Gubee, Pangeran Lebah yang ingin merubah takdirnya. Namun semua tidaklah mudah, kepolosannya tentang alam membuatnya sering terjebak, dan sampai akhirnya menghancurkan koloninya sendiri dalam pertualangan ini.
Sang pangeran kembali bangkit, mencoba membangun kembali koloninya, dengan menculik telur calon Ratu lebah koloni lain. Namun, Ratu itu terlahir cacat. Apa yang terjadi pada Gubee dan Ratu selanjutnya?
Terus ikuti ceritanya hingga Gubee terlahir kembali di dunia peri, dan peperangan besar yang akan terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Dua Pangeran
“Kenapa kau tidak menjawabku Albee? Bukankah kau telah mati saat itu?” Gubee berjalan mendekatinya. “Jawab aku Albee!?” desaknya lagi.
“Aku meminum nektar bunga Edelweis, sama sepertimu Gubee. Kenapa kau begitu marah padaku?” jawab Albee akhirnya.
“Dugaanku benar! Kau pasti juga telah meminum nektar bunga itu! Tidak mungkin kau bisa tahu banyak tentang bunga itu kalau kau belum pernah mencobanya! Tapi kenapa kau tidak memberitahuku kalau nektar bunga itu bisa menciptakan racun di tubuh kita!?” suara gubee masih terdengar keras.
“Darimana kau tahu hal itu?
“Dari Laba-laba tua di dalam hutan sana! Dia yang menjelaskan kepadaku kenapa Ratu di koloni kita bisa mati!” terang Gubee.
“Aku tahu, tubuh kita beracun setelah meminum nektar bunga Edelweis. Tapi aku sudah mempersiapkan semuanya. Harusnya, semuanya akan baik-baik saja. Aku juga heran kenapa Ratu bisa mati di hari itu.
“Mempersiapkan? Mempersiapkan apa maksudmu Albee?
“Apa kau masih ingat, pagi itu aku membawakan sarang madu untukmu?
Gubee mengingat-ingat kejadian lampau, kejadian sebelum terjadinya prosesi perkawinan dengan Ratu lebah. ”Ya! Aku ingat. Lalu kenapa?
“Dalam sarang madu yang aku berikan padamu itu, ada nektar bunga Bakung lembah yang ku campur dengan madu di dalamnya, agar kau pingsan sebelum mengawini Ratu. Aku juga meminum nektar bunga itu, dan aku pingsan sebelum berhasil mengawini Ratu lebah,” jelas lebah yang bernama Albee itu.
“Tapi, aku tidak meminum madu dari sarang madu itu Albee. Dan aku, berhasil mengawini Ratu,” ungkap Gubee. Suaranya berubah lesu, ia menyadari bahwa hanya ia sendirilah yang membunuh Ratu lebah saat itu.
“Kenapa kau tidak meminumnya Gubee?
“Saat itu para lebah penjaga datang menjemputku sebelum aku sempat meminum madu itu,” ungkap Gubee.
“Berarti, kau lah yang membunuh Ratu Gubee?
“Ya!! Akulah yang membunuh Ratu!!” suara Gubee tiba-tiba meledak. Padangannya menyala menatap Albee.
“Tapi itu juga karenamu Albee! Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya, jika nektar bunga itu bisa merusak tubuhku!? bentaknya lagi.
Albee hanya bisu, tertunduk menatapi nektar yang ada di tangannya. Ia tak sanggup menatap mata gubee yang penuh dengan emosi.
“Maafkan aku Gubee. Aku tidak menyangka semua akan menjadi seperti ini,” Albee mencoba menatap lebah di depannya. Mata itu masih terlihat tajam seperti sebelumnya.
“Saat itu aku hanya sekedar bercerita. Aku tidak menyangka kau benar-benar pergi mencari nektar bunga keabadian itu, dan akupun juga tidak mengira kau berhasil mendapatkannya. Di saat kau kembali ke sarang ini dan menceritakan semuanya, aku sungguh menyesal kenapa aku sampai menceritakan tentang bunga Edelweis padamu di hari itu, dan juga memberitahumu jalan rahasia untuk bisa keluar dari sarang ini,” cerita Albee dengan raut wajah menyesal.
“Harusnya kau memberitahuku cerita bunga itu dengan lengkap Albee,” keluh Gubee menyudahi tatapannya. Matanya yang penuh amarah mulai meredup.
“Itulah yang kusesali sampai hari ini!” Albee kembali menyatakan penyesalannya. Ia menyentuh bahu Gubee, mencoba menenangkan temannya yang tampak sangat terpukul itu.
“Tolong maafkan aku Gubee. Aku sudah mencoba mengendalikan situasi agar hal buruk ini tidak terjadi. Tetapi, semua berubah di luar kendaliku. Aku telah hidup selama dua generasi di sarang ini, dan semuanya baik-baik saja sebelumnya. Entah mengapa di hari itu semua rencanaku tidak berjalan dengan semestinya?” imbuhnya mengeluh.
“Bisakah kita memperbaiki semua ini Albee?” desah Gubee kemudian.
“Kenapa tidak? Kau sudah membawa Ratu baru ke sarang ini. Bersama Ratu itu kita bisa membangun kembali kerajaan lebah ini!” ujar Albee meyakinkan temannya.
“Tapi Ratu itu buta Albee. Mungkin ada yang salah dalam perawatanku, sehingga Ratu itu terlahir buta.
“Ya, aku tahu itu. Tapi aku yakin, Ratu muda itu akan tetap bisa melahirkan telur meskipun dia buta. Ratu itu sangat sehat, dan aku juga sudah memberinya nektar bunga Edelweis agar dia berumur panjang,” ucap Albee tersenyum.
“Kau sudah memberinya nektar bunga Edelweis?
“Iya! Di saat aku melihatmu membawa telur calon ratu ke sarang ini, aku langsung pergi ke puncak gunung Alpen untuk mengambil nektar bunga Edelweis, dan di saat aku kembali, telur calon ratu telah berubah menjadi Ratu lebah. Dia terlihat sangat lapar, sedangkan saat itu aku tidak melihatmu ada di sarang ini. Jadi, Akupun langsung memberikan nektar bunga keabadian yang aku bawa padanya.
“Apa kau kembali meminum nektar bunga itu Albee?
“Tidak! Sangat sulit untuk mendapatkan nektar bunga itu saat ini. Semut merah raksasa yang kau ceritakan dulu, selalu menjaga bunga-bunga itu. Sampai berhari-hari aku menghabiskan waktuku, menunggu saat-saat Semut merah raksasa itu lengah, dan sampai akhirnya aku bisa juga mendapatkan nektar bunga itu. Walaupun aku hanya dapat sedikit, tetapi nektar itu sudah lebih dari cukup untuk menambah umur Ratu,” ungkap Albee bercerita.
“Lalu, bagaimana umurmu?
“Masaku telah berakhir Gubee. Sudah saatnya aku mengorbankan hidupku demi koloni ini. Aku akan mengawini Ratu lebah!
Albee berjalan kesudut ruangan tempat penyimpanan nektar. Ia meletakkan kembali mangkuk yang berisi nektar di tangannya, lalu mengambil mangkuk lain yang tersusun di tempat itu.
“Minumlah nektar ini Gubee!” pintanya memberikan mangkuk di tangannya pada Gubee.
“Apa ini?” Gubee mengambil mangkuk itu dan mencium aroma cairan yang ada di dalamnya. “Bukankah ini nektar bunga Edelweis?” tanya Gubee lagi sangat mengenal bau aroma cairan yang ada di dalam mangkuk itu.
“Iya! Itu memang nektar bunga keabadian. Aku ingin kau bisa hidup lebih lama lagi, dan melanjutkan tujuan pentingku selama ini. Biar aku yang akan mengawini Ratu lebah nantinya,” ungkap Albee.
“Tujuan penting?
“Benar! Tujuan penting yang membuat aku harus tetap hidup selama ini. Aku tidak akan bisa mati dengan tenang sebelum tujuan itu tercapai. Tetapi setelah aku melihat keberanian dan semangatmu, aku yakin! tujuan itu pasti akan tercapai, dan aku bisa mati dengan tenang.
“Bisakah lebih kau perjelas lagi Albee? Aku tidak mengerti apa yang kau maksud!” ujar Gubee mengernyit.
Albee bercerita tentang masa lalunya. “Tujuh tahun yang lalu, ada tujuh koloni lebah yang menghuni setiap penjuru hutan gunung Alpen ini. Aku berasal dari salah satu koloni itu, bukan dari koloni ini. Sarangku terletak di sebuah pohon Oak yang ada di tengah hutan ini.
“Namun di suatu malam, katak-katak pohon menyerang sarangku itu. Mereka memangsa semua lebah di koloniku, hingga hanya aku yang berhasil lari dan selamat pada malam itu. Sarang koloni lainpun juga bernasib sama. Mereka juga punah dimangsa oleh katak pohon. Hanya sarang kolonimu inilah satu-satunya yang tersisa, karena letaknya yang sangat tinggi dan tersembunyi dari mereka.
“Sejak terjadinya kekejaman itu, aku berjanji dalam hatiku untuk membalas perbuatan katak-katak itu! Aku menyusup diam-diam masuk ke kolonimu untuk berlindung sembari terus merencanakan pembalasan kepada katak-katak pohon!” ungkap Albee menyudahi ceritanya.
“Tapi rencana apa yang sedang kau rencanakan? Andaipun koloni ini kembali berkembang, kita tidak akan mungkin bisa melawan katak-katak pohon!
Albee tersenyum. Senyumannya itu terlihat mengiaskan sebuah rencana yang telah matang dalam pikirannya.
Lanjut Bab 24