Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Bodoh
Galang melihat kue yang dibeli Dara untuknya, kue itu sudah berserakan di depan basecamp nya. Pasti gadis itu ingin berbaikan dengannya setelah mereka menjaga jarak beberapa waktu lalu.
Jangan dekati aku!
Galang masih mengingat jelas teriakan Dara, jika dia memaksa pasti gadis itu semakin tidak bisa mengendalikan emosinya.
Jadi, Galang membiarkan Dara pergi supaya tenang terlebih dahulu.
"Apa Dara mendengar semuanya?" tanya Satria yang menyusul.
"Kita harus menjelaskan pada Dara," timpal Morgan memberi usul.
Padahal keadaan Dara baru saja membaik, kini gadis itu harus kembali terguncang.
Satria dan Morgan merasa bertanggung jawab untuk menjelaskan pada gadis itu. Mereka berniat berbicara pada Dara keesokan harinya.
Semoga saja Dara bersekolah karena gadis itu sudah banyak izin sebelumnya. Dan memang Dara bersekolah meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja.
"Kenapa lagi?" tanya Fiona yang melihat Dara dengan mata bengkak.
"Tidak apa-apa," jawab Dara. Dia masih belum siap bercerita pada Fiona tentang kejadian kemarin..
Sebenarnya Galang sudah bercerita pada Fiona, awalnya Fiona marah tapi Galang berusaha meyakinkan kalau dia sudah berubah dan ingin memperbaiki kesalahannya.
Namun, tentu saja tidak semudah itu, kalau dia di posisi Dara pasti hatinya juga hancur apalagi dengan kondisi hamil seperti sekarang.
"Di kantin ada menu baru, bagaimana kalau jam istirahat nanti kita mencobanya?" Fiona berusaha menghibur Dara.
"Boleh," jawab Dara. Dia tidak ingin bayinya kurang nutrisi, akhir-akhir ini gadis itu mengalami keram di perut pasti karena setres.
Niat hati di kantin ingin makan dengan tenang tapi mood Dara kembali hancur ketika melihat Morgan dan Satria yang mendekat.
"Aku tidak ingin dengar apapun jadi kalian pergilah," Dara mengusir kedua pemuda itu.
"Setidaknya beri kami kesempatan untuk menjelaskan," bujuk Morgan.
"Ini bukan seratus persen salah Galang," tambah Satria.
Mereka benar-benar menyesal dan ingin minta maaf pada Dara secara langsung.
Namun, semua itu sia-sia karena Dara sudah terlalu sakit hati. Jangankan bicara pada mereka, bicara pada Galang pun gadis itu tidak mau lagi.
Hal itu berlangsung sampai usia kehamilan Dara menginjak trimester kedua.
Beberapa bulan tidak bisa bertemu Dara membuat Galang jadi frustasi, pemuda itu lebih banyak menghabiskan waktunya di basecamp daripada pulang ke rumah keluarganya.
Galang masih menggunakan kartu pemberian dari Adam jadi dia tidak mau berbaikan dengan kedua orang tuanya.
"Aku bisa gila kalau terus seperti ini," gumam Galang dengan gusar. Dia tampak berantakan dan tidak merawat diri lagi.
Pemuda itu sekolah hanya sebagai formalitas, selebihnya hanya mengamati Dara dari kejauhan.
Walaupun hamil, Dara masih saja kurus apalagi wajah gadis itu pucat seperti sedang sakit.
"Apa Dara meminum susu hamilnya dan makan dengan baik?" gumam Galang merasa cemas.
Fiona : Dara akan mengikuti olimpiade di luar kota
Galang merasa terkejut membaca pesan dari Fiona itu, dia harus mengikuti Dara apapun yang terjadi.
"Aku mempunyai firasat tidak enak," Galang segera mencari informasi tentang keberangkatan Dara ke luar kota.
Dan memang benar, keram di perut Dara semakin gadis itu rasakan di kehamilannya yang menginjak usia empat bulan.
Dara sudah tidak mengalami mual dan muntah tapi keram di perutnya semakin bertambah.
"Apa rasanya tidak nyaman berada di perut ibu?" tanya Dara seraya mengusap perutnya.
Nilai pelajarannya memang selalu bagus tapi untuk hal seperti ini, Dara merasa sangat bodoh. Apalagi jika mengingat Galang yang hanya menjadikannya taruhan.