Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Pada hari Senin diadakan lomba baik untuk TPA kelas 1 dan kelas 2. Lomba tersebut dilakukan hanya untuk di Taman Pendidikan al-Qur'an al-Falah.
"Nanti sore lomba membaca doa sehari² tapi deg deg an juga. Ini kan sudah ada buku pedomannya tinggal aku baca² saja. Semoga lancar! Aamiin." harap² cemas dalam hati. "Eh nanti 2 lomba pale, dengan baca Puisi, harus ku perlancar nih.! Lanjutnya. Seraya duduk santai diteras rumah kakek Pengeran, setelah pulang sekolah.
"Ren, kamu ngapain disitu belum ganti baju?" tegur bi Yati.
"Iya bentar dulu bi, ini lagi menghafal doa²."
"Ganti baju dulu, makan baru menghafal. Sana!" usirnya.
"Ya bi!" melangkah sambil cemberut. "Padahal masih asyik menghafal malah diganggu." ngomel dalam hati.
***
Lomba telah usai, waktunya untuk mendengarkan pengumuman.
"Pengumuman akan dilakukan sore nanti Ren, sudah siap?"
"Siap gak siap, menang kalah ya gak apa² kan kita sudah pernah ikut, bisa dijadikan pengalaman berharga dalam hidup supaya ke depannya bisa lebih baik." jawab Reni bijak.
"Ayo langsung masuk masjid."
"Ayo Wati. Apa Nina sudah datang ya? Eh, itu Anggi." kata Reni. "Hay." sapa Reni pada Anggi.
"Hay, sini aja kita dengarkan siapa yang menang!" jawab Anggi tanpa menoleh pada Reni.
"Iya."
***
"Bismillah... Kita mulai saja pengumuman pemenang lomba yang telah dilaksanakan beberapa hari ini di TPA AL-Falah, ustadz harap semua dapat menerima dengan lapang dada ketika belum menang dan tidak mendapat hadiah, tapi tenang semua akan tetap mendapatkan kue kotak." setelah pembukaan, pembacaan ayat suci al-Qur'an, kini waktunya pengumuman yang dinanti para santri.
"Hore." ucap semua santri.
Perlombaan telah dibacakan!
"Ren, kamu gak dapat juara ya?" tanya Anggi ngeledek.
"Emang kamu dapat Ngi?" tanya balik Wati.
"Ngak juga. Aku cuma ikut lomba baca puisi dan baca doa sehari²." jawabnya sendu.
"Ya sama aja dong!" jawab Wati ketus.
"Ya sudahlah, memang masih banyak yang lebih bagus bacaannya, lebih unggul dari kita. Kita harus bangga karena kita masih bisa ikut meramaikan. Iya gak?" ucap Reni bangga.
"Hm bener kata Reni, aku setuju! Tanpa ada yang kalah kan tidak akan ada yang menang." lanjut Nina.
"Aku minta maaf ya Ren, selama ini aku kurang baik sama kamu!"
"Emang kenapa kamu kurang baik sama Reni?" tanya Wati penasaran.
"Ya aku gak suka aja, dia kayak lebih unggul dari aku."
"Anggi, aku itu masih belajar, bahkan aku juga masih jauh tertinggal. Apa hanya itu alasan kamu?"
"Sebenarnya karena supaya aku bisa berteman sama mereka sih, tapi sekarang meraka dapat teman baru yang lebih kaya jadi aku diasingkan deh!" jawab Anggi sedih.
"Ya udah kali ya, kan kita masih bisa main bareng, yang penting kamu mau berteman dengan aku yang anak petani miskin ini, tinggal hanya sama nenek lagi!" jawab Wati jujur.
"Sudahlah, kita itu berteman sama siapa saja asalkan baik, tulus dan ikhlas. Kalau di mata Allah semua manusia kan sama, yang membedakan ketakwaannya." Reni menjelaskan.
"Nah kan Reni pintar, calon ustadzah nih kayak ustadzah Husnul." sahut Nina.
"Bener Nin, cocok." Wati menambahkan.
"Kalian ini ada² saja, aku hanya copy paste kata²nya ustadz dan ustadzah doang kok." lalu mereka tertawa bersama.
"Lihat tuh yang kelompok miskin, anak petani." hahaha ledek Linda, Tina, Dina, dan Nora anak baru.
"Sudah abaikan saja!" jawab Wati santai.
"Ish, sama² anak petani itu gak usah saling menjatuhkan kali! Bapaknya juga petani, apa dia anak Presiden?" cibir Nina.
"Eh, gini² aku anak wirausaha nah!"
"Jangan songong Mb, emang kamu tau masa depanmu gimana? Gak kan? Siapa tau kami yang sukses!" ujar Nina lagi.
"Udah ayo kita keluar, nanti makin panjang urusan." ajak Reni pada teman²nya.
"Ayo." ucap Anggi pelan.
"Kamu mau langsung pulang Ren?" tanya Wati.
"Beli somay dulu yuk? Tapi bayar masing² ya!" hehehe ucap Reni.
"Ya udah ayo, kangen somay Mbah sirep!" jawab Anggi. Mereka membeli somay sebelum pulang.
"AlhamduLillah kenyang, aku mau pulang duluan ya?" ucap Reni.
"Kamu beli berapa kok sudah habis Ren?" tanya Anggi penasaran.
"200 rupiah."
"Ha? Kamu serius?" karena kagetnya semua melongo keheranan.
"Iya." jawabnya Polos.
"Ternyata kamu hemat banget Ren!" ucap Anggi geleng² kepala!
"Aku dikasihnya segitu ya disyukuri. Mau gimana lagi!" ucap Reni pasrah. "Ok. bay!" seraya melambaikan tangan meninggalkan teman²nya.
"Dia memang dikasih uang jajan sore segitu, kalian harus bersyukur semua, karena kalau Mbah ingat² dia selalu jajan disini hanya 200 rupiah, bahkan biasanya gak jajan." jelas Mbah Sirep panjang. Mereka hanya manggut² paham.
"Uang jajanmu berapa Wat?" tanya Anggi.
"Paling sedikit 500, itu untuk ke sekolah! Kalau ke TPA kadang dikasih lagi 300. Gak tentu juga sih, tapi masih mending emang uang jajanku daripada Reni. Dia 500 untuk sehari." jawabnya sambil tersenyum masam. "Kalau kamu Ngi? Banyak ya? Tuh Nina juga banyak jajan!"
"Yeee aku biasa bawa bekal kali! Kalau uang jajan sehari 1000 sih, lumayan!" jawab Nina.
"Oh. Kalau aku biasa 1000 ke sekolah doang,, ke TPA nambah 500 rupiah. Hehehe." jawabnya cengengesan.
"Wah banyak tuh, bisa traktir kami! Ya kan Nin?"
"Hm betul itu." jawab Nina.
"Lain kali saja ya, aku nabung dulu!" ucap Anggi.
"Terserah saja lah, kalau gak juga gak apa². Kami hanya bercanda!" kata Wati. "Aku pulang duluan ya? Bay."
"Ya udah, ayo kita juga pulang!" ucap Nina.
"Iya." jawab Anggi singkat.
***
"Mereka jajan segitu hematnya yah, segitu gak punya kah orang tuanya uang?" gumam Anggi dalam hati saat perjalanan pulang.
"Heh, hati² dong kak, mau nabrak aku nih!" ucap anak lelaki kecil usia 5 tahunan.
"Maaf de, kakak gak sengaja!"
"Jalan pake kaki, mata juga dipake kak untuk melihat. Main serempet² aja, makanya jangan ngelamun?!" masih saja mengomel.
"Iya iya." jawabnya ketus. "Huh karena mikirin uang jajan mereka malah nyerempet anak². Mana bawel lagi!" gumamnya pelan. Lalu melanjutkan menaiki sepedanya menuju ke rumah.
***
Keesokan harinya ketika di sekolah Reni dipanggil. "Ren, dicari tuh sama Anggi di kamar mandi." kata teman sekelasnya.
"Emang Anggi ngapain nyari aku sampai di kamar mandi?" tanya Reni khawatir.
"Gak tau, kamu disuruh kesana."
"Ok Makasih ya!" lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
"Loh kok kosong? Dimana Anggi? Dia kenapa ya?" gumamnya pelan. Saat masuk di kamar mandi tiba².
Krekkk cek klek
"Waduh! Ada apa nih? Tok tok tok. Siapa di luar? Tolong buka in dong?" teriak Reni. Tok tok tok. Masih berusaha.
"Siapa ya yang kunci in dari luar?" gumamnya dalam hati. "Ya Allah aku harus gimana!" matanya telah berkaca², antara cemas dan takut. "Apa aku hanya dikerjai? Apa Anggi sejahat itu?" gumamnya lagi. Huhuhu. Puas menangis Reni berusaha lagi.
Tok tok tok
"Tolong. TOlong. Tolong." teriak Reni.
Beberapa jam kemudian baru ada yang ke kamar mandi di sebelah.
"Kayaknya ada orang disebelah." gumam Reni.
"Tolong, siapa di sebelah, tolong aku dong!? Aku ke kunci nih!" dengar suara seraknya setelah menangis.
Cek klek
"Kamu!" ujar Roni.
"Hhmm. Huhu." masih menangis hanya ditahannya. Langsung dipeluk Roni untuk dikasih tenang, tapi justru makin menangis Reni karena sedih. Setelah tenang Roni bertanya!
"Kamu kenapa sampai ke kunci disini?" tanya Roni lembut.
"Hm aku juga gak tau!"
"Emang ceritanya gimana?"
"Tadi ada temen laki² yang manggil aku di kelas, dia bilang aku dicari Anggi di kamar mandi."
"Nanti laporin saja sama BK."
"Gak usah Ron, aku gak apa² kok." mencoba tersenyum supaya masalahnya gak diperpanjang. "Apa salah ya kalau aku sekolah disini?" tanyanya lagi.
"Gak kok. Emang kenapa?"
"Kayaknya pada gak suka sama aku, apa aku miskin?"
Deg...
"Gak kok, mungkin cuma perasaan kamu saja! Ayo kita ke kelas!" sambil menuntun Reni menuju kelas.
"Aku bisa sendiri Ron."
"Oh Iya ok." Jawabnya singkat. "Kenapa jadi grogi sih?" gumam Roni dalam hati.
"Terima kasih ya Ron, aku masuk duluan." ucapnya tersenyum ramah.
Deg ... Jantungnya selalu berdetak kencang.
"Dia mirip adikku." gumamnya dalam hati hingga matanya memanas.
"Huft, waktunya masuk kelas!" gumamnya pelan.
Seusai belajar mereka pulang ke rumah masing². Dari jauh Roni memantau Reni.
"Apa dia adikku? Nama kami mirip, tapi wajah kami tidak mirip, hanya matanya yang begitu mirip dengan adik kecilku!" gumamnya pelan.
"Hey Bro, ngapain masih disini ngomong sendiri lagi!" teman Roni.
"Baru saja aku tiba, kamu kenapa sih?" tanyanya penasaran alias kepo.
"Hm." Roni hanya menunjukkan menggunakan kode mata.
"Itu kan anak baru di kelas kamu? Kenapa dia?"
"Dia mirip adik aku, nama dan matanya mirip. Apa dia adik aku ya?" antusias Roni.
"Ya nama ku tau! Emang ada adik kamu cewek sudah besar?"
"Ku getok kepalamu nanti. Adalah, itu foto kembaranku yang pernah kamu lihat di dalam kamar! Dasar Dodi." kesal Roni.
"Iya ya. Kamu kan punya kembaran. Kamu kan masih punya adik laki², masih lucu lagi, imut, gembul." ucap Dodi, dia sudah kelas enam.
"Udah deh aku mau pulang duluan!" ucap Roni meninggalkan sekolah.
"Masak iya mirip, atau jangan² Roni suka lagi sama itu cewek baru!" Gumamnya dengan geleng² kepala lalu meninggalkan sekolah menggunakan sepedanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy reading ☆☆☆
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih
Jangan lupa like, kritik dan sarannya.../Rose/