Bagaimana jadinya,jika seorang kakak harus menggantikan posisi adiknya untuk menikah dengan seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenal,wanita yang akan ia nikahi adalah Anjani Pratiwi,ia seorang gadis yang telah menjadi korban pemerkosaan oleh adiknya sendiri yakni Cakra,hingga akhirnya Anjani hamil dan meminta pertanggung jawaban dari Cakra,namun naas,saat menjelang hari pernikahan mereka,Begitu teganya Cakra memilih untuk kabur bersama mantan kekasihnya,Elang Abimana Wijaya,pada saat itu sedang berada di luar kota karena urusan pekerjaan yang tidak bisa ia tunda,terpaksa menggantikan posisi Cakra karena desakan dari papahnya dan juga untuk menjaga nama baik keluarga Abimana,pada akhirnya mereka melakukan pernikahan secara online,kini Anjani telah resmi menikah dengan Elang,bukan dengan Cakra!
Akankah dua orang asing yang tidak saling mengenal ini bisa menjalani bahtera rumah tangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai luluh
Bayang-bayang akan sosok Anjani, apalagi setelah peristiwa tadi pagi yang telah membuat hasrat Elang kian menggebu-gebu, ada rasa menyesal saat ia menutup kedua matanya tadi, padahal ada pemandangan yang sangat indah di depannya, tiba-tiba wajahnya menjadi merona.
"Apa yang sudah kau pikirkan Elang? Ini gila, kenapa bayang-bayang wajah wanita itu terus terlintas di kepalaku? Aaaarrrkkkhhh..damn." sungut Elang mencoba menyangkal apa yang ada di dalam benaknya. Lalu Elang kembali fokus menuju layar laptop di depan matanya.
Kediaman Abimana.
Anjani guling-gulingan di atas tempat tidur, ia bingung mau melakukan aktifitas apa hari ini? akhirnya ia memutuskan untuk membuka layar ponselnya, ia melihat-lihat aneka makanan ringan dan juga kue kering, hingga terbesit di dalam benaknya untuk membuat sesuatu dan sepertinya itu sangat menyenangkan untuknya.
Dan kini Anjani melangkahkan kakinya menuju dapur. Di lihatnya suasana dapur cukup sepi, karena ini masih jam sembilan pagi, otomatis ART yang lainnya sedang sibuk mengerjakan pekerjaan lain dan mungkin juga mereka sedang beristirahat untuk menyiapkan amunisi.
Anjani mencari sesuatu di dalam lemari pendingin yang ukurannya sebesar pintu gerbang, mungkin jika ia bersembunyi di dalamnya tidak akan ada yang tahu keberadaannya.
"permisi nyonya, apa yang sedang anda lakukan di dalam sini!" tanya pak Lee membuat sekujur tubuhnya terperanjat karena kaget dengan kedatangan pak Lee yang secara tiba-tiba.
"Ya ampun, jantungku hampir saja mau copot!" sungutnya sambil mengelus dada.
"Anda sedang apa di sini nyonya? Harusnya anda istirahat di kamar, jika anda butuh sesuatu, biar saya yang melayani nyonya!" tuturnya
"Tidak apa-apa pak Lee, aku tidak mau merepotkan mu, lagian aku bosan di kamar terus, ehhh boleh tidak aku membuat sesuatu di sini?" tanya Anjani menunjukan wajah memohon.
Pak Lee langsung terdiam."Emang nyonya mau membuat apa?" tanya pak Lee
Anjani seketika menunjukan gambar di dalam benda pipih miliknya, pak Lee malah melebarkan kedua penglihatannya ketika melihat gambar di dalam ponsel milik Anjani "Macaron! Anda ingin membuat ini?" tanya pak Lee sambil mengerutkan dahinya.
'Setahuku, macaron ini adalah kue kesukaannya nyonya besar dan tuan muda Elang begitu menyukainya, dari mana nyonya Anjani bisa tahu? Apa tuan muda yang telah memberitahu padanya?' gumam ak Lee sangat heran.
Kemudian pak Lee meminta bantuan dua orang ART untuk membantu Anjani membuat macaron, sebelumnya pak Lee menghubungi tuan besar malik, dan tuan Malik sendiri memberitahu kepada pak Lee agar tidak melarang kegiatan apapun yang dilakukan oleh Anjani, pak Malik ingin agar anjani betah berada di rumahnya dan menganggap jika kediaman Abimana adalah rumah keduanya setelah rumah orang tuanya.
Akhirnya macaron selesai Anjani buat, dengan lahapnya ia memakan kue tersebut, tidak lupa para ART ikut mencicipinya, Anjani begitu akrab dan dekat dengan mereka.
"Saya tidak menyangka jika nyonya Anjani pandai sekali memasak, kapan-kapan ajari bik Atun ya non!" puji bik Atun
"Siap bik Atun!" jawabnya sembari mengacungkan kedua jempolnya.
Menjelang malam.
Pukul tujuh malam, tuan muda Elang rupanya sudah berada di depan pintu gerbang. Pak Lee buru-buru menghampiri Anjani untuk memberitahu kepadanya jika suaminya sudah pulang dan di harapkan agar Anjani sudah berada di depan rumah untuk menyambutnya. Pada saat ini Anjani baru saja selesai mengaji, ia pun buru-buru merapihkan mukena dan langsung mengenakan jilbab instannya.
Beruntungnya Anjani bisa tepat waktu berada di depan pintu rumah, ia langsung menyambut kedatangan suaminya.
"Assalamualaikum tuan muda!" saat Anjani
Namun sialnya, Elang tidak menjawab salamnya, ia malah melemparkan tas kerjanya ke arah Anjani, beruntungnya Anjani bisa langsung meraihnya.
Kemudian Anjani mengekori suaminya." Apa yang kau lakukan seharian di rumah ini?" tanya Elang dengan posisi masih membelakangi Anjani.
"Tuan bertanya padaku?" tanya Anjani malah balik bertanya.
"Kau fikir aku bertanya kepada siapa lagi hah? sama cicak, atau sama tikus hah?" bentaknya dengan nada meninggi.
"A anu t tuan! Tadi saya..!" Anjani malah terdiam.
"Cih, kau pasti hanya bermalas-malasan saja kan di rumah ini? Enak sekali kamu!" ucap Elang dan kemudian membalikan tubuhnya, di pandangnya Anjani yang sedang tertunduk.
"Yasudah lupakanlah, aku baru ingat jika kamu sedang mengandung benih dari adikku yang tidak tahu di untung itu, sekarang kau siapkan Air hangat untukku, aku mau mandi, cepat sekarang!" bentak Elang kembali.
Dengan tergesa gesa, Anjani bergegas menuju kamar Elang, ia berjalan menuju kamar mandi, dan menyiapkan air hangat ke dalam bathtub.
Saat Anjani akan keluar dari kamar mandi, tiba-tiba Elang sudah berada di depan pintu kamar mandi sambil berkacak pinggang
"Mau kemana kamu?" tanya Elang seraya memandang lekat ke arah Anjani.
"S saya mau keluar t tuan, bukan kah anda mau mandi?" sahut Anjani sampai terbata
"Siapa yang menyuruhmu keluar hah?"
"Maksud tuan apa?"
"Temani aku di dalam, kau gosok punggungku, aku sudah tidak betah, rasanya sangat gatal!" cetus Elang begitu enteng.
Anjani langsung melebarkan pupil matanya, ia masih tidak percaya dengan apa yang telah di ucapkan oleh suaminya tersebut, ia malah diam mematung.
"Ayo cepat!" Desak Elang sembari menarik tangan Anjani.
Dengan sengaja Elang meminta Anjani untuk membuka kancing kemejanya.
"Ayo cepat kau buka! Apa kau mau melanggar semua peraturanku hah? Atau kau ingin semua orang tahu jika kamu adalah seorang wanita yang tengah hamil karena di perkosa oleh seorang laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab hah? Tinggal pilih saja Anjani, kapanpun aku bisa sangat mudah untuk menghancurkan mu sampai berkeping-keping!" Ancaman dari Elang mampu membuat wajah Anjani menjadi pucat pasi.
'Anda benar-benar manusia yang tidak punya hati tuan, anda tidak pantas di sebut sebagai manusia.' Batin Anjani seraya ingin menjerit
Lagi dan lagi Anjani di buat menangis oleh suaminya sendiri.
'Ha..ha..ha! Sudah ku bilang jika aku akan menciptakan neraka untukmu Anjani, kau harus membayar mahal semua ini,' Gumam Elang sambil tersenyum puas.
Anjani akhirnya mendekat dan berdiri tepat berada di depan Elang, ia pun berani menatap wajah suaminya yang sedari tadi memelototi ke arahnya, satu demi satu kancing kemeja Elang telah Anjani buka hingga perlahan. Kini terpampang jelas dada mulus dan putih milik Elang, tubuhnya dipenuhi oleh otot otot yang berbentuk kotak, apalagi saat kancing itu terbuka di bagian perut, bentu otot perutnya sudah seperti roti sobek, Elang tersenyum puas saat Anjani berhasil menanggalkan kemejanya.
Lalu tanpa di perintah, Anjani sudah faham, setelah baju pasti celana yang minta di lepas, namun kali ini Anjani tidak berani membuka matanya, ia menutupnya dengan sangat rapat.
Dan setelah semuanya selesai, Elang masuk ke dalam Bathtub, dan Anjani berani membuka kedua matanya.
"cepat kau kesini, gosok punggungku menggunakan itu!" tunjuk Elang kepada benda yang berbentuk bulat seperti batu.
Di gosokannya benda tersebut di punggung suaminya.
"lumayan juga, kau cukup bertenaga untuk menggosok punggungku!" cetus Elang,mencoba memuji Anjani, tapi sepertinya Anjani tidak menghiraukannya, merasa tidak di respon akhirnya Elang membalikan tubuhnya dan kini menghadap ke arah anjani yang sedang duduk di bibir bathtub.
"Gosok bagian dadaku!' pinta Elang dengan sengaja.
Anjani sempat menutup kedua matanya kembali, melihat hal itu, terbesit fikiran jahil di dalam benaknya Elang.
Dengan sengaja, Elang menarik tangan Anjani hingga Anjani terjatuh ke dalam bathtub.
Byurrr!
Kini Anjani berada dalam pelukan suaminya.
"Kya...anda kenapa menarik tangan saya tuan, kan saya jadi ikutan basah!" Anjani berani melayangkan protes karena sudah kesal.
"Ha..ha..ha! Suruh siapa aku bertanya tidak kau jawab, malah kau acuhkan hah, terima sendiri akibatnya." Ucap Elang tertawa puas
"Anda ini sangat kekanak-kanakan, ini tidaklah lucu tuan, apa bagi anda aku ini hanyalah sebuah lelucon hah?" omel Anjani, berani memelototi Elang.
Kemudian Elang menatap wajah Anjani dengan sorot matanya yang tajam, ia kemudian mencengkram tengkuk leher Anjani.
"Kau tidak takut padaku hah? Kau sudah siap mati di tanganku? Ku akui kau cukup berani padaku, tapi aku tidak akan membiarkanmu menjadi wanita pembangkang!" Bentak Elang,membuat tubuh Anjani menjadi beringsut.
Suasana kini mendadak menjadi hening, Elang tiada hentinya menatap wajah Anjani, ia pun semakin mendekatkan wajahnya, ketika jarak di antara keduanya tinggal beberapa senti, Anjani malah memalingkan wajahnya, ia sepertinya sangat membenci sikap suaminya yang selalu seenaknya.
Merasa di acuhkan, Elang pun tidak tinggal diam, ia mencengkram kuat leher Anjani, hingga membuatnya menjadi tercekik.
"Kau berani menolak ku hah!" cetus Elang yang terlihat kesal
Anjani langsung memasang wajah memelas nya, akhirnya ia pasrah dan memejamkan kedua matanya, bulir bening terus saja keluar dari pelupuk matanya.
Saat Elang kembali mendekatkan wajahnya, ia malah mengusap Air mata yang terus membasahi wajah Anjani dengan ibu jari tangannya.
"Pergilah, aku ingin sendiri!" sungut Elang sambil memalingkan wajahnya.
Akhirnya Anjani buru-buru keluar dari dalam bathtub dan bergegas menuju pintu keluar kamar mandi.
'kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku seperti ini? Ada apa dengan diriku? Bukan kah aku sudah berjanji akan selalu menyiksanya, tapi mengapa saat ia menangis hatiku malah menjadi luluh!' batin Elang yang tiba-tiba saja menyesal.
Bersambung...
🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah... Elang sudah sembuh dari amnesia...