NovelToon NovelToon
Adil Untuk Delima

Adil Untuk Delima

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Fia

Berkisah Delima, seorang janda yang menikah lagi dengan seorang pria hanya bermodalkan ingin kejelasan tentang kematian suaminya. Ia hanya mencari kebenaran saja, apa suaminya meninggal karena kecelakaan jatuh di tempat kerja atau memang sengaja mengakhiri hidupnya karena alasan pinjaman online?. Atau memang ada alasan lain dibalik itu semua.

Pernikahannya dengan seorang pria bernama Adil. Mampu membuka beberapa fakta yang sangat ingin diketahuinya. Namun disaat bersamaan kebahagiaan rumah tangganya bersama Adil terancam bubar karena kesalahpahaman.



Mampu kah Delima mempertahankannya atau justru menyerah dengan keadaannya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Fia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Adil Untuk Delima

Usai mempertimbangkan semuanya sampai batas maksimum yang diberikan Papa Handi , Adil dan Delima bersepakat untuk menikah secara agama. Setelah itu baru mereka akan mengurus dokumen supaya pernikahan itu juga kuat di mata hukum.

Sederhana, memang itu yang terjadi pada pernikahan antara Adil dan Delima beberapa saat lalu. Namun begitu, bagi Adil sudah lebih dari cukup untuk mengikatnya dengan Delima dalam pernikahan.

Tidak main-main, Papa Handi langsung menyerahkan surat kepemilikan 20% sahamnya pada Delima yang telah ditandatanganinya. Meski sangat berlebihan bagi sang Mama yang merupakan nenek Adil, namun sebagai seorang pebisnis, kejujuran dan komitmen dengan ucapan itu adalah di atas segalanya.

"Papa ikut bahagia dengan pernikahan kalian" Papa Handi memeluk sang putra lalu memeluk Delima. Delima sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

"Terima kasih, Papa." Kata keduanya bersamaan. Tak segan-segan lagi di depan Papa Handi, Adil memeluk Delima. Nenek pun tak mempermasalahkannya lagi, yang ada nenek ikut tersenyum bahagia.

Delima hanya tersenyum walau sebenarnya sangat risih mendapatkan perlakuan hangat nan romantis dari pria yang kini telah menjadi suaminya.

"Tapi Papa sekarang harus segera ke bandara, pesawat Papa jam dua siang ini." Papa Handi melirik sekilas jam tangannya.

"Hati-hati, Papa."

Nenek, Delima dan Adil mengiringi kepergian Papa Handi dengan sebuah senyum. Papa Handi melambaikan tangan sebelum mobil membawanya menjauh dari Villa.

"Kalian tidak ingin bulan madu?" tanya nenek pada mereka saat masih di luar.

"Nanti saja, Nek. Pekerjaan di sini saja masih banyak. Tunggu Om Davis dan Om David pulang dulu. Katanya besok mereka pulang." Sahut Agil.

"Kamu gimana Delima?" kini giliran nenek bertanya pada Delima.

"Saya ikut Mas Adil saja, Nek. Kalau pun enggak bulan madu ya enggak apa-apa." Jawab Delima menimpali.

Nenek mengangguk lalu Adil dan Delima memapah nenek sampai kamar. Sedangkan Adil dan Delima masuk ke dalam mereka yang dihias ala kadarnya.

"Aku masih enggak percaya, kita udah suami istri aja" kata Adil. Pria itu berdiri tepat di depan cermin dengan posisi membelakangi. Sejak masuk kamar tatapannya tak pernah berpaling dari Delima.

"Iya, sama." Sahut Delima singkat.

"Kamu sungguh sangat cantik" puji Adil. Perlahan ia mendekati Delima lalu mendaratkan kecupan lembut pada kening Delima untuk bebarapa saat. Merapatkan tubuhnya pada tubuh Delima hingga tak ada jarak lagi.

Delima hanya tersenyum dibalik leher Adil. Ia tak pungkiri cinta Adil begitu besar dan tulus padanya. Ia pun dapat merasakannya. Tapi tak mudah juga buat Delima untuk melupakan Azka dan menerima sepenuhnya Adil.

"Maaf" batin Delima. Kata maaf yang ia tujukan untuk Adil dan almarhum Azka.

"Kebaya dan hiasan rambutnya jangan dulu di lepas, aku masih ingin melihatmu secantik seperti sekarang ini." Bisik Adil tepat di telinga Delima. Sontak saja Delima memejamkan mata akibat suara lembut Adil sambil mengangguk. Mengiyakan permintaan Adil.

"Terasa aneh enggak sih Mas kalau belum di lepas?" tanya Delima saat Adil melepaskan pelukannya. Ia melihat dirinya sendiri.

Adil menarik lembut dagu Delima dengan ujung jarinya hingga menatapnya.

"Enggak aneh, sayang. Kamu terlihat sangat cantik. Paling tidak sampai nanti malam sebelum kamu ganti dengan pakaian seksi." Kata Adil menggoda dengan sangat lembut. Aroma mint langsung menusuk indra penciuman Delima.

"Iya" Delima sadar itu kewajiban yang harus dijalaninya sebagai seorang istri. Meski akan sangat bertentangan dengan hati nuraninya dimana perasaannya masih sepenuhnya milik Azka.

Malam merangkak semakin larut, dua sejoli yang telah terikat pernikahan segera memasuki kamar setelah berbincang cukup lama dengan sang nenek.

Sedikit banyak Delima tahu keluarga besar suaminya. Baik dari pihak Papa Handi atau pun Mama Kanaya yang telah meninggal saat melahirkan Adil. Namun dari sekian banyak cerita, keluarga dari pihak Papa Handi yang paling menonjol dan banyak mencuri perhatian. Ternyata selain mereka orang yang sangat kaya raya, mereka juga orang baik dan juga dermawan. Ada banyak panti asuhan atau yayasan yang dibiayai oleh keluarga besar Papa Handi.

Namun demikian, tetap saja masih ada yang mengganjal dalam hati Delima yang ia simpan sendiri sampai ia bisa membuktikannya sendiri. Terkhusus Adil, Delima sangat mempercayainya.

"Apa sekarang saya sudah boleh ganti pakaian?" tanya Delima pada Adil yang baru selesai mandi. Pria itu menutup tubuhnya dengan kimono panjang. Wajahnya begitu segar dengan rambut yang dibiarkannya masih basah. Beberapa air masih menetes dari rambutnya.

"Hmmm, di dalam sudah ada pakaian ganti. Kamu bisa memilihnya." Kata Adil duduk di tepi ranjang sambil memainkan handphone.

Delima bergegas ke kamar mandi. Ia segera melepaskan semua pakaiannya, mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Sungguh terasa sangat segar. Delima diam mematung saat tahu pakaian ganti yang dikatakan Adil. Bukan pakaian layaknya pakaian. Walau ia tahu itu pakaian apa, namun selama menikah dengan Azka, ia tidak pernah memakainya dan tidak memilikinya.

Delima tersenyum berulang kali sambil menggelengkan kepala, ternyata sekarang ia berhadapan juga dengan pakaian-pakaian yang hanya dilihatnya terpanjang di Mall.

Pilihannya jatuh pada warna hitam, warna kesukaannya. Walau berwarna gelap, namun nyatanya tak mampu menutupi keindahan ragawainya.

Jakun Adil naik turun karena ia menelan ludah kala penampakan Delima begitu sangat menggoda. Rasanya ia tak salah pilih untuk melabuhkan hatinya pada Delima. Bukan hanya sekedar cantik namun sangat baik.

"Aku sudah tak sabar, sayang" Adil segera menghampiri Delima. Wanita itu panas dingin saat tangan kekar Adil mengelus di sepanjang lengannya.

Delima yang tak dapat menghindar pun hanya diam pasrah kala Adil mencumbunya dan ia pun melebur menjadi satu dengan Adil.

Tiga jam telah berlalu, Adil sudah tertidur pulas sambil memeluk tubuh polos Delima karena percintaan mereka yang menggila. Bukan hanya Delima saja, namun tubuh Adil juga masih polos. Selimut tebal Delima tarik untuk menutupi tubuh mereka yang masih terdapat sisa-sisa keringat.

"Maaf" gumam Delima lirik sambil menghapus air matanya. Tubuhnya telah ia bagi meksi pada pria yang telah menikahinya. Namun hatinya masih sepenuhnya tentang Azka.

.....

Nenek tidak masalah dengan Delima yang bangun siang. Bahkan sampai melewatkan sarapannya. Untung saja ada Adil yang sigap menggantikan Delima. Semata-mata juga Adil lakukan karena merasa bersalah pada Delima. Menjelang waktu pagi ia kembali menggempur Delima habis-habisan. Rasanya begitu nikmat sampai ia tak bisa berhenti.

"Mana pengantin wanitanya?" tanya Om Davis yang setengah jam lalu tiba di Villa.

"Iya, cuma kamu aja yang sibuk menyiapkan semuanya." Om David ikut menimpali.

"Om berdua kaya enggak pernah muda aja, pake di tanya lagi" jawab Adil santai.

Om Davis dan Om David tertawa.

"Kamu seperti Papamu, Adil" lanjut Om Davis.

"Kalau belum puas belum keluar kamar" ucapan Om Davis disambut gelak tawa mereka yang ada di ruangan sana.

Delima segera membuka mata kala tawa keras mereka menganggu pendengarannya.

"Ya ampun..." Delima beringsut sambil menutupi tubuhnya yang banyak tanda cinta. Seluruh tubuhnya sakit dan pegal-pegal meski ia harus mengakui sentuhan Adil begitu memabukkan.

"Jam berapa sekarang?" tanyanya pada diri sendiri sambil melirik nakas. Kedua bola mata Delima terbuka lebar, bagaimana tidak. Saat ini waktu telah menujukkan pukul dua siang. Ia segara turun dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.

Tampilan Delima sudah cantik dengan balutan dress selutut yang dibelikan Adil. Delima segera menghampiri Adil yang berdiri membelakanginya tanpa memperhatikan orang yang ada di depan sang suami.

"Mas maaf saya kesiangan" kata Delima dengan wajah sesal.

Adil tersenyum sambil membelai wajah cantik Delima yang diciuminya tanpa henti.

"Ini istri kamu, Dil?." Tanya Om Davis dan Om David bersamaan.

Bersambung

1
Esti Purwanti Sajidin
aduhlah ikut deg2 an jg jadi nya
Teti Hayati
Mulai tegang...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!