Retno adalah seorang istri yang baik dan setia, Retno selalu mengalah dalam hal apa pun walaupun tidak bisa di pungkiri sebagai istri ada rasa kesal dan emosi nya.
Retno terus bertahan dengan Rio suami nya hanya karena memikirkan ke dua anak nya dan juga memikirkan kesehatan ibu nya.
Lama kelamaan pertahanan Retno melemah, rasa sabar dalam diri Retno menghilang sehingga Retno memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua nya.
Bagaimana kisah Retno selanjutnya, apa yang di lakukan oleh Rio sehingga kesabaran Retno menghilang?
Dan bagaimana kehidupan Retno dan ke dua anak nya setelah Retno memutuskan untuk kembali ke rumah ke dua orang tua nya.
yuk baca cerita nya di Hilangnya Kesabaran Seorang Istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 HKSI
Kini Retno sudah duduk di hadapan ibu nya, sementara ayah Retno membantu menurunkan barang-barang Retno dan Bela memilih untuk bermain dengan saudara nya.
"Ceritakan sebenarnya apa yang sudah terjadi? Jangan kamu tutup-tutupi lagi semua masalah kamu, mamah tahu kamu itu tipe orang yang tidak pernah mau menceritakan masalah kamu sama orang lain, tapi ini mamah kamu yang mengandung kamu selama sembilan bulan, mamah selalu kepikiran kamu selama ini mungkin firasat seorang ibu kepada anak nya."
"Intinya mas Rio sudah tidak memberikan nafkah dan juga sudah tidak ada kabar sama sekali, di telepon ngga diangkat, pesan pun ngga pernah di balas nya."
"Berapa lama kamu ngga di kasih nafkah?"
"Baru dua bulan sih mah, tapi yang bikin Retno kesal mas Rio tidak pernah mau terima panggilan Retno, Bela sering menanyakan mas Rio dan Bela juga selalu menghubungi mas Rio dan bahkan selalu kirim pesan suara, tapi tidak ada satu pun pesan Bela di balas nya." Ucap Retno dengan ke dua mata yang sudah berkaca-kaca.
Bukan Retno menangisi Rio, tapi Retno merasa sedih jika ingat semua pesan suara yang di kirim Bela kepada Rio.
Bela selalu menanyakan kabar Rio dan selalu bilang kalau Bela kangen, tapi Rio tidak membalas nya satu kalimat pun membuat hati Retno sakit.
"Mana sini nomor nya biar mamah yang hubungi dia." Ucap Bu Tantri sambil menahan amarah nya.
Ibu mana yang tidak marah melihat dan mendengar anak nya seperti saat ini, dengan penuh emosi Bu Tantri langsung menghubungi Rio setelah Retno memberikan nya.
Bu Tantri terus mencoba memanggil Rio tapi tidak satu pun di jawab nya, Bu Tantri pun menyerah dan memilih untuk mengirimkan pesan kepada Rio.
Tanpa basa basi Bu Tantri langsung ke pokok permasalahan dan mengatakan kepada Rio tentang rumah tangga dengan anak nya antara mau di lanjut atau selesai, Bu Tantri tidak rela anak nya di sia-siakan, bagaimanapun juga Retno ini anak pertama nya Bu Tantri dan Bu Tantri tidak terima anak nya di sakiti terus.
"Di baca ngga Bu?"
Bu Tantri menggelengkan kepala nya, "Sudah, laki-laki seperti dia jangan di harapkan lagi, ibu juga masih mampu memberikan kamu dan anak kamu makan." Bu Tantri sangat emosi karena Rio tidak merespon panggilan dan pesan nya.
Retno hanya diam karena bagaimanapun juga tidak ada lagi tempat untuk dirinya saat ini selain kediaman ke dua orang tua nya.
"Eh suami kamu sudah membaca pesan nya." Ucap Bu Tantri sambil menatap layar ponsel nya.
"Percuma Bu dia baca juga pasti dia ngga akan membalas nya." Tantri sudah paham karena selama dua bulan ini Rio hanya membaca pesan nya tanpa membalas nya dan bahkan Bela yang selalu dia sebut sebagai anak kesayangan nya tidak ada satu pun pesan Bela yang di balas nya.
"Benar-benar yah suami mu itu, sudah jangan di harapkan lagi sekarang kamu tinggal di sini dan lupakan suami kamu itu, ibu sudah tua dan siapa nanti yang melanjutkan usaha ibu selain kamu, adik-adik kamu tidak ada yang mau." Bu Tantri benar-benar emosi dengan menantu nya itu.
Bu Tantri tidak terima anak nya tidak di hargai, Bu Tantri meminta kepada Retno untuk segera mengurus surat cerai.
"Barang kamu di bawa semua?"
"Iyah mah, aku bawa semua nya karena semua itu juga hasil kerja kerasku selama ini."
Memang selama ini Retno mencari uang sendiri sehingga bisa membeli perabotan isi rumah, sementara uang yang selalu di kasih dari Rio hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja.
"Apa kata mertuamu? Memang nya dia ngga tanya kamu bawa barang sebanyak ini?"
"Mereka pasti tahu mah, tapi mereka tidak ada yang keluar satu pun, besok aku mau ngambil motor sekalian mau pamitan kepada mertua."
"Ya sudah kamu pamit sama mertua kamu, apa kata mereka melihat kamu pulang."
"Yah ngga akan gimana-gimana, mau sebenar apapun aku tetap saja aku selalu salah dimata mereka, apalagi ibu nya selalu saja membela nya."
"Kayak bukan perempuan saja ibu mertua kamu itu, heran mamah sama pikiran mereka semua, sudah tahu anak nya yang meninggalkan dan tidak kasih nafkah malah seenak nya saja menyalahkan kamu."
"Yah dia kan istri paling sabar maka dari itu perempuan yang tidak sabaran seperti Retno sudah pasti akan selalu di salahkan."
Bu Tantri sangat emosi sekali karena mertua Retno seperti yang tidak perduli dengan Retno, Bu Tantri merasa Retno sudah tidak di hargai lagi sama mereka.
"Ya sudah sekarang kita sholat Maghrib dulu setelah itu kamu makan."
"Kak, barang-barang nya sebagian taro di luar saja dulu yah, soalnya sudah Maghrib." Ucap Sultan adik laki-laki Retno.
"Iyah dek."
"Ya sudah kamu tempati saja kamar yang ini, ibu di kamar sebelah."
"Baik Bu, oh Iyah Bela kemana yah San?" Tanya Retno kepada Susa. Adik perempuan nya.
"Ada kak di rumah tadi lagi nonton tv sama Alikha."
"Oh ya sudah kalau begitu kakak sholat dulu."
"Susan juga mau sholat, nanti kesini lagi."
Rumah Sultan dan Susan memang tidak jauh dari rumah Bu Tantri, mereka memang sengaja membeli rumah sekitar orang tua nya selain bisa setiap hari bertemu mereka juga sudah merasa nyaman tinggal disana.
Retno masuk ke dalam kamar dan melaksanakan sholat Maghrib, Retno berdo*a meminta kepada yang maha kuasa agar dirinya selalu di beri kesabaran dalam menghadapi segala cobaan hidup nya.
Retno merenung dan mengingat kembali masa-masa yang sudah di lalui nya, untuk saat ini Retno hanya bisa pasrah dengan keadaan dirinya.
Sebenarnya Retno tahu jika tinggal dengan ibu kandung nya pasti akan ada waktu dimana dirinya merasa tidak enak, tapi mau bagaimana lagi hanya rumah ibu nya yang bisa di jadikan tempat untuk dirinya dan Bela saat ini.
Retno berharap ke depan nya hidup nya akan lebih baik meskipun hidup sendiri.
Retno sudah terbiasa dengan kehidupan nya yang serba sendiri karena selama lima tahun ini dirinya selalu melakukan sendiri karena suami nya yang pergi merantau dan belum kembali sampai saat ini dan bahkan sudah dua bulan ini tidak ada kabar nya lagi.
Retno memang tidak perduli dengan kabar Rio karena Retno benar-benar sudah mati rasa kepada Rio, tapi yang membuat Retno sedih ketika Bela yang berharap ada sosok ayah di samping nya.