Reyn Salqa Ranendra sudah mengagumi Regara Bumintara sedari duduk di bangku SMA. Lelah menyimpan perasaannya sendiri, dia mulai memberanikan diri untuk mendekati Regara. Bahkan sampai mengejar Regara dengan begitu ugal-ugalan. Namun, Regara tetap bersikap datar dan dingin kepada Reyn.
Sudah berada di fase lelah, akhirnya Reyn menyerah dan pergi tanpa meninggalkan jejak. Pada saat itulah Regara mulai merindukan kehadiran perempuan ceria yang tak bosan mengatakan cinta kepadanya.
Apakah Regara mulai jatuh cinta kepada Reyn? Dan akankah dia yang akan berbalik mengejar cinta Reyn?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Asisten Manager
Masih setia dalam batas waktu yang tak bisa ditentukan. Itulah Regara Bumintara. Empat tahun berlalu dia masih tetap mencari keberadaan Reyn tanpa rasa lelah. Sudah banyak uang yang dia keluarkan untuk mencari Reyn, tapi dia tak pernah putus asa meskipun hasilnya nihil. Dia meyakini Reyn akan kembali.
Ketampanan Rega membuat banyak para wanita tergila-gila. Namun, sayangnya dia sangat menutup rapat hatinya. Setelah ditinggalkan Reyn, Rega tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Sampai ketiga sahabatnya khawatir dengan kejiwaan Rega.
"Gua gak sakit," ucapnya sambil tertawa.
Tawa yang masih sama, penuh kehampaan dan kesedihan. Dia sama sekali tidak iri kepada sahabatnya yang kini sudah memiliki istri juga anak.
"Emak lu udah pengen nimang cucu, Ga," ujar Dafa.
"Betinanya juga belum nemu," sahut Rega santai.
"Lu masih nunggu Reyn?"
Rega tersenyum perih sambil menatap ke arah Jamal. Wajah Jamal pun berubah seketika.
"Empat tahun bukan waktu yang sebentar, Ga. Udah waktunya lu move on." Joni sudah bersabda.
"Gua yakin Reyn akan kembali."
"Andai dia kembali, tapi sudah memiliki pasangan. Apa yang akan lu lakukan?" Sedikit sadis pertanyaan Dafa.
"Akan tetap gua kejar dan perjuangkan sampai titik darah penghabisan."
Keras kepalanya Rega melebih batu karang. Mereka bertiga tidak bisa berkata lagi jika sikap keras kepada Rega sudah muncul.
.
Regara Bumintara, di usianya yang masih muda bisa menjabat sebagai manager keuangan di perusahan yang bisa disebut raja dari perusahaan besar. Banyak yang wanita yang terpesona bahkan terang-terangan menyukai Rega, tapi lelaki itu dengan tegas menolak.
Belum lagi banyak yang meminta Rega kepada Bu Gendis. Akan tetapi, Bu Gendis tak mau mengambil keputusan apapun. Semuanya dia serahkan kepada Rega. Dan tentu saja Rega menolak.
"Cinta aku udah mentok di kamu, Reyn."
Dia memandang wallpaper ponsel di mana foto Reyn yang bertengger di sana. Hampir empat tahun ini, foto Reyn selalu ada di ponselnya sebagai obat rindu.
"Aku tak akan pernah lelah untuk menunggu dan mencari kamu. Aku janji itu, Reyn."
Ritual Rega sebelum tidur sekarang yaitu berbicara dengan figura. Juga terus berjanji untuk terus mencari Reyn ke manapun dan sampai kapanpun hingga dia bisa bertemu dengan Reyn.
Bu Gendis menatap tubuh sang putra yang sudah terlelap. Kamar yang biasa minim dengan foto, dinding kamarnya kini dipenuhi foto Reyn. Semakin hari rasa cinta Rega semakin besar bukan semakin berkurang. Bu Gendis dapat melihat itu.
Ada rasa kasihan kepada sang putra, tapi melihat kegigihannya untuk mencari Reyn, Bu Gendis ikut optimis. Hati kecilnya mengatakan jika Reyn akan kembali. Meskipun dia sendiri tak tahu kapan waktunya.
.
Pesona pria matang berduit membuat para karyawan di kantor terpana. Ya, outfit ngantor Rega tidak pernah gagal.
"Ganteng banget, tapi kenapa susah banget buat deketinnya," keluh salah satu karyawan yang sudah mengagumi Rega sedari lama.
"Apa emang dia udah punya pawang?" tanya wanita yang lain sedikit curiga.
Ketampanan Rega setara dengan ketampanan para petinggi perusahaan raksasa ini. Visualnya tidak akan kebanting oleh para petinggi berwajah layaknya pangeran tampan di negeri dongeng.
Meeting besar diadakan. Direktur utama pun hadir. Rega menunduk sopan menyapa pria tinggi yang begitu tampan dan berkharisma sambil berjabat tanga.
Banyak yang dibahas, Rega menyimak dengan serius. Hingga sebuah pertanyaan terlontar padanya.
"Untuk manager keuangan, apakah Anda perlu asisten untuk membantu Anda?"
"Untuk saat ini saya belum memerlukannya, Pak."
"Kenapa?"
"Tidak terlalu repot menghandle-nya sendiri."
Senyum penuh kebanggaan terpancar dari direktur utama tersebut. Pantas saja dalam waktu satu tahun lelaki tampan itu bisa naik jabatan dan langsung menjadi manager.
Sebenarnya Rega sedikit kewalahan, tapi selagi dia masih bisa menyelesaikannya sendiri dia tidak akan banyak mengeluh. Dia rela pulang larut karena perusahaan tempatnya bekerja begitu menghargai kerja kerasnya. Finansial-nya seketika berubah. Juga dia banyak bertemu dengan orang-orang hebat. Memberikan yang terbaik itulah tugas Rega.
Seperti malam ini, semua laporan keuangan masuk kepdanya. Dia harus mengecek dengan sangat teliti agar tidak ada kesalahan. Salah satu angka saja bisa fatal.
Rega juga adalah manusia paling fokus dan profesional. Ketika dia kantor, dia akan fokus pada pekerjaannya. Dia akan mengabaikan ponselnya dan hal lain. Beda jika kakinya sudah keluar dari area kantor. Dia akan kembali mencari Reyn.
Direktur utama perusahaan terus memantau Rega. Dia tersenyum ketika kinerja Rega memang sangat baik. Meskipun, bekerja sendiri dia bisa menyelesaikannya dengan sangat baik. Jarang sekali melakukan kesalahan.
Apalagi sudah dua Minggu belakangan ini Rega terus pulang tengah malam. Dedikasi Rega patut dibalas dengan sesuatu yang bisa meringankan pekerjaannya.
Meeting diadakan kembali. Rega sudah masuk ke dalam ruangan yang biasa digunakan untuk rapat. Kembali dan bertemu petinggi-petinggi yang lain juga direktur utama yang begitu tampan.
"Saya putuskan masing-masing manager divisi akan diberikan satu asisten yang akan membantu kalian dalam menyelesaikan pekerjaan."
"Para asisten itu akan diseleksi dengan sangat ketat agar bisa langsung bekerja dengan kalian."
Peraturan yang sudah dibuat oleh direktur utama pasti sudah disetujui sebelumnya oleh CEO perusahaan tersebut.
"Namun, kalian harus bersabar dulu karena proses penyeleksian cukup memakan waktu."
Para manager pun mengangguk. Mereka tidak bisa menolak karena ini semua adalah perintah dari yang paling atas.
Ketika tiba di ruangannya, Rega menghela napas dengan begitu kasar. Dia menegakkan figura yang tertelungkup di atas meja. Foto Reyn yang ada di figura tersebut. Tangannya mulai mengusap lembut kaca figura.
"Aku harap asisten aku bukan perempuan. Aku gak ingin ada salah paham lagi." Rega bagai orang gila berbicara pada figura.
Penyeleksian memakan waktu yang cukup lama. Para manager divisi lain sudah mengeluh perihal lamanya asisten yang akan diberikan oleh perusahaan. Sudah hampir dua minggu mereka menunggu, tapi tak jua datang. Beda halnya dengan Rega yang bersikap begitu santai.
Di Minggu ketiga mereka kembali dikumpulkan. Benar saja, direktur utama sudah hadir di sana. Mereka mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang direktur.
"Dengan adanya asisten ini kalian bisa meningkatkan kualitas kerja kalian."
Satu per satu asisten yang akan mendampingi para manager masuk ke dalam ruangan. Rega pun tidak terlalu fokus kepada mereka. Hingga suara langkah kaki yang berbeda terdengar. Perlahan, Rega menolehkan wajahnya ke arah asisten yang baru masuk.
Matanya melebar dengan sempurna melihat seorang wanita yang Rega kenali masuk paling akhir. Dia satu-satunya asisten perempuan di sana. Seketika matanya mulai nanar.
"Tu-han, apa aku tidak salah lihat?"
...***BERSAMBUNG***...
Tembus 50 komen nanti up lagi, tapi gak boleh spam komen🤭