NovelToon NovelToon
Menikahi Duda Tampan

Menikahi Duda Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Selingkuh / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: safea

Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.

Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.

Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 16

"Daddy, Joyie ingin makan pasta yang waktu itu pernah kita datangi bersama dengan Oma dan Opa." Tristan yang mulanya masih sibuk memperhatikan kedekatan yang terjalin antara Joyie dan Rumi pun dibuat terkejut karena tiba-tiba saja gadis kecilnya mengalihkan fokus ke arahnya.

"Iya boleh, nanti malam kita pergi ke sana ya?" Nampaknya Joyie tidak senang sama sekali dengan keputusan yang dibuat oleh sang Ayah, lihat saja itu wajahnya yang menekuk lucu.

"Tapi Daddy, Joyie ingin memakannya sekarang bukannya nanti malam." Gawat. Kalau Joyie terus saja memasang tampang seperti itu, maka sudah dipastikan Tristan akan luluh juga nantinya.

"Baiklah, kita makan pasta itu sekarang. Tapi tunggu sebentar ya, Daddy akan memberitahukannya dulu pada Oma kalau kita tidak akan makan siang di rumah." Hanya dalam hitungan detik, wajah yang tadinya merengut itu sudah berganti dengan senyuman yang teramat lebar.

Apalagi kala mendapati sang Ayah mulai mengoperasikan ponselnya, Joyie tahu kalau Tristan saat ini sedang bersiap untuk menelepon neneknya yang sedang menunggu kepulangan mereka.

"Miss Rumi ikut makan pasta bersama dengan Joyie ya? Pastanya enak sekali loh, pasti Miss Rumi juga akan menyukainya nanti." Bukan hanya Rumi saja yang dibuat terkejut oleh ajakan itu, Tristan saja sampai terdiam padahal ponselnya sudah tersambung dengan sang Ibu di ujung sana.

"Eh? Nggak usah, sayang. Nanti Miss Rumi makannya di rumah saja ya? Masa Miss Rumi ikut makan bersama dengan Joyie dan Daddy sih." Wajah muram itu kembali, menunjukkan kalau si gadis kecil tidak suka dengan penolakan yang Rumi berikan.

"Tidak apa, ikut makan saja bersama dengan kami. Saya tidak keberatan sama sekali, dan juga sepertinya Joyie sangat menyukai anda." Benar! Tumben sekali Ayahnya mengerti akan apa yang Joyie inginkan saat ini.

Aduh, bagaimana ini? Tristan sih tidak apa, tetapi tidak dengan Rumi. Berada di dalam mobil yang nyaris penuh ini saja, Rumi sudah merasa amat canggung. Bagaimana lagi kalau ia ikut makan bersama nanti?

"Miss Rumi ikut bersama Joyie dan Daddy ya? Please?" Memang dasarnya Rumi bukanlah orang yang tegaan sehingga kepalanya langsung mengangguk ketika mendapati wajah Joyie yang nampak begitu memelas.

"Oke, boleh. Kita makan sama-sama ya." Jangan tanyakan sebahagia apa si kecil saat ini, Joyie sampai memekik kegirangan membuat orang-orang yang ada di dalam mobil sana gemas sendiri.

Sebenarnya ini adalah rencana terselubungnya Joyie karena ia tidak ingin cepat-cepat berpisah dari Rumi—orang baru yang teramat ia sukai. Sekarang Rumi setuju dan itu membuatnya merasa sangat bahagia sampai ia tak berhenti bercerita tentang apa saja pada Rumi.

Terlalu penuh semangat sampai ia tidak sadar kalau mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan sebuah restoran khas Italia yang Joyie katakan tadi.

"Ayo turun, kita sudah sampai." Kedua perempuan berbeda generasi itu pun nampak terkejut kala menemukan pintu yang ada di sisi kiri Rumi terbuka dengan sangat lebar.

"No no, Daddy! Joyie mau jalan sendiri saja, tapi sambil bergandengan tangan." Penolakan yang cukup menyedihkan Tristan dapatkan dari sang putri, padahal kedua tangannya sudah terbuka dengan lebar menandakan kalau ia siap untuk menggendong Joyie.

Lantas Tristan hanya bisa membiarkan Joyie turun begitu saja tanpa melepaskan pengawasannya. Yang selanjutnya ia lakukan adalah menyerahkan telapak tangannya yang sudah terbuka dengan lebar.

"Bergandengan seperti ini!" Kiranya Joyie hanya akan menggandeng tangannya saja, namun ternyata dugaannya salah.

Joyie malah ikut menggandeng tangan kanan Rumi yang berdiri tepat di sampingnya. Tangan kanan Joyie menggandeng Tristan dan tangan kirinya menggandeng Rumi. Ini pemandangan yang sangat menggemaskan.

Apalagi yang akan masuk ke dalam restoran itu hanya mereka bertiga saja, jadinya mereka terlihat seperti keluarga kecil yang sangat bahagia siang ini. Apalagi ketika melihat Joyie yang tak henti memamerkan senyuman cerahnya.

Sama seperti pengunjung lainnya, Tristan segera memanggil pelayan yang ada di sana untuk menyampaikan pesanan mereka tak lama setelah mendaratkan bokong di atas kursi.

"Kamu mau pesan yang mana, Rumi?" Perhatian Rumi yang tadinya hanya tercurahkan pada Joyie seorang, kini teralihkan sepenuhnya pada Tristan.

Tunggu dulu, yang tadi itu Tristan memanggil namanya kan? Tapi bagaimana bisa? Mereka berdua kan belum berkenalan dengan benar. Dan lagi, kenapa Tristan tak lagi menggunakan bahasa yang formal seperti tadi?

"Saya pesan Ravioli Al Pomodoro dan—" Rumi menjeda ucapannya karena kini ia tidak menimang minuman apa yang akan ia pesan siang ini.

"Monk's Habit." Setelah Rumi menyebutkan semua pesanan yang dia inginkan, Tristan lantas menganggukkan kepalanya.

Semua pesanan mereka juga Tristan yang sampaikan pada si pelayan. Untuk pesanan Joyie sendiri, Tristan sudah mengetahuinya dan karena itulah ia tidak bertanya lagi.

Bolehkah Tristan merasa cemburu karena sekarang Joyie terlihat lebih asik bersama dengan Rumi ketimbang dirinya yang notabenenya adalah Ayah kandung Joyie?

"Iya kan Daddy? Pasta yang ada di sini rasanya enak sekali." Tristan sempat dibuat gelagapan karena Joyie yang tiba-tiba saja mengajaknya untuk berbicara.

"Iya, Joyie benar. Pasta di sini rasanya sangat enak, mungkin karena mereka mendatangkan juru masak dari Italia langsung." Tapi tenang saja, Tristan tetap berhasil menjawab pertanyaan itu dengan baik tanpa harus gelagapan seperti yang tadi.

Tristan kira kalau jawabannya yang tadi akan menjadi penutup obrolan antara dirinya dan Rumi, namun dugaannya salah besar. Mereka berdua justru jadi lebih banyak membicarakan banyak hal.

Alih-alih berbicara dengan sangat formal seperti sebelumnya, Tristan dan Rumi malah terlihat lebih santai saat ini.

Mungkin karena Rumi yang memang mudah sekali bergaul dengan orang baru, atau karena Tristan yang mulai terbawa suasana sehingga diam-diam pria itu merasa senang saat bisa berbincang bersama dengan Rumi.

Obrolan mereka harus terhenti sejenak dikarenakan dua orang pelayan tiba sembari membawa pesanan mereka di sana. Semuanya nampak diam ketika dua orang pelayan tadi sedang sibuk menata piring di atas meja sana.

"Selamat makan Daddy, Miss Rumi!" Joyie yang mengatakan kalau dirinya sudah besar pun merasa kalau ia tak lagi harus diawasi ketika makan, maka dari itu Joyie segera menyantap makanannya sendiri dengan hati yang senang.

"Selamat makan, Pak." Hal itu juga Rumi lakukan, ia hanya ingin mengikuti Joyie saja sih.

Sesekali tangan kecil Joyie menyuapkan pasta miliknya pada Rumi karena ia ingin agar wanita itu juga mengetahui seenak apa makanan itu.

"Daddy juga aaaa." Bukan cuma Rumi saja yang mendapatkan suapan spesial dari Joyie rupanya, karena Tristan juga mendapatkannya.

Tapi tunggu dulu. Joyie kan barusan saja menyuapi Rumi menggunakan garpu itu, lalu setelahnya ia malah menyuapi Tristan dengan garpu yang sama. Bukankah ini artinya mereka baru saja berciuman secara tidak langsung?

Sialan, memikirkan hal yang tidak-tidak seperti ini malah membuat kedua pipi Rumi menjadi panas seketika. Semoga saja Tristan ataupun Joyie tidak menyadarinya, kalau tidak bisa malu sendiri ia nanti.

"Miss Rumi, mau coba makanan punya Daddy juga tidak?" Rumi tak langsung menjawab karena ia tengah mencerna apa yang barusan saja telinganya tangkap.

"Hah? Eh enggak usah, Miss Rumi makan yang ini saja." Siapapun tolong bantu Rumi agar ia bisa melarikan diri sekarang juga karena Rumi benar-benar sudah sangat malu. Dan juga, pasti kedua pipinya sudah semakin memerah sekarang.

1
Esther Alviah Ekawati Ndoen
mulai ada ulat bulu
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Semoga Rumi berjodoh dengan sang duda, pak Tristan yang gentle dan murah senyum, tapi hanya saat dekat dgn Rumi, apalagi Joyie juga udh lengket dgn Miss Rumi.
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 Ig@Fanie_liem09
Hai ka gabung yu di Bcm
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Yah gk papa Rafka, si duda lagi pdkt dengan mbk kamu, kalau mereka berjodoh kan gk masalah, apalagi Tristan laki2 baik yang sangat sayang pada anak nya.
Sylvia Rosyta
Aku mampir kak, ceritanya bagus jadi nggak sabar nunggu kelanjutannya.Salam dari penulis novel Pengantin Cantik Pilihan Tuan Ibrahim 😊
Lucky One
menarik🤩🤩
Misaki Nakahara
cerita ini menakjubkan! Aku merasa seolah-olah aku juga menjadi tokoh utamanya.
lyPoppy
Ceritanya mengaduk-aduk perasaanku, jempol di atas👍
Sol Ronconi
Setiap chapter bikin penasaran terus, authornya jago banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!