Impian Khanza sebagai guru Taman Kanak-kanak akhirnya terwujud. Diperjalanan karier nya sebagai guru TK, Khanza dipertemukan dengan Maura, muridnya yang selalu murung. Hal tersebut dikarenakan kurang nya kasih sayang dari seorang ibu sejak kecil serta ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Karena kehadiran Khanza, Maura semakin dekat dan selalu bergantung padanya. Hingga akhirnya Khanza merelakan masa depannya dan menikah dengan ayah Maura tanpa tahu pengkhianatan suaminya. Ditengah kesakitannya hadir seseorang dari masa lalu Khanza yang merupakan cinta pertamanya. Siapakah yang akan Khanza pilih, suaminya yang mulai mencintai nya atau masa lalu yang masih bertahta di hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12
"Za...!"
"Lo, Khanza kan?"
Khanza tersadar dari lamunan dan mendengar seorang wanita memanggil nya. Dia pun memutar tubuhnya. Khanza sempat terdiam, mencoba menggali ingatan nya. "Salsa?" Tunjuknya ragu.
"Ya ampun Za...yak ini gw Salsa. Temen lo. Ya Allah, apa kabar?" Salsa memeluk tubuh ramping Khanza kemudian menggoyang-goyang kan tubuhnya karena terlampau senang sekaligus terharu karena bertemu sahabat lamanya yang telah terpisah.
"Btw, Lo?" Salsa menggeser tubuhnya. Mengintip dibalik tubuh Khanza. "Lo bareng?"
"Oh ini, suami aku. Mas, perkenalkan, Salsa sahabat aku waktu sekolah dulu."
Darren terpaksa mengulurkan tangannya, berkenalan sebagai bentuk menghargai istrinya, Khanza. Bibirnya terasa berat menyebutkan nama nya sendiri. "Darren."
"Salsa." Balas Salsa singkat. Dari perkenalan singkat sedikitnya dia bisa menyimpulkan sifat dari suami sahabat nya itu. Satu kata 'sombong'.
"Oh ya, kamu kesini mau cari baju couplean juga ya?" Salsa cepat melepaskan tangannya lalu mengajak kembali sahabat lamanya itu berbincang.
"Cuma lihat-lihat aja." Khanza bingung memberi jawaban. Sejauh ini bukan keinginannya untuk membeli baju, apalagi sampai harus seragam dengan sang suami. Buat apa pikirnya.
"Kamu sendiri, sedang cari seragaman juga. Eh ngomong kamu kesini..." Khanza celingukan mencari seseorang.
"Oh iya. Gw lagi cari seragaman nih buat suami sama anak-anak gw. Tapi berhubung si kecil rewel tadi, jadinya di tinggal sendiri deh disini. Salsa gantian celingukan. Khanza apakah hanya datang berdua dengan suaminya pikirnya.
"Khanza, sudah dapat seragam yang cocok?" Datang Ny. Prita dari bawah setelah tadi sempat diberitahukan SPG jika pesanan baju beserta warna-warnanya telah tersedia. Jadilah mertua Khanza itu kembali ke lantai bawah.
"Bunda, buat ukuran Naura ada gak ya?"
"Khanza ini..." Ragu Salsa bertanya.
"Oh ya, Sa. Ini anak aku, Naura. Naura salim, sayang sama teman Bunda."
Khanza memperkenalkan Naura tanpa embel-embel. Cukup diperkenalkan sebagai anak nya saja.
"Wah, Sa. Berarti kamu selagi kuliah dah merriage ya? Anaknya lo dah segede ini." Salsa mengusap sayang rambut halus Naura.
Khanza tidak mampu menjawab. Dengan memaksakan tersenyum dia membalas ucapan sahabat nya. "Oh ya, kenalin. Beliau mertua ku. Mah, kenalin dia namanya Salsa, sahabat Khanza waktu sekolah dulu.
"Salsa, tante." Salsa mengangguk, hormat berkenalan dengan mertua sahabat nya. Dilihat dari penampilannya, nampaknya keluaran mertua Khanza bukan keluarga sembarangan. Terlihat dari cara berpakaian serta barang-barang yang di kenakan, baik itu ibu mertua maupun suami Khanza itu sendiri.
"Cari seragaman juga ya tante?" Tanya Salsa l, menebak karena keberadaan Khanza, suami, anak serta mertuanya di lantai yang mengkhususkan pakaian seragam. Mulai dari sepasang hingga pada pakaian untuk anak-anak juga.
"Iya, nih. Kebetulan kita mau ada acara. Jadi sengaja menggunakan yang sama saja motif serta coraknya." Ny. Prita memberi jawaban umum. "Nak, Salsa juga cari seragaman disini? pasti untuk pasangan nya juga ya?" Tanya balik mertua Khanza itu.
"Iya, tante. Saya lagi cari seragaman. Tapi..." Salsa mendekatkan diri seraya berbisik," lebih tepatnya saya yang maksa untuk seragaman sama suami dan anak-anak. Suami sebenarnya paling malas kalo baju nya sama dengan istri, hehe...."
"Wah, Nak Salsa sudah punya momongan? Tante pikir belum."
"Sudah tante, dua malah, hehe..."
"Dua?" Memang sudah berapa lama nak Salsa menikahnya?" Ny. Prita sengaja sedikit mengeraskan volume suaranya.
"Jalan tiga tahun, tante."
"Dua tahun, dua?" Ny. Prita membola.
Khanza tampak menyimak obrolan mertua dengan sahabatnya. Dari obrolan mereka tanpa Khanza bertanya terjawab pertanyaan yang sebenarnya ingin dia tanyakan.
"Kebobolan, tante. Hehe..." Sedari tadi Salsa meringis, sedikit tidak enak atau lebih tepatnya malu tapi dia berkata jujur, apa adanya.
"Tuh, Darren dia aja yang mau 3 tahun sudah punya dua. Lah kamu, satu aja belum kelihatan hilal nya."
"Hah!?"
