Reta dan Qila selalu saja di ganggu hidupnya oleh tantenya, kakak dari mamanya. Tantenya itu selalu saja mengusik kehidupan Reta dan juga Qila. Tiada hari tanpa di ganggu oleh keluarga tantenya itu.
Selain itu Ruri istri Seno pemilik dari sebuah perusahaan membeli kembali rumah itu dari Reta. Sebenarnya awalnnya bukanlah pemilik Pertama rumah itu melainkan mereka juga membelinya namun tidak lama mereka menjual kembali rumah itu.
Seiring berjalannya waktu Seno mengetahui bahwa ada sebuah rahasia besar dari rumah itu yang bisa membuat kehidupan mereka lebih kaya lagi. Tapi jika orang lain yang mengetahui rahasia itu mereka bisa di penjara.
Sebenarnya rahasia apa yang tersimpan di rumah itu?
Apakah Pemilik pertama mengetahui tentang Seno atau pemilik rumah itu menyimpan banyak harta dan juga rahasia di rumah itu?
Apakah Qila dan Reta mengetahui dari rahasia dari rumah itu?
Serta mampukah Reta dan Qila menghadapi tantenya yang selalu menganggu kehidupan mereka?
Yuk ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fianaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Tika dan Rani begitu penasaran akan solusi lain yang mamanya tawarkan itu.
“Kita jual mobil papa yang lama untuk menutupi hutang dan juga cicilan mobil.” Ucap Alika yang membuat Piko angkat bicara.
“Aku tidak setuju ma, lebih baik solusi pertama saja. Papa lebih setuju dengan solusi pertama yang mama bilang .” ucap Piko mengambil keputusan.
Rani dan Tika tentu tidak setuju dan lebih setuju mobil lama Piko di jual saja.
Piko tidak mau mobil lamanya itu di jual. Jika mobil itu di jual dia tidak bisa lagi gonta-ganti mobil untuk pergi ke kantor. Di keluarga Piko terdapat tiga mobil. Satu milik Tika yang ia beli menggunakan uangnya sendiri. Tika membelinya dengan kredit. Tika tentu saja bisa Membayarnya karena uang miliknya itu hanya untuk kebutuhan dirinya sendiri.
Sementara Piko memiliki dua mobil. Piko yang merasa mobilnya sudah ketinggalan zaman memutuskan untuk membeli mobil baru dengan berhutang untuk membelinya itu. Piko tidak membelinya secara cash melainkan sama seperti Tika.
“Aduh kalian ini di kasih solusi tapi tidak ada satu pun yang pas.” Ucap Alika semakin pusing.
Rani teringat akan ucapan kakaknya waktu itu bahwa papanya memiliki gaji yang besar. Sedangkan papanya memberikan uang bulanan kepada Mamanya tidak sampai setengah dari gaji papanya itu.
Rani berencana akan mengungkit hal itu, Rani Juga ingin melihat reaksi papanya jika ia membicarakan soal itu.
“Aku heran sama mama, masa gaji papa tidak cukup sih untuk kebutuhan kita, gaji papakan besar.” Ucap Rani. Rani pun menyemburkan jumlah gaji papanya itu.
Piko yang mendengar itu menjadi kaget, dari mana anaknya mengetahui bahwa gajinya sebesar itu. Padahal dirinya tidak memberitahukan Rani soal gajinya. Yang mengetahui gaji dirinya yang sebenarnya hanya Tika dan Reta saja. Karena Tika dan Reta satu kantor dengan dirinya.
Riko berpikir bahwa antara Reta dan Tika lah yang memberitahukan Rani nominal gaji dirinya.
Alika yang merasa bangga dengan rani, Rani sudah membantu dirinya agar Piko jujur soal gajinya itu. Alika bisa memanfaatkan ini agar Piko mengakui apa yang telah ia lakukan di belakang dirinya. Alika ingin tahu ke mana perginya setengah dari gaji Piko itu.
“Dari mana kamu tahu gaji papa?” tanya Piko kepada anaknya Rani.
“Dari teman aku pa, orang tuanya juga bekerja di kantor yang sama dengan papa. Kita cerita-cerita soal orang tua kita yang bekerja di sana terus sampai kita bahas soal gaji orang tua kita. Dari sana aku tahu gaji papa.” Jelas Rani yang tentu saja berbohong. Rani mengetahui gaji papanya tentu saja dari Tika.
Piko akui memang kebanyakan yang bekerja di kantor tempat ia bekerja, anaknya juga sekolah yang sama dengan Rani.
Piko merasa dia sudah tidak bisa menyembunyikan apa-apa lagi. Cepat atau lambat istrinya akan mengetahui gaji dirinya yang sebenarnya.
Alika pun juga berakting kaget seolah-olah dirinya baru mengetahui bahwa gaji Piko sebesar itu.
“Jadi gaji kamu sebesar itu mas? Lalu ke mana setengah dari gaji kamu mas?” tanya Alika emosi.
“Alika aku kan sudah kasih tahu kamu, aku juga kasih untuk mama.” Jawab Piko yang masih berbohong.
Entah alasan apa lagi yang akan Piko berikan untuk menutupi kebohongannya.
“Kamu masih saja bohong ya mas. Aku sudah menanyakan ke ibu soal kamu yang kasih uang ke ibu itu. Ibu bilang kamu Cuma kasih dua juta saja mas.” Ucap Alika jujur.
“Ibu bohong, aku kasih ibu lebih dari itu.” Ucap Piko yang tidak mau kalah.
“Aku lebih percaya ibu mas, ibu sendiri yang menunjukkan bukti transferannya dari kamu.” Ucap Alika.
Piko dan Alika ribut di hadapan anak-anaknya soal Piko yang menyembunyikan gajinya itu.
“Sudah cukup ma, pa.” Ucap Tika.
Mereka berdua diam, kembali duduk di tempat mereka masing-masing.
“Aku pusing memikirkan soal cicilan dan hutang. Aku harus berpikir keras agar bisa mendapatkan uang untuk membayar cicilan dan hutang sementara kamu menyembunyikan setengah gaji kamu itu dari aku, sudah mulai sekarang kamu sendiri yang bayar cicilan dan hutang. Aku sudah tidak mau pusing lagi soal hutang dan cicilan mobil Kamu itu.” Ucap Alika akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mau tahu soal hutang dan juga cicilan mobil milik Piko.
Piko tidak setuju, jika dia yang harus mengurus soal hutang dan cicilan maka uang yang ada pada dirinya akan habis.
“Apa setengah dari uang yang tidak kamu berikan ke aku, kamu kasih ke selingkuhan kamu hah, sampai aku minta kamu untuk bayar cicilan mobil dan hutang kamu itu, kamu menolak padahal kalau dihitung-hitung, masih ada sisa tiga juga mas.” Ucap Alika.
Alika meluapkan apa yang ia pendam selama ini hari ini. Alika sudah tidak sanggup lagi terus menerus memendam semuanya. Alika merasa lelah.
Piko kaget mendengar tuduhan istrinya bahwa dirinya selingkuh. Piko tidak terima di tuduh selingkuh.
Plak
Satu tamparan mendarat di pipi mulus istrinya itu, Bahkan tercetak jelas telapak tangan suaminya. Tika dan Rani kaget papanya melakukan hal seperti itu kepada mamanya. Hal yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya selama ini.
. . .
Sersan dan Reta sudah sampai di rumah Ningrum. Ya memang jarak rumah baru Reta dan rumah baru Ningrum tidak lah jauh sekarang.
“Assalamualaikum.” Ucap Sersan dan Reta kompak.
“Waalaikumsalam.” Ucap Ningrum.
Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa. Disana sudah ada Raka, Dira dan Qila.
Reta memberitahukan tantenya bahwa mereka akan pindah hari ini.
“Besok saja, hari sudah malam.” Ningrum tidak setuju keponakannya pindah malam ini.
Reta melihat ke arah Qila meminta pendapat adiknya namun Qila hanya diam saja. Akhirnya Reta memutuskan untuk pindah besok saja. Qila dan Dira senang, itu artinya mereka bisa tidur bersama dan bercerita banyak hal lagi. Qila dan Dira memang sangat akrab berbeda dengan Rani. Qila dan Dira bermusuhan dengan sepupu mereka itu.
“Keputusan yang bagus. Ya sudah kalau begitu kita shalat magrib bersama setelah itu baru kita makan bersama.” Ucap Ningrum.
“Kita akan menyusul tante, aku mau bicara sebentar sama kakak.” Ucap Qila.
“Ya sudah cepat ya.” Ucap Ningrum.
Mereka pergi dari sana meninggalkan adik kakak itu. Sepertinya ada hal serius yang mau Qila bicarakan kepada kakaknya.
Qila mengajak kakaknya ke kamar dan menunjukkan roknya yang robek.
“Kenapa rok kamu robek Qila?” tanya Reta yang melihat rok Adik itu robek cukup parah.
Qila memberitahukan bahwa Rani mengerjai dirinya. Meletakkan lem dikursinya sehingga roknya itu menempel di kursi. Qila memberitahukan bahwa roknya robek karena di paksa lepas dari kursi.
“Ya Allah, kenapa sih keluarga tante Alika selalu saja menganggu kita. Buat kita dalam masalah terus.” Ucap Reta.
Reta merasa lelah dengan keluarga tantenya Alika. Di kantor Tika yang ingin membuat dirinya di pecat sedangkan di sekolah Rani yang membuat adiknya dalam masalah terus.
Reta sudah mengetahui bahwa yang membuat dirinya hampir di pecat adalah Tika. Reta tidak sengaja mendengar pembicaraan Tika dengan seorang karyawan yang membahas soal dirinya.
Mereka sedang membicarakan sebuah rencana untuk membuat dirinya di pecat. Reta tidak langsung menghampiri mereka namun Reta telah merekam pembicaraan Rani dan rekan kerjanya itu.
Reta tidak mau bertindak gegabah yang membuat dirinya di pecat. Setelah merekam pembicaraan Rani dan temannya itu, Reta pergi dari sana.
Reta berusaha menahan emosinya itu agar tidak meledak. Sepertinya Reta harus memiliki kesabaran yang ekstra menghadapi Tika.
“Aku juga lelah kakak, menghadapi Rani yang selalu saja membuat aku dalam masalah.” Ucap Qila.
“Sudah kita tidak usah bahas ini dulu, soal rok kamu nanti kakak beli yang baru, sekarang ayo kita shalat.” Ajak Reta.
Reta tidak mau mengingat-ingat kejadian yang menimpa dirinya hari ini, membuat dirinya emosi dan kesal saja.
“Ya sudah ayo kak.” Jawab Qila.
Mereka pergi dari kamar. Mengambil wudhu setelah itu mereka shalat.
Tanpa mereka sadari Ningrum mendengar pembicaraan antara Reta dan Qila. Ningrum benar-benar tidak menyangka keluarga adiknya itu selalu saja menganggu dua keponakannya.
jangan lupa mampir ya?