NovelToon NovelToon
Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Slice of Life
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Realita skripsi ini adalah perjuangan melawan diri sendiri, rasa malas, dan ekspektasi yang semakin hari semakin meragukan. Teman seperjuangan pun tak jauh beda, sama-sama berusaha merangkai kata dengan mata panda karena begadang. Ada kalanya, kita saling curhat tentang dosen yang suka ngilang atau revisi yang rasanya nggak ada habisnya, seolah-olah skripsi ini proyek abadi.
Rasa mager pun semakin menggoda, ibarat bisikan setan yang bilang, "Cuma lima menit lagi rebahan, terus lanjut nulis," tapi nyatanya, lima menit itu berubah jadi lima jam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 3

Aku dan salah satu temanku kebetulan mendapatkan dosen RTA yang sama. Jadi, setelah temanku itu keluar dari ruangannya, dia langsung berbagi pengalaman yang bikin aku ternganga. Ternyata, dosen kami ini teliti banget—almost like a detective for our thesis.

Menurut cerita temanku, dosen kami ini nggak hanya sekadar membaca skripsi, tapi benar-benar mengamati setiap detailnya dengan penuh perhatian. He notices every little thing—titik, koma, bahkan setiap kalimat dan paragraf.

Jadi, kalau kamu pikir bisa nyelipin kalimat yang agak asal-asalan, forget it! Dosen ini bisa dengan mudah tahu mana kalimat yang diparafrase dan mana yang benar-benar kamu buat sendiri. He can even tell if the sentences are coherent or not, and he checks how the sentences after a comma continue.

Ternyata, dosen ini sangat paham struktur tulisan. Misalnya, kalau ada kalimat yang enggak nyambung atau kurang konsisten, beliau langsung mencatatnya. His ability to detect inconsistencies is impressive and a little bit intimidating. Beliau bisa membaca niat kita dengan detail, sampai-sampai menyelidiki kapan kita berusaha mencuri kalimat dari sumber lain. It's like he has a sixth sense for spotting plagiarism or errors.

***

Begitu aku melangkah masuk ke ruangannya, rasanya tanganku langsung dingin. Tidak berlebihan, lho—sebelum aku masuk, temanku sudah bercerita gimana ketatnya dosen RTA kami.

Dia menceritakan dengan detail tentang bagaimana dosen ini memeriksa setiap kalimat, titik, dan koma. Jadi, bayangkan betapa takutnya aku, merasa seolah-olah aku bakal lebih parah dari temanku.

Aku ngerjain proposalku itu bener-bener asal jadi. I mean, I didn’t put in as much effort as I should have. Sekarang, bayangkan kalau dosen yang begitu teliti dan detail ini memeriksa proposalku yang seadanya. Jujur, rasanya kayak mau melompat dari jendela saking nervous-nya.

Di ruangannya, suasananya tenang tapi menekan. Meja dosen dipenuhi oleh tumpukan dokumen dan beberapa buku referensi. Dosen RTA  duduk di kursi dengan sikap serius—the kind of serious that makes you question every decision you’ve ever made.

***

Ketika bapak membaca proposalku, keningnya berkerut sambil tersenyum. Senyumnya itu, jujur saja, bikin overthinking. Rasanya seperti dia tahu sesuatu yang aku tidak tahu, dan itu bikin aku bingung.

“Apa judul kamu?” tanyanya dengan nada serius. Baru ditanya judul aja, otakku langsung kosong. Rasanya kayak ada switch yang tiba-tiba mati.

“Pengaruh faktor harga dalam pemilihan biro haji dan umroh, pak,” jawabku dengan penuh keyakinan, meskipun dalam hati mulai panik.

Bapak dosen meletakkan proposalku di meja dengan gerakan yang tampak penuh pertimbangan. Dia kemudian bersandar di kursinya, memperhatikanku dengan tatapan seolah sedang menilai bukan hanya proposal, tetapi juga diriku.

“Dari judul itu harus jelas, kata awal dalam judulmu itu ‘pengaruh.’ Disini bapak mau tanya sama kamu, apa yang berpengaruh dan dipengaruhi?” tanyanya dengan serius.

Langsung deh, aku blank. Rasanya kayak otak aku tiba-tiba nge-freeze.

Padahal aku udah nyiapin jawaban dengan matang, tapi ternyata di hadapan dosen, semua persiapan itu seolah menguap begitu saja. Rasanya kayak udah nyimpen jawaban di folder penting di otak, eh tiba-tiba foldernya hilang entah kemana.

Tapi, ketika dosen nanya, otak aku malah blank. Jawaban yang udah dipersiapkan dengan hati-hati tiba-tiba hilang seperti aplikasi yang crash—hilang tanpa jejak.

Aku cuma bisa diem aja, dan kayaknya bapak juga mulai sadar kalau aku gak bisa jawab pertanyaannya.

“Disini harus jelas mana X mana Y, mana dependen dan independen,” ucapnya sambil menunjuk proposalku.

Hah? Dependen? Independ? Sistem pemerintahan kah? Honestly, I didn’t get it at all. Aku bener-bener nggak paham maksudnya apa dan kenapa harus ada X dan Y segala.

Kalau X dan Y itu mungkin familiar karena pernah belajar di matematika, tapi dependen dan independen? Rasanya kayak pernah denger, tapi udah bener-bener lupa.

“Gini, misalnya ada saya nih, ada kamu dan ada ibu,” ucap bapak dosen dengan nada sabar, meskipun aku bisa merasakan ketidakpastian di udara. “Disini nih, saya memengaruhi ibu apa enggak? Dan kalaupun ada saya nih, pengaruhnya apa?” tanya bapak, sambil menatapku dengan penuh harapan bahwa aku bisa memberikan jawaban yang tepat.

Waktu itu, ibu dosen yang juga ada di ruangan, duduk di depan komputernya sambil sesekali melirik kami, tampak agak sulit menahan tawa.

“Gini loh, nak,” lanjut ibu dosen, “kalau bapak punya pengaruh ke saya, pengaruhnya tuh apa?” Katanya, sambil mencoba memberikan contoh yang tampaknya sederhana, tapi dalam kenyataannya, membuatku semakin bingung.

Honestly, I was at a complete loss. Aku bahkan tidak tahu apa yang dimaksud dengan "pengaruh" dalam konteks ini, dan rasanya kata-kata bapak dan ibu berputar-putar di kepalaku tanpa menemukan arti yang jelas.

Aku benar-benar berharap ada seseorang di luar sana yang bisa memberikan penjelasan, tetapi sayangnya, di ruangan ini hanya kami bertiga. Sementara itu, di luar ruangan, antrian mahasiswa menunggu giliran mereka dengan penuh kesabaran. Di dalam ruangan, aku merasa waktu berjalan sangat lambat, dan rasa gelisah semakin menyiksa.

Ibu dosen tampaknya benar-benar kesulitan menahan tawanya, dan aku semakin merasa tertekan. Mungkin dia merasa kasihan atau hanya menikmati situasi yang semakin awkward ini.

"Ya sudah," ucap bapak dosen sambil menahan tawanya, yang rasanya bikin aku semakin nervous.

“Kamu bawa pena enggak?” tanyanya, seolah pertanyaan itu bisa menyelamatkanku dari situasi awkward ini.

"Bawa, Pak," jawabku cepat, berusaha terdengar percaya diri meskipun tanganku sudah mulai gemetar dan keringetan.

Bapak dosen meletakkan form validasi di depanku dengan penuh kesabaran, seolah mengerti betapa gugupnya aku saat itu.

"Tulis yang saya ucapkan di bagian konsultasi judul sesuai tema dan prodi," ucap bapak, memberi instruksi dengan nada tegas yang membuatku merinding.

Suara bapak terdengar seperti suara yang penuh otoritas di tengah-tengah kekacauan pikiranku.

Aku cuma bisa mengangguk sambil berusaha keras untuk tidak menggigil. Tanganku bergetar sedikit saat aku mulai menulis dengan hati-hati, “Analisis penentuan harga~~” Belum selesai menulis, bapak langsung menghentikan dengan nada cepat, "Eh, coret aja, coret aja. Ganti yang lain, kalau analisis nanti susah di kamunya."

Segera aku mencoret tulisan yang sudah sempat kubuat, rasanya seperti dunia ini tiba-tiba runtuh di depan mataku. Setiap goresan pena seakan mencerminkan betapa kacau dan tertekan aku saat itu.

Aku mencoba menulis ulang dengan cepat dan teliti, berusaha menyesuaikan dengan apa yang bapak mau, "Pengaruh harga dan kepercayaan terhadap minat konsumen menggunakan jasa perjalanan biro haji dan umroh PT...."

"Sini, saya lihat lagi," pintanya sambil mengulurkan tangannya. Aku langsung memberikan form validasi itu dengan tangan yang masih gemetar.

Bapak dosen membaca dengan seksama, sesekali menambahkan catatan, "Objek penelitian," dan mengembalikannya kepadaku dengan nada yang tampaknya agak lebih bersahabat.

Aku hanya bisa menatap kertas itu tanpa berani menatap bapak dosen langsung. Rasa gugup dan tekanan yang ada membuatku merasa seperti ada beban berat di dadaku.

1
anggita
like👍☝tonton iklan. moga lancar berkarya tulis.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!