NovelToon NovelToon
Unblessed Story

Unblessed Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: iyan al

Seorang gadis yang selalu mengeluh tentang hidupnya yang membosankan tiba-tiba saja di transmigrasi ke sebuah dunia antah berantah, menguak rahasia besar yang selama ini ia lupakan.

Penyerangan yang tiba-tiba membuat dirinya mau tidak mau harus meninggalkan seseorang yang menarik perhatiannya saat ia tiba.

Akankah gadis itu berhasil menguak identitas yang ia lupakan? Bisakah takdir mereka menyatu kembali? Apakah benang merah mereka mengkhianati mereka?

⚠️Perubahan pov akan terjadi untuk mendukung cerita, harap teliti agar tidak terlewat dan bingung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iyan al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Bersama Helen I

Disinilah ketiga dewa itu berada, di sebuah rumah yang mengambang di tengah danau teratai. Rumah itu tidak jauh berbeda saat Xian dan Jenar terakhir kali ke tempat itu, keduanya berhasil masuk namun Helen terpental jauh saat ia menjejakkan kakinya di ujung jembatan penghubung. 

Clang 

Sebuah pedang perak tipis yang berkilauan indah berhasil merobek ujung gaun yang di pakai Helen, meski kecil namun berhasil membuat Helen mengeluarkan aura membunuhnya. 

"Hai Chyou." 

Ucap Xian saat seorang pemuda berbaju putih satin mendarat di depan Helen, Xian melambaikan tangannya dengan senyum riang yang seringkali tercetak saat Chyou berada di hadapannya. 

"Eh... Jenar, Xian. Ada apa kalian kemari?" Tanya Chyou saat menyadari keberadaan dua orang dihadapannya. 

Jenar maju beberapa langkah, membungkuk hormat.

"Kami ingin menginap selama beberapa hari, ada misi yang tempatnya tidak jauh dari rumahmu. Apa kau tidak keberatan memberi tumpangan pada kami?" 

"Ah tentu saja boleh, mari masuk."

Chyou membalas senyuman kedua saudara di depannya. ketiga pemuda itu masuk kedalam rumah sambil berbincang dengan ringan, total abai dengan seorang gadis yang masih tertahan di ujung jembatan tanpa bisa maju selangkahpun. 

"Kalian meninggalkanku brengsek!"

Helen berteriak kesal karena kehadirannya total diabaikan oleh ketiga pemuda itu. Jika dia benar-benar ditinggalkan, ia bersumpah akan menghajar kedua sepupunya dan menghancurkan rumah sepupunya dengan segenap tenaga. 

Jenar menepuk dahinya dengan pelan, dia benar-benar lupa dengan eksistensi sepupunya itu.

"Aku lupa! Chyou bisa kau biarkan dia masuk? Dia sepupu ku." 

"Wanita itu sepupu kalian? Nona maafkan aku karena tidak bertanya lebih dahulu."

Chyou membungkukkan tubuhnya tanda ia menyesal, sedangkan Helen sudah memukuli kedua sepupu kurang ajarnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. 

"Tidak apa-apa, bukan kesalahanmu." 

Setelah puas memukuli kedua sepupunya, Helen merangkul Chyou dan membawanya masuk–meninggalkan kedua sepupunya diluar. 

Xian mengulurkan tangannya pada Jenar.

"Inilah mengapa aku tidak setuju jika kita membantunya."

Jenar membersihkan bajunya dari debu, menerima uluran tangan Xian dan berdiri dari duduknya.

"Tidak boleh begitu, dia itu saudara." 

"Hei jangan lupa untuk membuatkan kami pangsit." Teriak Xian saat Helen dan Chyou hampir menghilang di balik pintu.

Helen berteriak setuju, membuat kedua kakak-beradik itu pucat pasi. Meski gadis itu sangat pandai dalam bela diri tapi skill memasaknya nol besar.

Pernah sekali mereka memakan masakan gadis itu, Xian harus berbaring di ranjangnya selama dua bulan penuh dan Jenar mengalami keracunan yang tidak diketahui bahkan oleh tabib terbaik di pengadilan.

"Tidak! Biar aku saja yang memasak."

Jenar berlari masuk ke dalam rumah dan mengambil bahan-bahan untuk membuat pangsit dari tangan Helen. Gadis itu menggerutu kesal karena niat baiknya ditolak dengan jelas oleh mereka.

Chyou hanya terdiam sambil minum teh karena ia tidak bisa melerai mereka, Xian yang baru datang juga ikut bertengkar.

"Hah, aku harus terbiasa."

Pemuda malang itu memandang ketiga dewa yang lebih tua darinya, sepertinya ia akan mengusir mereka jauh jauh dari kehidupannya.

Setelah lama bertengkar, ketiga dewa itu memutuskan agar Jenar yang memasak–sebenarnya memang itu yang dari awal direncanakan.

Helen dan Xian menunggu Jenar di ruang tamu, mereka bermain catur dengan aturan acaknya.

Chyou memperhatikan permainan mereka, sebelum menyadari jika aturan permainan catur mereka benar-benar kacau total.

"Hei kau melanggar aturan, seharusnya bidak itu berjalan dari sini ke sini, bukan dari situ."

Xian protes ketika aturannya dilanggar Helen, gadis itu dengan kekeuh mempertahankan aturannya.

"Kau yang salah, bidak ini seharusnya hanya bisa berjalan menyerong, bukan membentuk huruf."

"Chyou bagaimana menurutmu?"

Kedua dewa itu menatap Chyou, berharap jika aturan salah aatu dari mereka dipilih oleh Chyou.

"Kenapa tidak pakai aturan biasa saja?"

Jawaban Chyou membuat mereka kecewa, setelah menjawab jika hal itu tidaklah seru, mereka lanjut bermain dengan dua aturan berbeda. Chyou menepuk dahinya, lelah dengan kedua dewa itu.

"Sudah dulu mainnya, kita makan dulu habis itu kita cari junior Helen."

Jenar menginterupsi, membuat Chyou bernafas lega karena tidak terjebak bersama dua dewa yang kelebihan energi ini.

"Etto... Dimana kita sekarang?"

Xian mengamati tempat yang terhubung dengan portal teleportasinya. Matahari bersinar dengan terik, sedangkan tempat di sekitar mereka hanyalah sebuah gurun tandus yang sudah lama tidak di lewati. 

"Apa kau salah tempat?"

Xian menoleh ke arah Helen dengan ragu-ragu. Tanpa menjawab pertanyaan Xian, Helen melemparkan sedikit kekuatannya yang berbentuk bola ke arah Xian yang sudah berlindung di belakang tubuh jenar. 

Chyou tertawa karena merasa lucu dengan kelakuan ketiga orang yang sedang bersamanya saat ini. Setelah puas tertawa, Chyou berdiri di tengah-tengah ketiga saudara itu dan menghentikan pertengkaran.

"Sudah, sudah. Mari lanjutkan pencarian kedua juniormu." 

Setelah memastikan ketiga temannya berhenti, Chyou berjalan kearah selatan diikuti Helen, Jenar dan Xian yang berjalan paling akhir, berjalan dengan lambat karena dirinya merasa bosan dan kepanasan. 

"Arius."

Xian tanpa sadar berhenti melangkah, membuat dirinya tertinggal jauh di belakang tanpa disadari. 

"Ada apa?"

Hologram itu menyala, menampilkan wajah Arius yang sedang menulis, kantung mata yang menghitam berhiaskan kacamata yang melorot di hidungnya, sekali dua kali tangannya menutupi mulutnya karena menguap, rambutnya yang panjang berjatuhan menutupi sebagian wajahnya, sungguh kacau.

"Kau sedang sibuk? Dimana sistem?"

Xian sudah duduk dengan asal di tengah gurun tandus itu, seketika melupakan ketiga orang yang sudah menghilang dari pandangannya. 

"Sedang aku perbaiki, oh apakah aku sudah memberitahumu jika hutangmu sudah terbayar lunas?"

Wajah lelah Arius kini terpampang dengan jelas di layar hologram, tangan Xian tanpa sadar mendekat ke pipi Arius, mengusap dengan hati-hati meskipun Arius tidak bisa melihat apa yang ia lakukan. 

"Aku sudah tahu, jika kau lelah beristirahatlah dulu, kantung matamu menghitam, lihat! Matamu memerah." 

"Jika aku tidak cepat menyelesaikan sistem, akan banyak pekerjaan yang tertumpuk." 

Arius menjatuhkan tubuhnya di atas meja yang masih tersisa ruang kosong, menatap Xian yang bermandi keringat, jubah terluarnya sudah ia lepaskan hingga tersisa jubah dalam yang berwarna biru tua. 

"Tidur beberapa jam tidak akan membuat dunia ini kiamat atau begini saja, aku kembali sekarang dan membantumu."

Tawar Xian yang sudah bersusah payah memikirkan cara untuk menghindar dari Helen, ia juga merasa rindu dengan wangi temannya itu.

"Tidak, 98% hampir rampung. Bukankah ada Chyou bersama kalian? Kau jaga saja dia, aku dengar putra mahkota ingin menjadikannya adik." Arius berkata dengan sedikit lemah, matanya sudah sayu. 

"Oh ya? Aku akan merasa senang jika Chyou ingin menjadi adik kami. Aku akan menemani kau tidur, setelah itu menyusul mereka."

Xian merasa sangat bahagia dengan apa yang di ucapkan Arius, jika Chyou mau menjadi adiknya, ia tentu sangat bahagia karena keinginannya menjadi seorang kakak akan terwujud.

"Tidak, kau lanjut saja sana, hush berhenti menggangguku."

omel Arius yang sekarang menjadi semangat, mata sayunya seketika melebar dengan percikan kesal yang entah dari mana datangnya, lalu layar hologram berganti menjadi warna hitam dan manghilang.

Xian memiringkan kepalanya bingung, apa semua orang sedang sensi dengannya hari ini? Sepertinya ia harus menandai hari ini sebagai hari sialnya.

"Kenapa dia sensi sekali, eh kearah mana mereka pergi?" Saat sadar dirinya sudah tertinggal sendiri di tengah gurun tandus yang panas, bahkan burung pun enggan menemani. 

Dengan lemas dan putus asa, Xian berjalan tidak tentu arah untuk menemukan jejak yang mungkin saja ditinggalkan oleh Jenar. 

1
Naomi Arin
tambah penasaran sm episode selanjutnya wooeyy,
mampir dinovelku Mati Rasa ya gaess, sukses trs thor 😍
Husna15🐅
njirr😂
Husna15🐅
gimana klau Xian ktmu Ian d depan mata Chyou
Husna15🐅
Ooh🤭
Husna15🐅
😂
Husna15🐅
aku ngakak bentar kak🤣
Husna15🐅
hah? pantesan bnyk yg ngincer ian
Husna15🐅
tapi mimpi emang sering kek nyata, saking nyata perasaan dalam mimpi ke bawa d dunia nyata
Husna15🐅
lahh, efeknya masih ada terus ian gk sadar dri tdi
Husna15🐅
tunggu² aku kek ragu² 😂

alin itu ian kan? aduh.. gk salah inget kan akunya
Iyan: Alin itu Lian kak, tapi dia dipanggil apa aja juga nyaut
total 1 replies
Husna15🐅
hm, udah kembali ke dunia asli
Husna15🐅
akhirnya tau kondisi ian
Husna15🐅
ada hati yang harua di jaga😌
Husna15🐅
seperti hewan iblis
Husna15🐅
😂
Husna15🐅
ehh, tpi ini singa😆
Husna15🐅
dri dulu pengen pelihara harimau
Husna15🐅
kuat banget ya Xian
Iyan: Soalnya dia setiap cobaan dicobain
total 1 replies
Husna15🐅
😔
Husna15🐅
aku blm prnah nyium bau teratai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!