NovelToon NovelToon
Dendam Ratu Abadi

Dendam Ratu Abadi

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:65.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rudi Hendrik

Lama mengasingkan diri di Pulau Kesepian membuat Pendekar Tanpa Nyawa tidak tenang. Sebagai legenda tokoh aliran hitam sakti, membuatnya rindu melakukan kejahatan besar di Tanah Jawi.

Karena itulah dia mengangkat budak perempuannya yang bernama Aninda Serunai sebagai murid dan menjadikannya sakti pilih tanding. Racun Mimpi Buruk yang diberikan kepada Aninda membuatnya tidak akan mengenal kematian. Dia pun diberi gelar Ratu Abadi.

Satu-satunya orang yang pernah mengalahkan Pendekar Tanpa Nyawa adalah Prabu Dira Pratakarsa Diwana alias Joko Tenang tanpa melalui pertarungan. Karena itulah, target pertama dari kejahatan yang ingin Pendekar Tanpa Nyawa lakukan melalui tangan Aninda adalah menghancurkan Prabu Dira.

Aninda kemudian membangun kekuatan dengan menaklukkan sejumlah pendekar sakti dan menjadikannya anak buah.

Mampukah Aninda Serunai menghadapi Prabu Dira yang sakti mandraguna? Temukan jawabannya di Sanggana 8 yang berjudul "Dendam Ratu Abadi".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang

*Ratu Abadi (Raab)*

“Hukuman ini sama saja menghukumku juga. Dua tahun itu adalah waktu yang terlalu lama. Tidak mungkin aku marah kepada Permaisuri Mata Hijau selama itu,” keluh Prabu Dira setelah mendengar laporan dayang utusan Permaisuri Mata Hati tentang hukuman yang diberikan kepada Permaisuri Mata Hijau.

“Aku siap menggantilkan jatah Permaisuri Mata Hijau,” kata Permaisuri Sandaria seraya tersenyum lebar, sampai-sampai banyak giginya yang tampak, persis iklan sabun mandi.

“Rasanya beda,” kata Prabu Dira yang membuat Permaisuri Sandaria seketika cemberut dengan mengerutkan batang hidung mungilnya.

Ingin tertawa Ratu Tirana dan Permaisuri Yuo Kai mendengar tanggapan suami mereka atas proposal Permaisuri Sandaria. Namun, mereka menahan tawa dan hanya tersenyum tanggung.

Prabu Dira lalu bangkit berdiri.

“Kakang Prabu mau ke mana? Bukankah Kakang Prabu sudah mempercayakannya kepada Permaisuri Guru?” tanya Ratu Tirana sambil ikut berdiri.

“Rapikan kembali ruangan ini. Aku mau pergi ke Istana Pedang,” kata Prabu Dira. Dia lalu melangkah pergi.

Kepala Pengawal Prabu yang sejak tadi hanya berdiri di dekat pintu kamar besar itu segera bergerak untuk mengawal. Riskaya segera mengiringi. Setelah itu, ada sepuluh prajurit lelaki berseragam hitam yang bersenjata pedang dan membawa perisai logam mengawal di belakang. Kesepuluh prajurit itu adalah Pengawal Prabu, anak buah Riskaya yang jarang terpakai karena biasanya Prabu Dira hanya ingin memakai Riskaya seorang.

“Gusti Prabu!” sebut Riskaya memanggil saat mereka dalam perjalanan menuju Istana Pedang.

“Apakah kau ingin menanyakan pengesahanmu sebagai selirku?” tanya Prabu Dira tanpa menghentikan langkahnya.

“Benar, Gusti,” jawab Riskaya.

“Maafkan aku, Riskaya. Aku minta kau sedikit bersabar. Tidak mungkin aku memilih bersenang-senang denganmu di saat aku sedang berduka atas kematian Ratu Ani,” kilah Prabu Dira.

“Baik, Gusti. Aku sudah menunggu selama sepuluh tahun, apalah susahnya untuk menunggu sepekan dua pekan, atau sepurnama dua purnama,” kata Riskaya.

“Maafkan aku, Riskaya,” ucap Prabu Dira.

“Tidak apa-apa, Gusti Prabu,” ucap Riskaya pula.

“Aku merasa ini adalah masa tersuram bagiku. Tidak mungkin aku menangisi Ratu Ani di depan kalian,” kata Prabu Dira bernada sedih.

“Aku memahami kondisi hati Gusti Prabu. Aku pun pernah merasakan kehilangan yang lebih banyak dari Gusti Prabu,” kata Riskaya.

Setelah itu, Prabu Dira memilih diam.

Dalam perjalanan menuju ke Istana Pedang, tidak banyak percakapan yang muncul antara Raja dan Riskaya, padahal pengawal cantik bertubuh indah itu berharap lebih.

Akhirnya mereka sampai di halaman Istana Pedang.

Istana Pedang tempat kediaman Permaisuri Pedang alias Permaisuri Kusuma Dewi adalah bangunan yang didominasi warna kuning keputih-putihan, tapi bukan keputihan, jauh dari kata warna emas ataupun kapas.

Di halamannya ada sebuah tugu batu yang dihiasi oleh sejumlah pedang sungguhan yang ditancapkan.

Para prajurit jaga segera turun berlutut ketika raja mereka tiba.

“Mohon ampun, Gusti Prabu,” ucap salah satu prajurit. “Gusti Permaisuri Pedang sedang tidak ada di dalam Istana.”

“Ke mana junjunganmu?” tanya Prabu Dira dengan tenang.

“Kami tidak tahu, Gusti. Gusti Permaisuri pergi bersama Pangeran Angling Kusuma menunggang kuda,” jawab prajurit tersebut.

Terbeliak Prabu Dira. Pikirannya langsung menghubungkan kepergian Permaisuri Kusuma Dewi dengan kejadian di pelataran tadi.

“Apakah Permaisuri Pedang pergi bersama Pasukan Pengawal Dewi Bunga?” tanya Prabu Dira.

“Jika dari sini, hamba tidak melihat adanya kebedaraan pendekar Pengawal Dewi Bunga,” jawab si prajurit.

“Riskaya, lihat keberadaan Pengawal Dewi Bunga. Jika ternyata mereka tidak mengawal, perintahkan untuk menyusul dan mengawal Permaisuri Pedang atas namaku!” perintah Prabu Dira.

“Baik, Gusti,” ucap Riskaya.

Setelah menghormat, Riskaya segera pergi untuk mengambil kuda yang selalu ada tersedia di sejumlah titik di lingkungan Istana Sanggana Kecil.

Markas Pasukan Pengawal Dewi Bunga ada di sisi selatan dan terhubung langsung dengan luar tembok Istana.

Permaisuri Kusuma Dewi bukan termasuk permaisuri yang bergelar Dewi Bunga, tetapi semua ratu dan permaisuri mendapat jatah sepuluh Pendekar Pengawal Bunga dari Pasukan Pengawal Dewi Bunga, termasuk Permaisuri Kusuma Dewi.

Meski dilaporkan bahwa Permaisuri Kusuma Dewi pergi berkuda bersama putranya yang bernama Angling Kusuma, tetapi pada saat Prabu Dira datang ke Istana Pedang mereka justru sedang naik perahu, bukan sedang berkuda. Sepertinya ada yang salah.

Maka, ketika sepuluh Pendekar Pengawal Dewi Bunga bertanya kepada prajurit penjaga gerbang benteng Istana tentang Permaisuri Kusuma Dewi, prajurit jaga menjawab “tidak tahu.”

“Ini perintah Gusti Prabu, Prajurit. Apakah kalian melihat Permaisuri Pedang melewati gerbang ini dengan berkuda?” kata pendekar gagah yang berjenis kelamin laki-laki. Nadanya agak meninggi setelah prajurit jaga menjawab “tidak tahu.”

Pendekar itu bernama Cambang Botak. Dia berperawakan kekar dengan baju merah ketat tanpa lengan. Baju model itu sangat jelas bertujuan pamer otot yang memang selain idaman para lelaki, juga idaman para wanita.

Cambang Botak usianya sudah separuh baya, tetapi fisik bagusnya membuatnya terlihat jauh lebih muda. Meski namanya Cambang Botak, tetapi cambangnya tidak botak. Dia pendekar yang bersenjatakan cambuk berwarna merah.

Cambang Botak adalah pemimpin dari kesembilan rekan pendekarnya yang saat itu sama-sama duduk di atas kuda. Bukan satu kuda diduduki ramai-ramai, tetapi satu orang satu kuda. Jangan salah paham!

Ketika Cambang Botak bertanya kepada prajurit penjaga gerbang, yang lain menunggu.

Cambang Botak agak terpancing emosinya mendengar jawaban prajurit jaga. Sebab, Kepala Pengawal Prabu tadi mengabarkan bahwa Permaisuri Pedang pergi berkuda bersama putranya yang berusia delapan tahun.

“Pendekar Cambang Botak jangan memaksa kami mengatakan yang tidak terjadi. Kami semua tidak melihat Permaisuri Pedang keluar benteng Istana menunggangi kuda, bahkan berjalan kaki pun tidak,” tandas prajurit yang mewakili belasan rekan-rekannya di pos itu.

Dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kekesalan, Cambang Botak meninggalkan para prajurit itu dan mendatangi kelompoknya sesama Pendekar Pengawal Dewi Bunga.

“Gusti Permaisuri Pedang tidak lewat gerbang ini,” kata Cambang Botak kepada kesembilan rekannya yang terdiri dari enam pendekar lelaki dan tiga pendekar wanita. Lalu perintahnya, “Jalak Layang, pergilah ke gerbang barat benteng, mungkin Gusti Permaisuri pergi ke Kadipaten Hutan Malam Abadi.”

“Baik,” jawab pendekar lelaki paling muda di antara mereka, usianya dua puluh tahun. Namanya Jalak Layang.

Jika usia dua puluh tahun sudah masuk jajaran Pendekar Pengawal Bunga, itu artinya dia “sesuatu”.

Jalak Layang yang parasnya masih emut-emut seperti marmut, segera menggebah kudanya untuk pergi ke gerbang benteng sisi barat.

“Hahaha! Pengawal Dewi Bunga malah kehilangan Dewi Bunga. Hahaha!” celetuk pendekar berbadan gemuk gendut di sela-sela tawanya menertawakan keadaan mereka.

“Diam kau, Kembang Kulit!” hardik Cambang Botak.

“Jika Gusti Permaisuri tidak memanggil kita untuk mengawal, itu tandanya Gusti Permaisuri memang tidak mau dikawal,” kata pendekar gemuk berambut gondrong yang bernama Kembang Kulit.

“Betul kau, Kakang Kembang,” timpal gadis pendekar berwajah cantik tapi terkesan jutek, bawaan dari model matanya, bukan bawaan dari orok. Dia bernama Linting Lanjang. Ada sebuah gong kecil warna perak menggantung di pinggang kanannya.

“Kalian pasti belum mendengar bahwa Ratu Ani Kerajaan Pasir Langit mati dibunuh oleh Permaisuri Mata Hijau,” kata Kembang Kulit.

“Apa?!”

“Hah!”

Cambang Botak dan ketujuh pendekar lainnya terkejut dengan gaya ekspresinya masing-masing.

“Kau jangan sembarangan bicara, Kembang Kulit!” hardik Cambang Botak lagi.

“Aku mendapat kabar dari dayang selingkuhanku yang menyaksikan langsung Gusti Prabu menuduh Gusti Permaisuri Pedang sebagai pelakunya, padahal yang membunuh Ratu Ani adalah Gusti Permaisuri Mata Hijau,” cerita Kembang Kulit berair-air, sampai-sampai dia menyeka bibirnya yang basah setelah kalimatnya menemui titik.

“Waaah! Permaisuri Pedang pasti sangat hancur hatinya. Setahuku dari cerita yang aku dengar, Permaisuri Pedang adalah cinta pertama Gusti Prabu,” kata pendekar kurus kecil tapi bermulut elastis yang bernama Ajit Lilit.

“Berarti Gusti Permaisuri Pedang kabur,” kata Kembang Kulit.

“Hei! Jaga bicara kalian, jangan sampai ada yang terdengar oleh telik sandi dan sampai kepada Gusti Prabu!” kata Cambang Botak dengan tatapan yang tidak suka mendengar pergunjingan itu. (RH)

1
arumazam
mati lg
arumazam
mati kah lontong
arumazam
banyak pendekar main angin kyknya
arumazam
ayo siapa yg lbh jago
arumazam
waduh jd tumbal deh
arumazam
awas jebakan bos
arumazam
absen dulu bosss l
rajes salam lubis
hahaha gasss pooolll
rajes salam lubis
ada,,,saat berhubungan intim
rajes salam lubis
hahaha betul betul betul,bisa ae lu dro
rajes salam lubis
hihihi,kirain bebek ngambang om
rajes salam lubis
hmmm bisa ae lu dro
asta guna
kapan up
asta guna
gassss
Umar Muhdhar
5
Umar Muhdhar
4
Umar Muhdhar
3
Umar Muhdhar
2
Umar Muhdhar
1
DavidS
wes om....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!