NovelToon NovelToon
Permainan Terlarang

Permainan Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Pembantu / Pembaca Pikiran
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alim farid

**Sinopsis:**

Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

luna terbangun lebih cepat dari biasanya, tubuhnya terasa seperti habis bertarung dengan raksasa. Dengan susah payah, ia menyeret dirinya keluar dari tempat tidur, memandang sekeliling kamar yang seharusnya familier, namun entah kenapa sekarang terasa asing, seolah-olah ia berada di planet lain. Ini adalah kamar di rumah kakak iparnya. Dengan kepala yang masih berdenyut, ia mencoba merangkai potongan ingatan dari malam sebelumnya. Tiba-tiba, semuanya terlintas kembali dalam pikirannya, dan tanpa sadar, tangan luna menutup mulutnya yang terbuka lebar.

"Astaga! Apa yang sudah kulakukan?" pikirnya panik, perasaan malu menyergapnya seperti badai yang datang tiba-tiba.

Dia dan damon... Oh Tuhan, bagaimana bisa ia terseret dalam situasi gila seperti itu? Walaupun ingatannya sedikit kabur, luna masih bisa merasakan bagaimana dia membalas ciuman penuh gairah dari kakak iparnya. Tapi setelah itu, ingatannya menjadi kabur. Yang bisa ia pastikan adalah ketika terbangun, dirinya masih dalam keadaan utuh, tanpa ada tanda-tanda bahwa damon mengambil langkah lebih jauh.

luna menarik napas panjang, sedikit lega karena meskipun ia mabuk berat, damon tidak memanfaatkan situasi. Mungkin pria itu masih memiliki sedikit moral. Namun, perasaan bersalah kembali menghantamnya, seperti pukulan yang datang tanpa peringatan. Baru saja patah hati, dan sekarang dia malah menciptakan masalah baru.

Pikiran-pikiran itu terus berkecamuk di dalam kepalanya, sampai sebuah ketukan lembut terdengar dari pintu.

"luna, sudah bangun?" Suara kakaknya, elise, terdengar dari balik pintu.

"Sudah, Kak," jawab luna cepat, berusaha menutupi kegugupannya.

"Kalau begitu, buruan sarapan sebelum dingin," kata elise.

"Baik, Kak," sahut luna dengan lesu, kemudian ia melangkah berat menuju lantai bawah.

Di meja makan, damon sudah duduk rapi dalam setelan kerjanya, terlihat seperti model iklan majalah. Tatapan singkat dari pria itu membuat luna merasa seperti tikus kecil yang terperangkap di sarang kucing, tapi dia hanya menunduk, berusaha menghindari kontak mata. Malu dan bersalah, dua kata yang terus menghantui pikirannya. Bagaimana mungkin dia bisa begitu nekat mencium kakak iparnya sendiri? Sementara itu, damon, yang duduk di seberang meja, hanya menyunggingkan senyum nakal yang membuat jantung luna berdetak lebih cepat seperti genderang perang.

"Jadi, Dek, bisa ceritakan kenapa kamu sampai mabuk semalam?" tanya elise tiba-tiba, memecah keheningan yang mencekam.

luna tersentak, lalu dengan cepat menatap kakaknya. "Eh, itu... semalam aku pesta kecil sama teman-teman, Kak. Jadi minum sedikit," jawabnya, jelas-jelas mengarang cerita. Sebenarnya dia minum sendirian di bar, mencoba menghapus luka hati.

damon, mendengar itu, hanya menyeringai tipis, seolah-olah bisa membaca kebohongan luna dengan mudah.

"luna, lain kali jaga diri ya, jangan sampai mabuk lagi. Untung damon yang jemput kamu. Kalau bukan dia, siapa tahu apa yang bisa terjadi," kata elise dengan nada serius.

luna hanya bisa terdiam, merasa seperti anak kecil yang ketahuan berbuat nakal. Dalam hatinya, ia tahu damon bukan pria baik-baik. Bahkan, dia mungkin yang paling berbahaya. Buktinya, semalam mereka hampir melampaui batas. Meskipun itu tidak terjadi, luna masih bisa merasakan bagaimana sentuhan damon beberapa hari lalu membuatnya kehilangan akal sehat. Sentuhan itu, yang pertama kali ia rasakan, akan selalu terukir di ingatannya.

Pertanyaan besar menghantui pikirannya. Bagaimana bisa kakaknya menikahi pria seperti damon? elise cantik, sukses, dan bisa mendapatkan pria yang lebih baik. Meskipun harus diakui, damon memang menarik, sangat menarik, dan punya segalanya, tapi di balik semua itu, dia bukan tipe pria yang setia. Dari cara damon memperlakukan elise dan dirinya, luna bisa melihatnya dengan jelas. Tapi ia tidak berani membuka mulut kepada kakaknya. Lagi pula, ia sendiri sudah terjebak dalam situasi yang sangat rumit dan salah.

Apakah damon juga punya hubungan dengan wanita lain di luar sana?

"Makan dulu, Kakak sudah buatkan sop buat kamu. Biar kamu cepat pulih dari mabuk," kata elise, memecah lamunan luna.

luna mengangguk, lalu mulai makan sop buatan kakaknya. Ia sengaja tidak menatap damon, takut jika kejadian semalam kembali terulang dalam pikirannya. Meskipun ia tahu damon terus mengawasinya, ia berusaha tetap tenang.

"Setelah ini, kamu mandi dan ikut ke kantor bareng damon," kata elise tiba-tiba.

Mata luna membelalak seperti burung hantu yang baru bangun tidur. "Nggak usah, Kak. Aku bisa naik taksi sendiri," tolaknya cepat, mencoba menghindar dari situasi yang tidak nyaman.

Namun, elise hanya menggeleng. "Nggak bisa, luna. Kakak sudah janji sama Mama untuk menjaga kamu selama kamu di sini. Lagipula, kamu dan damon sekantor, apa salahnya naik mobil dia? Kalau nggak mau jadi pusat perhatian, kamu bisa turun sedikit sebelum sampai kantor," kata elise panjang lebar, seperti pengacara yang sedang menegosiasikan perjanjian.

luna menatap damon yang tersenyum penuh arti, seakan menikmati keadaan ini. Dia tahu ini semua adalah bagian dari rencana damon, dan elise hanya mengikuti alur tanpa tahu yang sebenarnya terjadi. Meski begitu, elise tidak bisa berbuat banyak. Baginya, damon adalah sosok penting dalam keluarga mereka.

Sebenarnya, menikah dengan pria seperti damon adalah keberuntungan, meskipun hanya pernikahan kontrak. Sayangnya, elise tidak benar-benar mencintai damon. Ia sudah memiliki seseorang lain di hatinya, seseorang yang tak kalah menarik dari damon, meskipun dalam banyak hal, damon jauh lebih unggul.

elise berharap hubungan damon dan luna bisa berjalan lancar. Sayang sekali jika tidak. damon adalah pria yang langka, berbeda dari kebanyakan pria sukses lainnya. elise bisa menjamin hal itu karena ia sudah mengenal damon cukup lama.

"Tapi, Kak, aku belum siap, dan Kak damon sudah siap berangkat," dalih luna, mencoba mengulur waktu.

"Aku bisa menunggu," jawab damon, suaranya tenang tapi tegas, dengan tatapan yang membuat luna merasa seperti anak kucing yang ketahuan bermain di dapur.

luna hanya bisa meringis. Menghindari pria ini benar-benar misi yang hampir mustahil.

Setelah sarapan, luna segera mandi dengan cepat, berusaha tidak membuat suami kakaknya menunggu terlalu lama.

"Kamu nggak mengeringkan rambutmu dengan benar, luna," tegur damon saat luna keluar dari rumah, mendekati mobil mewahnya.

luna memutar bola matanya, merasa sedikit jengkel. "Nggak apa-apa, nanti juga kering sendiri, Kak," jawabnya sambil masuk ke dalam mobil. Perlahan, rasa takutnya terhadap damon mulai memudar, tapi rasa malu karena kejadian semalam masih terus menghantui pikirannya. Ciuman pertama yang tak akan pernah ia lupakan.

Dalam keasyikan merenung, luna bahkan tidak sadar ketika damon sudah duduk di sebelahnya. Dia terkejut saat pria itu tiba-tiba mendekat.

"Kak damon, mau apa?" seru luna, dengan nada panik. Ia takut kakak iparnya akan menciumnya lagi.

"Membantu kamu pasang sabuk pengaman. Aku sudah memanggil-manggil kamu tadi, tapi kamu terus melamun. Jadi, apa yang sedang kamu pikirkan? Apa tentang kejadian semalam?" goda damon dengan nada menggoda.

"Tidak! Aku tidak ingat apa-apa tentang kejadian semalam!" sangkal luna cepat, suaranya tinggi seperti seseorang yang ketahuan berbohong.

damon hanya tersenyum, seakan menikmati kekacauan yang terlihat jelas pada luna. "Jadi, aku benar. Kamu ingat ciuman panas kita," katanya dengan nada yang dibuat menggoda.

Wajah luna langsung memerah seperti tomat yang matang. "Kalau Kak damon terus membahas itu, aku akan turun sekarang dan naik taksi!" ancamnya dengan nada yang tidak lagi bisa ditawar.

damon tertawa kecil, menatapnya dengan tatapan penuh canda. "Oh, jadi sekarang kamu berani mengancam, ya?" Ia melihat luna mengangkat dagunya, mencoba terlihat tegar. Pria itu tertawa lagi. Keinginan untuk menciumnya begitu besar, tapi dia memilih untuk menahan diri.

"Baiklah, manis. Kali ini, aku akan mendengar apa yang kamu mau," ujarnya sambil mengusap rambut luna dengan hangat.

1
Endang Yusiani
mirip-mirip
Alim Farid: apanya mirip"kak
total 1 replies
Debby Tewu
lanjut ceritanya
Debby Tewu
lanjut dong veritanya
Divana Mareta
lanjut thor...
Subrianti Subrianti
Luar biasa
Alim Farid: makasih kakak 🙏🙏🙂
total 1 replies
bb_yang_yang
Yuk, thor, update secepatnya! Pembaca mu sudah tidak sabar lagi. 😍
Jock◯△□
Ganti tanggal jadi sekarang ya thor!
Asnisa Amallia
Gimana ceritanya bisa sehebat ini? 😮
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!