenir itu, kemudian mengeluarkan pisau untuk menyerang Zahra.
"Heh cewek sialan! Jangan belagu dulu lo ya. Lu udah macem-macem sama gue, gue mampusin lo!"
Bersamaan dengan itu, Nek Salimah pulang dan mencegah rentenir itu untuk membunuh Zahra.
"Tunggu Juragan! Tunggu dulu! Juragan, saya mohon jangan sakiti cucu saya! Dia tidak tahu apa-apa. Untuk bayar hutang, sedikit lagi saya bisa membayarnya. Saya pinjam 6 juta kan? Masih 2 juta lagi!" kata Nek Salimah.
"Nek. Saya ga mau tau ya. Hutang Nenek harus dilunasi hari ini juga! Kalau enggak, saya akan jadikan perempuan itu sebagai jaminan!" tegas Bos rentenir itu.
Tak terima, Zahra kemudian mengeluarkan telekinesisnya lagi untuk menyerang Bos rentenir itu.
"Sialan lu ya, gue mampusin lo!"
Pertarungan Zahra melawan bos rentenir itu kemudian bertarung satu sama lain. Akhirnya, bos rentenir itu dikalahkan telak hingga babak belur.
"A-ampun, Neng. Oke, Nek, Oke. Saya anggap semua hutang Nenek lunas. Saya ga akan kesini lagi. Maafin saya." kata Bos rentenir itu yang kemudian lari dari sana.
Setelah kejadian itu, Nek Salimah dan Zahra merapihkan Rumah mereka yang sempat di obrak-abrik oleh para Rentenir itu.
"Maaf ya, Zahra. Karena Nenek, kamu harus mengeluarkan kekuatan kamu." kata Nek Salimah.
"Enggak apa-apa kok, Nek. Saya senang membantu. Omong-omong, mereka siapa?" tanya Zahra.
"Jadi mereka rentenir. Nenek pinjam uang sebanyak 6 juta dengan menggadaikan Rumah ini. Kalau Nenek tidak bisa membayar, maka Rumah ini jadi milik Nenek. Nenek pinjam uang sebanyak 6 juta, untuk modal usaha Nenek. Makanya, Nenek dengan bodohnya harus gadai Rumah ini." kata Nek Salimah.
Zahra mengangguk mendengar penjelasan Nek Salimah.
Beberapa hari kemudian, setelah uangnya penuh, Nek Salimah dan Zahra pergi untuk ke Kota, untuk mengunjungi anak dan cucunya.
"Kira-kira, di Kota kayak gimana ya?" tanya Zahra.
"Banyak gedung tinggi!" jelasnya.
Sementara itu, Bos rentenir dan beberapa anak buah yang kemarin menagih hutang, bertemu dengan Bos besar mereka yang bernama Yanwar.
"Apa? Kamu menganggap hutang Nenek itu lunas? Meski dia hanya membayar 4 juta?" tanya Yanwar.
"I-iya bos."
"GOBLOK!"
Yanwar yang kesal kemudian menyerang Bos rentenir itu.
"Sialan! Kalau hutang Nenek tua itu belum lunas, jangan dianggap lunas, goblok!" kata Yanwar.
"Sebenarnya saya tidak mau seperti ini. Akan tetapi, ada gadis cantik yang punya kekuatan magis dan membuat kami tidak berdaya." jelas Bos rentenir.
"Apa? Gadis berkekuatan magis?" tanya Yanwar.
Bos rentenir itu mengangguk.
"Hmm... Boleh juga jika gadis itu aku bawa kesini sebagai jaminan atau sebagai anak buah." kata Yanwar dalam hati.
"Bos? Kok malah melamun?" tanya Bos rentenir.
"Ah ya sudah. Sekarang, sembuhkan lukamu. Saya mau, kalian cari gadis berkekuatan magis itu." perintah Yanwar.
Sementara itu, di Kota, ada Ibu dan anak yang mendapatkan kabar dari Nenek.
"Azizah, besok, Nenek bakal kesini bareng sama Cucu barunya!" kata Ibu.
"Cucu baru? Maksudnya gimana?" tanya Azizah.
"Iya, sebenarnya Ibu ga ngerti. Nanti saat Nenek kesini, kamu tanya tentang 'Cucu baru' dia." kata Ibu.
Ternyata, Nenek Salimah adalah Nenek dari Arip dan Azizah. Nenek Salimah belum mengetahui jika Arip sebenarnya tidak ada disana, karena Arip berpindah dunia.
Bersambung.