ISTRI RANDOM

Kembali Rosa ke meja makan romantis bersama Dr Irna yang juga duduk disana.

"Ros," ucap Dirga.

"Mas," ucap bersamaan antara Rosa dan Dirga.

"Kamu dulu," pinta Dirga.

"Ehem," Dr. Irna yang melakukannya.

"Kita kesana sebentar ya," ucap Dr. Irna menarik tangan suaminya.

"Kenapa meninggalkan mereka sih Sayang?" Tidak terima Dt. Panji saat di tarik paksa istrinya.

"Kasih waktu buat mereka bicara berdua, Mas Panji. Jika kita disana terus kapan buat Rosa untuk menjelaskan pada Dirga. Apakah harus berlarut lama dan dia mengetahui dari orang lain? Bukankah itu akan sangat menyakitinya. Lebih cepat lebih baik, walau memang akan menyakiti keduanya." jelas Dr. Irna.

"Baiklah, ku turuti kemaumu jika memang itu yang terbaik buat keduanya. Tadinya aku berfikir, akan memberitahukan lebih dulu baru Rosa yang menjelaskan selanjutnya," ucap Dr. Panji.

"Itu namanya menambah masalah baru, yang seperti aku katakan tadi. Dirga mengetahui kebenaran dari orang lain bukan dari kejujuran Rosa, Mas. Aku sudah berusaha untuk menguatkan dan mendukung Rosa untuk secepatnya jujur pada Dirga." jelas Dr. Irna.

"Kita tunggu saja jika begitu. Aku harap Dirga bisa merelakan Rosa," ucap Dr. Panji.

Sementara di dalam tampak hening suasana tiba tiba semakin syahdu dan sunyi.

Di sudut yang berbeda yanh tidak jauh disana baru saja datang Galih dan melihat dari kejauhan. Akan mendekat pada mereka tapi di tahannya dan memilih mendengarkan kengakuan dari istrinya.

"Mas, ini adalah hadiah untukmu yang sudah aku siapkan. Tapi ini tidak mahal, Mas. Karena aku beli dari uang gajiku," memberikan penjepit dasi yang harganya masih bisa du jangkau Rosa. Tapi bagi Dirga itu barang sangat murah pastinya secara semua barang yang di kenakan tubuhnya sangat bernilai.

"Terima kasih, Ros. Aku senang kamu tidak lupa dengan hari pentingku dan aku tidak pernah melihat apapun dari nilainya, yang aku lihat seberapa tulus saat memberikan padaku. Itulah yang aku sukai darimu, apa adanya dan selalu membuatku nyaman yang berada di sampingmu, Ros," ucap Dirga yang tersenyum.

"Mas, tapi ada satu hal lagi yang harus aku katakan," ucap Rosa.

"Coba ini dulu, baru lanjutkan ucapanmu," memberikan es krim coklat kesukaan Rosa.

"Iya, Mas." menerima eskrim dari tangan Dirga.

Keduanya memakan es krim di tangan masing masing, namun Rosa tidak seperti biasanya memakan es krim saat ini. Hambar!

Wajah Dirga selalu Rosa pandang saat ini, yang mungkin wajah ganteng dengan senyumannya saat ini akan sirna sebentar lagi. Karena kata kata Rosa yang akan di ucapkannya.

Bismillah, aku pasti bisa! Tidak boleh terus menyakitinya terus, kamu juga harus bahagia dengan jodoh yang di siapkan Tuhan untukmu. Batin Rosa.

"Hem, coba katakan apa yang tadi ingin kamu bilang," pinta Dirga.

Deg!

"Mas, aku-" terputus karena tidak sanggup lagi melanjutkannya.

"Apa? Aku apa?" bingung Dirga.

"Mas, maafkan aku di hari ini aku meminta putus darimu," Rosa yang akhirnya menunduk tidak sanggup menatap ataupun melihat wajah kekasihnya saat ini.

"APA!" terkejut Dirga yang tidak percaya dengan ucapan yang dia dengar dari orang yang sangat dia cintai.

"Jangan main main, Ros. Ini prank kan!" Dirga yang memegang tangan rosa meminta jangan bercanda.

"Tatap mataku, jika memang kamu meminta putus! Ros, tatap mataku!" pinta Dirga yang hatinya dan raganya oleng seketika. Mendengar apa yang tidak pernah ia ingin mendengarnya.

"Aku minta putus, Mas. Maafkan aku," lanjut Rosa yang terus menunduk.

Buliran bening telah keluar dari matanya, sakit hatinya tentu sama dengan Dirga saat ini. Saling mencintai namun tidak bisa lanjut bersama. Di paksa putus dan tidak mungkin akan terus di lanjut hubungannya.

"Tatap mataku, Ros. Jangan bercanda ini tidak lucu!" pinta Dirga yang tanpa sadar cairan bening ikut keluar dari kedua matanya.

"Tidak, Mas. Aku tidak sanggup melakukannya. Jangan minta itu dariku. Aku harap kamu mendapatkan jodoh yang lebih baik dariku, Mas." ucap Rosa yang menahan isakannya. Walau terus air matanya menetes.

Bahkan Galih yang dari jauh ikut meraskan kesedihan yang terjadi pada dua insan yang saling mencintai di paksa berpisah karena dia ada dianatara mereka yang masuk secara paksa merusak hubungan yang sudah di siapkan ke jenjang pernikahan.

"Ros, maafkan aku. Apakah aku harus rela melepaskanmu, tapi aku sudah berjanji pada Tuhan dan keluarga bahkan padamu yang tidak akan menceraikanmu." bimbang Galih yang menjadi penonton.

"Ros, jangan buat aku sakit hati! Katakan dengan jujur ada apa denganmu? Tiba tiba kamu meminta putus dariku? Lihat wajahku, Ros," pinta Dirga.

Sesegukan Rosa yang menahan suara tangisan yang sudah hampir tidak ditahannya saat ini.

"Mas, maafkan aku. Kita harus putus dan tidak bisa mewujudkan mimpi mimpi bersama kita lagi." ucap Rosa yang lidahnya kelu mengatakan jika ia telah menikah saat ini.

Akhirnya Dirga mengangkat dagu Rosa untuk menatap dirinya yang sama memerah matanya. Rosa yang langsung memutus kontak mata dengan Dirga, tidak sanggup menatap wajah sang kekasih yang dia cintai berakhir dia yang melukainya sangat dalam.

"Ros, katakan kenapa kamu meminta putus," lirih Dirga.

"Lihat ke arahku dan katakan kamu tidak mencintaiku dan meminta putus denganku. Ros," Lagi Dirga yang mengangkat wajah Rosa untuk di tatapnya.

Akhirnya suara tangisan Rosa keluar dengan menatap wajah Dirga. Tidak mampu tapi tidak bisa memutus karena Dirga memegang wajahnya. Air matanya lolos dengan deras dari matanya.

"Katakan, Ros!" perintah Dirga.

Namun Rosa hanya bungkam, tidak mengakatan apapun hanya air matanya saja sebagai jawaban jika keputusannya ini juga ia merasakan sakit yang sama dalamnya.

Galih yang melihat istrinya tidak sanggup mengatakan secara langsung karena rasa yang tidak mungkin sama sakitnya jika secara terang alasannya.

Sama sepertinya yang di tinggal Kalina sakit yang tidak berdarah namun membekas menjadi benci yang teramat dalam dan besar. Tidak cinta padanya lagi namun mampu menghadirkan benci seluas samudra atas nama Kalina kini.

Langkah Galih yang sudah mantap menghampiri mereka, berdiri dari tempat duduknya, diseka air matanya yang sempat membasahi wajahnya.

Aku harus membantunya, dia istriku, tanggung jawabku. Tidak akan aku biarkan dia sendiri yang menanggungnya. Semua ini karena aku, mereka terluka dalam. Aku harus bertanggung jawab menjelaskannya. Ros, tunggu aku! Aku akan selalu berada di sisimu, membantumu, mendampingimu sesuai janjiku tidak akan pernah meninggalkanmu sendiri. Aku akan menjadi suami dan sahabatmu sekaligus, tempatmu pulang, rumah ternyamanmu adalah aku. Batin Galih.

"Dia istriku!" tegas Galih yang memegang bahu istrinya.

...****************...

Terima kasih semuanya yang selalu menunggu up Mommy ya.

Like dan komentarnya di tunggu ya.