NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Kami pun berjalan bersama menuju ke depan mansion.

Malam ini pun akan menjadi pengalaman pertamaku menaiki kereta kuda. Jika di zaman moderen, kendaraan sudah canggih dan berjalan dengan cepat. Disini aku merasakan kemunduran karena aku harus bersabar dengan kecepatan kuda yang berbatas.

Aku pun tidak tahu seperti apa rasanya menaiki kereta kuda.

“Silahkan naik istriku” Ivander mengulurkan tangannya. Dia tersenyum menatapku dan bersikap sangat manis.

“Terimakasih suamiku” jawabku. Betapa bahagianya Casandra yang memiliki pria sebaik dan setampan Ivander ini. Aku merasa bersyukur merasakan semua kasih sayang yang tak pernah kurasakan di kehidupanku sebelumnya.

Ada perasaan gugup duduk di kereta kuda berdampingan dengannya. Aku masih bersikap biasa saja namun begitu kereta kudanya mulai bergerak, terasa sedikit terguncang dan bergoyang di dalamnya.

“Huft” helaan nafas yang keluar saat tanganku berpegangan ke samping.

“Istriku, kamu kenapa?” katanya dengan ekspresi khawatir. Ivander mendekat lalu mengenggam tanganku.

Gerak kereta kuda yang tidak stabil karena jalan yang terkadang tidak rata lalu bergoyang ke kanan kiri membuatku sedikit mual.

“Haa.. bisa-bisanya aku mual karena naik kereta kuda! Tapi, ini benar-benar lambat. Kalau naik mobil pasti sudah sampai kan?” dalam benakku.

“Mmm..” aku kembali mual karena keretanya bergoyang lagi. Aku pun menutupi mulutku dengan tanganku.

“Istriku, apa kamu baik-baik saja?” ucapnya masih khawatir. Ivander berjongkok lalu menatapku dengan tatapan yang tidak tenang.

Matanya berkaca-kaca dan sorot matanya yang dalam itu semakin mengalihkan pikiranku.

Aku tidak bisa menundukkan kepalaku dan menatapnya karena rasa mual ini semakin menjadi.

“Hentikan keretanya!” perintahnya ke kusir. Kereta pun berhenti setelahnya.

Dia sangat peka terhadap apapun yang aku rasakan dan selalu mementingkan kenyamananku lebih dahulu dibanding dirinya.

Ivander beralih duduk kembali di sampingku lalu menyandarkan kepalaku ke pundaknya. “Istriku, kamu merasa mual? Aku minta maaf, ini pertama kalinya kamu kembali naik kereta kuda tapi aku tidak memikirkannya. Maaf sayang, tapi sebentar lagi kita sampai di istana. Aku tidak mungkin membawamu kembali ke mansion sekarang karena kamu pasti semakin tidak nyaman. Tidurlah, kamu pasti akan baik-baik saja jika bersandar seperti ini” katanya sambil mengelus kepalaku.

Ivander sangat perhatian bahkan aku pun merasa nyaman berada di sampingnya dan bersandar ke pundaknya. Anehnya, rasa mual itu berangsur hilang saat Ivander membuatku nyaman di dekatnya.

Aku tidak mengatakan apapun namun aku menuruti perkataannya dengan tidur bersandar padanya.

Kereta kuda pun mulai bergerak kembali menuju ke istana dan aku pun tidak tahu sudah sampai mana perjalanan kami karena aku tidur untuk menghindari rasa mual yang hampir membuatku tidak tahan.

Hingga akhirnya kami pun sampai di depan istana yang megah dan menakjubkan.

“Istriku, kita sudah sampai” katanya sambil menyentuh pipiku dan membelainya dengan ibu jarinya.

“Eum.. suamiku maaf karena aku tidur” ucapku sambil mengusap mataku.

“Tidak apa-apa, sayang. Jangan mengusapnya dengan keras, coba aku lihat. Kamu sudah dandan secantik ini, masa mau dibuat berantakan sih” Ivander mengatakannya dengan senyum yang manis. Wajahnya sangat dekat namun tangannya fokus menyentuh wajahku dengan lembut.

Ivander menyeka airmata yang sedikit keluar di ujung mataku. Sentuhan jarinya sangat lembut dan hati-hati.

“Eung..” aku terdiam dan hanya menerima sentuhannya.

“Bagaimana dengan mualnya sayang? Apa kamu sudah baik-baik saja, hm?” Ivander menatapku dengan wajah tampannya.

Saat itu aku sangat terkejut hingga rasa kantukku hilang apalagi bibir Ivander nyaris menyentuhku saat sedang memeriksa wajahku.

“Ah, iya. A, aku baik-baik saja” ucapku sedikit menjauh darinya.

Ivander terlihat terkejut dengan responku namun ia yang awalnya terbelalak kini dia hanya menghela nafas panjang lalu kembali tersenyum menatapku.

Dia kembali dengan posisi duduk yang benar kemudian beranjak untuk turun dari kereta kuda. Kemudian ia mengulurkan tangannya. “Istriku, ayo kita masuk ke dalam” pintanya dengan sopan.

Aku pun mengangguk. “Iya suamiku” kemudian meraih tangannya yang besar itu. Dia pun tersenyum lalu mendampingiku dengan percaya diri.

Ivander berdiri tegap dan menatap ke depan namun ia sesekali menatapku dan tersenyum.

Suasana di istana yang hanya bisa di bayangkan saja, kini sangat nyata di depan mata. Pintu masuk yang besar serta penjaga yang kuat berada di samping sisi pintu tersebut.

Setelah ini adalah hal yang paling aku nantikan, dimana nama kami akan di sebutkan dengan lantang saat masuk ke dalam ruang perjamuan pesta tersebut.

“Duke Lance dan Duchess Lance memasuki ruangan..” ucap penjaga pintu tersebut seraya membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk.

Suasana yang meriah dan gemerlap lampu hias yang mewah serta dekorasi ruangan yang megah dan banyaknya bangsawan yang berkumpul mengenakan gaun dan setelan mewah memenuhi ruangan tersebut.

Semua mata menatap ke arah kami dan saling berbisik. Saat hal itu terjadi aku menatap ke arah Ivander dan dia pun menoleh ke arahku lalu memejamkan matanya sesaat seolah mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja sambil mengelus lenganku yang sedang melingkar di lengannya.

Senyuman itu mampu membuatku tenang dan kembali berjalan dengan percaya diri memasuki ruangan tersebut.

Tatapan tajam dan sorot mata yang memiliki banyak arti, tak berhenti menatapku hingga aku sudah berada di tengah aula tersebut.

“Istriku, kamu tidak apa-apa?” tanya Ivander khawatir. Dia membawaku ke tempat yang tidak terlalu ramai.

“Iya, aku baik-baik saja, suamiku” jawabku merasa tidak nyaman dengan hal yang baru kurasakan.

Ivander sangat memahami situasi dan membuatku nyaman sehingga aku merasa sedikit lebih tenang.

Suasana pun menjadi lebih kondusif dimana pandangan orang-orang sudah tidak menatap ke arah kami.

“Putra Mahkota memasuki ruangan” serunya dengan suara yang lantang.

Semua orang berhenti dari aktifitasnya dan menyambut kedatangan putra mahkota untuk memberi hormat dan menunduk sopan.

“Putra mahkota? Seperti apa dia?” ucapku sambil melirik dan mencuri pandang dalam posisi menunduk.

Tiba-tiba saat aku sudah tidak mencuri pandang dan pandanganku ke bawah karena masih menunduk, aku melihat kaki seseorang yang mengenakan sepatu hitam dan mewah itu berdiri tepat di depanku.

Aku sangat terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa karena aku tahu dia bukan Ivander.

“Salam matahari kecil kekaisaran” Ivander mengatakannya dengan penuh hormat.

Aku pun kembali ke posisi awal dan berdiri dengan tegap namun sangat gugup karena orang yang berdiri tepat di depanku adalah putra mahkota.

“Kyaa!...” teriakku tanpa suara karena terkejut melihat wajah yang tak asing.

Aku kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh ke belakang.

Sret!..

Grep!..

Ada 2 tangan yang meraih pinggangku dan menahan tubuhku agar tidak terjatuh.

Set!..

“Haah.. hampir saja” ucapku merasa lega. Kedua pria itu menatapku dengan raut wajah yang penuh kecemasan lalu membantuku berdiri kembali dengan benar.

Aku tidak menyangka bahwa Ivander dan putra mahkota membantuku secara bersamaan hingga menarik perhatian khalayak ramai.

Semua mata kembali melihat ke arahku dan terlihat rasa iri yang bercampur dengan banyak persepsi dari masing-masing banyaknya orang.

1
Luna
semangat ya
Luna
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!