Kisah seorang pemuda yang meninggal akibat terlalu lelah bekerja dan dia bereinkarnasi ke dalam novel favoritnya. Namun dia tidak berinkarnasi menjadi main character, heroine, villain atau bahkan mob sekalipun, dia menjadi korban pertama sang villain yang akan membuat sang villain menjadi villain terkejam dan menggerakkan seluruh alur di novelnya.
Tapi ketika dia baru bereinkarnasi, dia langsung melakukan plot twist yang sudah pasti akan mengubah jalan nya alur cerita atau malah menghancurkan alur cerita yang sudah tersusun rapi, dia tidak mati dan malah membunuh villain yang seharusnya membunuhnya. Jadi selanjutnya apa yang akan terjadi dengan alur cerita novel yang di sukainya itu ?
Genre : Fantasi, komedi, drama, action, sihir, petualangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Setelah mereka masuk kembali ke kamar, mereka melihat Jerome sudah di ikat di kursi oleh Cathy dan Frill menggunakan tali pengikat tirai dan sobekan selimut. Ray melihat wajah Jerome dari dekat,
“Oh jadi dia yang namanya Jerome, pantas aja Char ga mau terima ajakan minum teh bersama dia,” ujar Ray dalam hati.
Ray berdiri, kemudian dia berbalik dan melihat Matthew dan Shamir sedang berpelukan dengan Ariane. Rodney membaringkan Evan di punggungnya dan Luce langsung merawat Evan di atas ranjang bersama Cathy. Tiba tiba, lengan Ray di tarik seseorang, dia langsung menoleh ternyata Charlotte yang menariknya, kemudian dia di bawa ke putri Olivia dan Frill di sebelahnya,
“Terima kasih sudah menolong kami, nama saya Olivia Cleo Agares, saya putri bungsu kekaisaran Agares,” ujar Olivia menunduk mengucapkan terima kasih.
“Um....nama saya Liam dan ini Ray, kita berdua dari desa Ragal, sama dengan Laura, Charlotte dan Ignesia,” ujar Liam memperkenalkan diri dan Ray.
“Salam kenal yang mulia,” ujar Ray menunduk.
Tapi putri Olivia rupanya sedang tertegun karena melihat wajah Liam yang tampan di depannya, Ray yang melihatnya langsung tersenyum, kemudian dia berbalik memegang pundak Laura dan Charlotte yang berdiri di belakangnya,
“Kita kesana yuk ?” ajak Ray tersenyum.
“Eh,” ujar Laura dan Charlotte tidak mengerti.
Setelah menjauh dari putri Olivia dan Liam yang terlihat malu malu, Ray menoleh melihat sekeliling,
“Loh Ignes kemana ?” tanya Ray.
“Dia katanya lapar dan mau cari makanan lalu berpisah pergi sendiri tadi sebelum masuk ke kamar, mungkin sekarang lagi di dapur,” jawab Charlotte.
“Aduh...dia berkeliaran sendirian di mansion ini dong,” gumam Ray.
“Mau aku panggil ?” tanya Laura.
“Dah biarkan aja, dia kuat kok, kalau ada apa apa dia bisa atasi sendiri,” ujar Ray.
“Ugh...hei apa ini,” Ray, Charlotte dan Laura menoleh ke arah terdengarnya teriakan, mereka melihat Jerome sudah siuman dan terlihat bingung ketika melihat dirinya di ikat di kursi, Ray langsung menghampiri nya bersama dengan Charlotte dan Laura, ketika menoleh, dia juga melihat Olivia, Frill, Liam dan Matthew menghampiri Jerome. Melihat banyak orang yang tidak dia kenal menghampiri dirinya, Jerome terlihat takut dan sedikit panik,
“Mau apa kalian, kalian tidak tahu aku anak penguasa kota ini hah ? kalian ini ada di rumah ku, jangan macam macam...pengawal....pengawal,” teriak Jerome.
“Percuma, semua pengawal mu sedang tidur,” balas Matthew.
“Coba saja lihat ke samping,” tambah Ray.
Jerome langsung menoleh, dia melihat dua orang pelayannya terkapar tidak akan bangun lagi tepat di sebelahnya, kemudian dia memaksakan menoleh ke belakang dan melihat beberapa prajurit juga pria berpakaian hitam tergeletak di depan kamar yang pintunya terbuka lebar. Jerome kembali menoleh melihat Ray, Matthew, Liam dan lainnya yang berdiri di depannya sambil tersenyum, wajahnya yang semula nampak sombong dan tidak takut karena yakin dirinya di lindungi, mendadak menjadi pucat dan nampak ketakutan.
“A..apa mau kalian ? kalian mau membunuh ku ? aku belum menyentuh gadis gadis tadi, aku tidak bersalah,” ujar Jerome.
“Kamu tahu tidak siapa gadis gadis yang berada di kamar mu ?” tanya Liam.
“A..aku hanya tahu putri Olivia dan aku sudah janji sama papa untuk tidak menyentuhnya tapi yang lain tidak masalah kan hehe,” ujar Jerome terkekeh.
“Buaak,” Ray langsung menendang wajah Jerome, “blugh,” Jerome jatuh bersama kursinya ke belakang. Liam langsung memegang pundak Ray dan melihat Jerome yang terlihat wajahnya kesakitan.
“Ahaaak....ma..maaf...maaf....jangan bunuh aku,” teriak Jerome ketakutan.
Matthew kembali membuat kursi Jerome berdiri, kemudian Liam meminta Ray mundur sedikit dan berdiri di depan Ray,
“Maaf Ray, aku tahu kamu kesal, tapi tahan sebentar, kita perlu informasi dari dia,” ujar Liam berbisik.
“Aku mengerti, maaf (huh aku sebel liat mukanya, kayak temen sma ku dulu),” balas Ray.
Charlotte dan Laura langsung menggandeng lengan Ray dan tersenyum senyum melihat wajah Ray. Matthew menarik kerah Jerome yang wajahnya kesakitan,
“Mana pangeran Brandon dan ayah mu ?” tanya Matthew.
“A...aku tidak tahu, mereka sudah pergi dari kemarin malam....aku tidak tahu tujuan mereka...aku hanya bermaksud bermain main dengan para gadis yang mereka tangkap, tidak ada maksud lebih,” jawab Jerome.
“Jangan main main, cepat katakan, kita ga ada waktu banyak di sini,” ujar Matthew.
“Be..benar, aku tidak mengerti apa apa....aku tidak tahu apa yang terjadi, benar...aku berani sumpah di hadapan dua dewi kalau aku tidak mengerti apa apa....aku hanya tahu papa menjadi aneh sejak orang itu datang sampai dia menampung pangeran Brandon dari kekaisaran di sini,” ujar Jerome.
“Sebentar, kamu bilang orang itu ? siapa ?” tanya Liam.
“Aku tidak tahu, aku hanya pernah melihatnya sekilas di ruang kerja ayah, tatapan nya menakutkan dan aku tidak berani mengganggu nya lagi,” jawab Jerome.
“Hmm...kamu tahu ciri cirinya ?” tanya Ray.
“Dia seorang pria yang tinggi, memakai jaket mewah berwarna hitam dengan kancing emas (jaket steampunk era victoria), mata nya kuning seperti kucing dan sangat mengerikan ketika menatap ku, kulitnya sedikit pucat dan tubuhnya terlihat kurus....oh..papa pernah memberitahu ku namanya, namanya Orgon,” jawab Jerome.
“Hah,” Ray langsung tersentak kaget, tubuhnya langsung gemetar dan mundur selangkah, Charlotte dan Laura yang memegang kedua lengan Ray langsung menoleh melihat wajahnya,
“Kenapa Ray, ceritakan pada ku,” ujar Charlotte.
“Iya Ray, jangan kamu pendam sendiri,” ujar Laura.
Tiba tiba Ray bergerak maju dan dia mendorong Jerome dengan memegang kedua pundaknya, Liam dan Matthew berusaha memegangi Ray yang terlihat panik,
“Kamu yakin namanya Orgon, tidak salah sebut atau bohong kan ?” teriak Ray bertanya.
“Be..benar, aku yakin papa menyebut nama pria itu Orgon...aku tidak bohong...tolong, jangan bunuh aku,” jawab Jerome ketakutan karena melihat wajah Ray yang terlihat marah dan matanya yang merah menatap tajam dirinya.
“Kemana mereka sekarang ? Cepat jawab,” tanya Ray lagi.
“A..aku tidak tahu....tapi ketika keluar rumah, papa, pangeran Brandon beserta para pengawalnya, pria bernama Orgon itu berjalan ke arah pelabuhan....aku tidak tahu mereka kemana,” ujar Jerome berteriak menjawab pertanyaan Ray.
“Buk,” Ray melepaskan Jerome sampai kursinya kembali menghantam lantai, dia berbalik dan berjalan ke arah jendela, kedua telapaknya memegang kaca jendela dan wajahnya terlihat cemas memandang ke arah pelabuhan di tepi danau besar. Charlotte, Liam dan Laura langsung menghampiri Ray,
“Ray, kamu tahu siapa Orgon itu ?” tanya Liam.
“Kamu pucat Ray, tolong jangan memaksakan dirimu,” ujar Charlotte sambil menyeka keringat Ray di keningnya.
“Iya Ray, katakan pada kami, jangan sungkan dan jangan tanggung semua sendirian, aku, Char dan kak Liam selalu di sampingmu, siapa pria bernama Orgon itu ?” tanya Laura.
Ray menoleh melihat Liam, Laura dan Charlotte yang sedang menatapnya, di belakang mereka terlihat Olivia, Frill, Matthew, Ariane dan Shamir. Ray langsung menunduk sedikit,
“Orgon....pria yang aku lihat di mimpi, pria yang membawa kekacauan di kerajaan kita, pria yang merupakan salah satu dari lima jendral iblis yang akan menyerang desa kita dan membumi hanguskan semuanya,” ujar Ray terbata.
Liam, Laura dan Charlotte langsung terkesiap, mereka tidak bisa berkata apa apa setelah mendengar jawaban dari Ray.