Mita Diandra Putri adalah gadis berusia 19 tahun, seorang anak tunggal yang terkenal cerdas dan berprestasi. Dia juga terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun dia terlalu larut dalam pergaulan bebas yang pada akhirnya ia terpaksa harus menikah diusia muda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mvin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah sarapan pagi di rumah Raka dan Mita, Intan dan Dhea memutuskan untuk kembali ke Bandung. Intan dan Dhea ingin mengunjungi pakde Bagas dan bude Riri yang tak lain adalah orang tua Intan. Untuk sementara Dhea berencana untuk mengajar di pondok tempat pakde Bagas dan bude Riri. Raka dan Mita mengantar Intan dan Dhea sampai ke stasiun kereta api. Sebenarnya Intan masih ingin berlama-lama di tempat Raka, namun Dhea terus membujuknya untuk kembali ke Bandung. Intan tahu jelas alasan Dhea ingin buru-buru pergi dari rumah Raka karena Dhea masih menyimpan rasa yang dalam untuk Raka. Dhea begitu cemburu melihat kebahagiaan Raka dan Mita. Meski Dhea tidak mengatakannya, namun sorot mata sedih itu selalu ada saat Dhea melihat Raka dan Mita. Akhirnya Intan yang tidak tega pun menuruti kemauan Dhea untuk pulang ke Bandung.
" Dhea, aku titip Intan ya. Dan tolong titip salam untuk pakde dan bude di Bandung". Raka tersenyum hangat pada dua wanita berhijab di depannya.
" Kamu tenang aja, Intan udah jinak ko. Makasih ya Raka, Mita uda izinin kita nginep. Dan semoga kalian jadi keluarga yang bahagia". Dhea mengulum senyum meraih tangan Mita tanda ia tulus mengatakannya. Padahal hatinya begitu teriris mengingat selama ini dia selalu menjaga hatinya untuk Raka. Namun Raka malah menikah dengan wanita lain.
" Issh mba Dhea ini emang aku apa toh dibilang udah jinak. Sembarangan mba ini".
" Bercanda Intan sayang". Dhea buru-buru memeluk Intan yang sedang menyilangkan tangannya.
" Kalian hati-hati ya, kapan-kapan kalian maen lagi kesini". Mita tersenyum hangat pada Intan dan Dhea.
" Udah yu masuk nanti ketinggalan lagi. Hati-hati ya". Raka memberikan barang-barang Intan yang dari tadi dibawanya dan mereka pun berlalu meninggalkan Mita dan Raka yang masih menunggu kereta melaju.
" Ta, kamu ke kampus kan hari ini? Mas antar ya".
" Iya, tapi pulangnya ga usah di jemput aku mau ke mall sama Tasya".
"Oke, nanti kamu kabarin mas ya kalau kamu mau di jemput".
" Ya". Mita melangkah pergi lebih dulu meninggalkan Raka yang masih mematung.
Di dalam kereta, Dhea duduk di samping Intan. Intan terlihat senang karena sudah bertemu Raka, dan sebentar lagi dia akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Berbeda dengan Dhea yang terlihat murung, dia hanya menatap ke arah luar melihat pemandangan dari balik kaca jendela. Tiba-tiba satu persatu air matanya menetes tak terbendung. Dhea mencoba menutupi namun semakin terasa begitu sesak di dada. Intan yang ada di sampingnya pun menyadari jika Dhea sedang menahan sesuatu.
" Mba Dhea nangis? Kalau mba Dhe mau cerita Intan mau ko dengerin. Jangan di tahan sendiri mba". Intan memegang erat tangan Dhea mencoba menenangkan Dhea yang masih mencoba menyeka air matanya yang terus berjatuhan.
" Apa mba ga pantas buat Raka ? Kenapa Raka lebih memilih dia dari pada mba. Mba selama ini berjuang memantaskan diri untuk bisa bersanding dengan Raka tapi kenapa jadi terasa sia-sia". Tangis Dhea semakin pecah setelah mengungkapkan isi hatinya selama ini di pendamnya sendiri.
" Mba ga boleh ngomong gitu, mba Dhea ini wanita yang baik dan pintar pasti banyak laki-laki yang ngantri buat dapetin mba Dhea".
" Tapi mba suka sama Raka sudah lama Intan. Mba yakin Raka juga tahu itu tapi kenapa? Kenapa harus Mita yang di pilih Raka. Hati mba sakit sekali Intan".
" Mba sabar ya, Intan sudah bilang mba ga usah ikut ke Jakarta karena takut hal seperti ini terjadi, tapi mba maksa pengen ikut. Maaf ya mba".
" Bukan salah kamu Intan, mba yang ingin ketemu Raka. Mba yang salah sudah jatuh cinta dengan Raka". Dhea menepuk-nepuk dadanya, menyadarkan diri jika semua rasa yang ia miliki sudah tidak ada artinya.
" Mba Dhea tenang dulu ya. Mba ga mungkin ketemu umi sama abi dalam keadaan seperti ini. Mba harus kuat ya". Intan memeluk Dhea dan menenangkan Dhea yang masih terus menangis.
Mobil yang di kendarai Raka sudah sampai di gedung kampus Mita. Raka mengulurkan tangan tanda agar Mita mencium tangannya sebelum keluar dari mobil. Mita pun menyambut tangan Raka dan menciumnya. Mita terpaksa menuruti keinginan Raka karena jika tak di turuti ia tidak di izinkan keluar dari mobil sebelum mencium tangan suaminya. Raka membukakan pintu mobil sambil tersenyum dan melambaikan tangan pada Mita.
" Belajar yang rajin ya istriku".
" Bawel". Mita melangkah pergi menuju kelas meninggalkan Raka. Dan seperti biasa, Raka akan pergi bekerja dan melajukan mobilnya menuju kantor.
Kelas hari ini telah usai, Mita sedang duduk di sebuah taman yang berada di kampus sambil membaca buku yang tadi sudah di pelajari.Tiba-tiba Tasya datang dari arah belakang Mita dan berniat mengagetkan Mita.
" Doorrrr.. Serius amat si Ta. Kita jadi kan ke mall?". Tasya menepuk bahu Mita yang sedang serius membaca buku.
" Astaga Tasyaa.. Untung gue ga jantungan. Jadilah ayo, pake mobil lo ya".
" Siaap". Mobil Tasya pun melaju menuju sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Jalanan pun sedang lancar dan tidak macet jadi Tasya dan Mita tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di mall. Hanya sekitar 20 menit mobil itu pun sampai di mall yang di tuju.
" Mau kemana nih kita?". Tanya Tasya pada Mita yang masih seperti orang bingung.
" Hmm gimana kalau kita liat baju dulu. Udah lama nih ga beli baju".
" Lo mau beli baju apa Ta? Eh tapi kalau di lihat-lihat sekarang penampilan lo kaya berubah. Mana baju-baju sexy lo? kayanya lo berubah semenjak ada mas ganteng itu".
" Apaan si Sya? Lagi males aja pake baju-baju kebuka. Udah nyaman gini".
" Tuh kan bener ini pasti gara-gara mas ganteng, palingan bentar lagi lo juga jilbaban. Tapi lo cantik ko Ta kalau pake jilbab". Tasya terus menggoda Mita yang masih berusaha menutupi alasan kenapa sampai ia merubah penampilannya. Namun tiba-tiba mata Mita terfokus pada dua sejoli yang sedang bergandengan tangan begitu mesra.
" Sya, iiituu Adit kan? ". Mita mengucek matanya berharap apa yang dilihatnya salah. Terakhir Mita bertemu Adit saat di club dan setelah itu Adit berkabar jika dia akan kembali ke Malang. Namun kenyataannya Adit masih ada di Jakarta, bahkan dengan perempuan lain yang sama sekali tidak di kenal Mita.
" Wah iya tuh bene, br*ngsek nih Adit, masa dia selingkuhi lo si?".Tasya masih belum sadar jika lawan bicaranya sekarang sudah menuju keberadaan Adit.
" Eh Mita, nyelonong aja lo. Tungguin gue". Tasya segera berlari mengejar Mita. Tasya tidak ingin jika ada keributan di tempat umum bisa-bisa viral nanti.
Plaakk. Tamparan Mita mendarat di pipi Adit. Adit yang masih merasa kaget hanya mengelus pipinya sambil memberikan senyum yang mengerikan.