NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode dua puluh empat

  " Kau akan memberikan yang mana satu? Uang atau ikan?" tanyaku kepada Beta sambil memecah lenggang, entah kenapa sejak tadi mendadak menjadi pendiam.

    Sebagai balasan Beta mengangkat kantong miliknya yang berisi ikan hasil pembagian tadi. Sementara tangan satu lagi nya memasukan uang ke dalam saku celana.

   " Kalian pernah mendapatkan ikan lebih banyak daripada tadi Beta?" tanyaku lagi.

    Beta terdiam agak lama, baru mau menjawab setelah setengah ia berhenti jalan sejenak.

     " Tidak pernah Dium." ucapnya sedikit tercekat.

     " Ooh, berarti hari ini tangkapan yang baik, bukan?" tanyaku sambil tertawa.

      Beta membalasnya dengan mengangguk pelan, aku tidak menyadari kala itu mengapa ia agak sedikit berbeda ekspresi nya.

     " Kira kira kira akan makan apa malam ini?" tanyaku lagi.

      " Bisa jadi ikan panggang, atau kalau anak anak yang bekerja di peternakan membawa telur, bisa jadi telur goreng, atau bisa jadi juga kalau anak anak yang ikut warga ke ladang membawa sayur mayur, tergantung petugas masak malam ini mereka mau memasak yang mana, selebihnya akan di simpan untuk persiapan sarapan pagi dan cadangan makanan kita." jawab Beta.

       Aku mengangguk, di rumah bagi setiap anak yang sudah tingkat SMP dan SMA, mereka di perbolehkan untuk bekerja, hasil dari mereka bekerja sebagiannya akan di berikan ke petugas masak untuk makanan seluruh penghuni rumah, tidak ada paksaan sedikitpun di situ, setiap anak secara sukarela memberikan hasil kerja mereka, telah di tanamkan jiwa kekeluargaan serta saling memberi di antara satu dengan yang lainnya.

      Jalan sekeliling kami sudah mulai gelap, lampu lampu jalan di sekitar pantai mulai nyala satu per satu, di sini tidak lagi menggunakan lampu minyak tanah, tetapi listrik sudah ada jadi para warga menggunakan lampu bohlam yang berwarna kekuningan.

      " Kira kira si kembar bekerja di mana Bet? " tanyaku.

      " kau akan mengetahui sendiri nantinya Dium, mereka biasanya akan pulang paling terakhir, dan juga pulang dengan badan yang penuh lumpur." jawab Beta sambil tertawa.

    Aku mengernyit, memang nya mereka bertiga kerja di mana? Sawah? Atau parit parit saluran air di pinggir jalan raya?

     Beta memutuskan mampir sejenak ke warung yang kami singgahi pagi tadi, ia membeli beberapa peralatan, serta makanan ringan, aku mengikutinya, mengambil beberapa keperluan ku karena tadi ada yang kurang, membeli dua buah es krim dari lemari pendingin, serta membeli sebuah piringan logam, ternyata warung itu juga menyediakan peralatan material.

      " Untuk apa kau membeli barang logam itu ?" tanya Beta ketika kami sudah meninggalkan warung.

     Aku mengangkat bahu sebagai jawaban, aku ingin membuat sebuah percobaan. Aku memberikan satu eskrim ku kepada Beta, sementara satunya lagi mulai ku buka bungkusan nya.

     Beta mengangguk, lalu mengucapkan terimakasih. Ia juga ternyata sengaja membeli dua bungkus makanan ringan, satu lagi nya di berikan kepadaku.

     Kami menghabiskan waktu berjalan sambil menikmati eskrim, aku berencana untuk makan jajan pemberian Beta nanti malam saja. Beberapa kali kami berpapasan dengan warga yang baru pulang dari aktivitas nya masing masing, wajah wajah lelah terlihat jelas. Terkadang ada juga warga yang menaiki motor, Beta mengatakan bahwa hanya orang orang tertentu saja tempat ini yang memiliki motor, karena di saat itu harga motor sangat mahal. Beberapa gerombolan anak anak kecil sambil memegang mushaf di tangan juga terlihat memenuhi bahu jalan, mereka berjalan bersama sambil terkadang berlarian.

     Kami tiba di rumah lima menit kemudian, Beta langsung mengajak ku untuk ke dapur, kami akan meletakkan ikan hasil tangkapan kami di sana. Setiba di dapur, terlihat beberapa anak yang menjadi petugas masak malam ini, mereka berlima, dua di antaranya laki laki. Salah satu anak perempuan menerima kantong berisikan ikan dari kami, ia mengucapkan terimakasih banyak, mereka sedari tadi terlihat sedang memanggang sesuatu.

      Beta mengangguk, ia menarik tangan ku, mengajak untuk segera ke lantai atas. Tidak ada siapa siapa di atas, beberapa anak anak sedang bermain di sekitaran meja makan, berceloteh riang sambil menunggu makan malam selesai di hidangkan.

Aku meletakkan uang di rak baju, mengambil baju salinan, peralatan mandi, lalu menuju kamar mandi, Beta juga melakukan hal yang sama.

Aku langsung mencuci bajuku, bau amis karena lepas memancing sepertinya tidak akan hilang dalam waktu dekat kecuali langsung di cuci dan di bilas.

Sepuluh menit kemudian aku selesai mandi, terlihat pintu kamar mandi di samping ku yang masih tertutup menandakan bahwa Beta belum selesai mandi. Aku mematut penampilan di depan cermin besar di samping kamar mandi, menyisir rambutku yang basah menggunakan jari jemari.

Aku mengeluarkan kantong keresek berisi gulungan logam yang tadi ku beli, mengambil tali di bawah tempat tidur, aku tidak tau juga siapa yang meletakkannya di sana, mulai mengikat tali di gulungan logam itu, membuat penyangga nya dari potongan besi yang ku temui di belakang pintu kamar. Aku meletakkan sejenak komponen komponen yang sedang ku rakit ketika mendengar ada suara yang menuju ke lantai atas, samar samar terdengar suara beberapa orang yang ku kenali, sesekali mereka terdengar tertawa bersama.

Pintu kamar di buka, terlihat tiga kepala orang yang melongok ke dalam kamar, ketiga orang itu menyeringai senang satu sama lain.

" Masuklah ke dalam, cuman ada aku dan Beta di sini." ucap ku.

Sebagai jawabannya si kembar segera berlarian ke dalam, astaga aku kira kenapa mereka seperti mengendap endap, ternyata badan mereka penuh dengan lumpur, benar benar penuh dengan lumpur, hanya wajah mereka bertiga yang tidak terkena lumpur.

" Kalian bertiga dari mana? Kalau di bandingkan dengan kerbau pembajak sawah, bisa jadi kalian lebih kotor." tanyaku sambil tertawa.

" Tadi benar benar seru Dium, awalnya El tidak sengaja terpeleset, kami bertiga kan bekerja di sawah para warga, aku mau membantu El berdiri, tapi dia malah sengaja menarik tangan ku, lalu aku juga membalas ke Al, dan sisanya kau bisa simpulkan sendiri Dium." jawab Ul sambil tertawa, di antara kedua saudaranya dia yang paling kotor.

" Kalian takut di marahin ibu dere?" tanyaku lagi.

" kalau dia tau, kami bukan hanya akan di marah Dium, bisa jadi kami di suruh tidur bertiga di luar malam ini." jawab Al sambil tertawa.

Suara pintu kamar mandi terdengar di buka dari dalam, terlihat Beta keluar sambil menggigil, sepertinya ia kedinginan.

" Aku saran kan kalian segera mandi, lima belas menit lagi Bu dere akan memeriksa semua ruangan, kalau kalian tertangkap ada di kamar bisa jadi kalian akan dapat masalah, aku tidak pasti tapi bisa saja akan terjadi." ucap Beta memperingati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!