NovelToon NovelToon
Aku Masih Normal

Aku Masih Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / TKP / Kontras Takdir / Bercocok tanam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ruang Berpikir

Anzela Rasvatham bersama sang kekasih dan rekan di tempatkan di pulau Albrataz sebagai penjaga tahanan dengan mayoritas masyarakat kriminal dan penyuka segender.

Simak cerita selengkapnya, bagaimana Anz bertahan hidup dan membuktikan dirinya normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruang Berpikir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20_Sudah Pada Pulang

"Kamu kenapa Bi? Sakit," tanya Albert penasaran.

"Iya, sakit mataku."

"Lah," bingung Albert "yang saket mata tapi kenapa kamu mau muntah-muntah gitu."

Abi tidak lagi menjawab, ia langsung beralih fokus pada makanan yang telah Anz siapkan.

"Sayang makan juga ya!" Tersenyum "aku mau lanjut kerja dulu."

Albert mengangguk dan mulai menyendokan sesuap demi sesuap nasi ke dalam mulutnya sedangkan Anz beralih pergi keluar dari ruangan itu dan kembali menuju ke ruangannya sendiri.

Dentingan jam terus berdenting, waktu berlalu tiada berhenti berlalu. Anz dan Kays begitu sibuk berkutat di depan komputer mereka, suara ketukan keyboard dan suara dari mouse yang terdengar saling bersahutan.

"Kalian tidak pulang?" Tanya Anto yang berdiri di luar, tepat di antara ruangan Anz dan ruangan Kays.

Dua orang manusia yang tengah fokus itu terlonjak kaget "kenapa? Tanya mereka berdua bersamaan setelah menetralkan kembali perasannya.

"Kalian tidak pulang?" Tanya Anto lagi.

"Pulang!" Jawab mereka lagi bersama.

"Aku selesaikan ini dulu ya, sebentar lagi siap nih. Tungguin ya," ucap Kays setelahnya.

Pandangan Anto teralih pada Anz yang tidak mengalihkan pandangan matanya sedikitpun dari komputernya itu.

"Ayolah Anz jangan terlalu di paksakan," tersenyum "ini semua hanya dunia! Dunia ini fana! Kita hanya sebentar di sini."

Jari jemari Anz berhenti menari-nari di atas keyboard dan melepaskan genggam tangan kirinya dari mouse dan memautkan jari jemari dan kedua tangannya itu dan meletakkan dua pergelangan tangannya itu di atas meja. "Anto Karna Halviosk," panggil Anz lembut sambil tersenyum terpaksa "Iya, kita masih berada di dunia dan dunia ini bersifat fana."

Anto diam, menatap Anz dalam.

"Dunia fana yang kita tinggali ini tidak gratis," menatap tajam Anto "kita manusia dituntut untuk melakukan sesuatu dan kita juga dituntut untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah kita lakukan," menarik napas cepat.

Kays terdiam terpaku menatap Anto dan Anz bergantian sesaat yang kemudian merapikan meja kerjanya itu karena segala tugasnya hari ini telah selesai.

"Contoh kecilnya. Saat pendidikan kita dulu kita semua dituntut untuk berjanji dan menepati semua tugas yang akan di berikan pada kita di sini yang nanti entah kita berhasil menepatinya atau tidak, yang jelas kita tetap akan mendapatkan konsekuensi atas perbuatan kita ini," melihat Anto dan Kays, entah nanti siapa yang akan menghukum kita, entah itu alam, manusia atau pencipta alam, lanjut monolog Anz menjelaskan.

Anz menarik napas dalam dan membuang perlahan, mendadak kepalanya berkecamuk, dan moodnya juga ikut berantakan. Entah, Anz tidak bisa mendefinisikan perasaanya itu. "Kalian berdua," menatap Anto dan Kays "pulang duluan saja," melihat layar monitor komputer itu kembali.

Anto dan Kays menganguk sekilas dan berlalu pergi.

Suara alarm di pintu, akan terus berbunyi jika ada orang yang melewati. Anto berdiri, memastikan dan Melihat punggung lebar milik Anto dan Kasy telah pergi dan melewati pintu utama alarm yang berbunyi itu. Anz duduk kembali membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas mejanya dan mengumpulkan dan meletakkan di sudut mejanya.

Hembusan napas kasar Anz lakukan. Pandangan mata Anz teralihkan kembali pada layar monitor komputernya itu, raut wajah serius yang terlihat datar itu kembali fokus menganalisis laporan-laporan yang ia tangani itu yang kemudian ia rangkap kembali dalam satu file dan mengirimkan file tersebut ke Gmail asisten pimpinan lapas yaitu Gmail Ahmed.

Anz meregangkan  otot-ototnya yang terasa kaku setelah hampir dua jam ia kembali fokus berkutat dengan komputernya itu. Anz kembali merapikan sebagian lagi kertas-kertas yang berserakan di atas mejanya. Anz tidak langsung mematikan daya layar monitor komputernya itu, hanya merefresh saja yang kemudian membiarkan layar monitor itu menampilkan layar utamanya kembali.

Anz merebahkan kepalanya pada punggung sandaran kursi empuk yang di dudukinya itu. "Ahh melelahkan," lirihnya.

Decakan kesal keluar dari mulut Anz "mood ku berantakan lagi," menghembuskan menarik napas perlahan berulang kali yang setelahnya mengucapkan kata dengan intonasi lirih "tenang ya. Tenang Anz."

"Nona Anz!" panggil Ahmed yang berdiri di hadapan ruangan Anz yang pintunya masih tertutup rapat.

"Iya," jawab Anz dengan mendongakkan sedikit kepalanya itu.

"Petugas piket hari ini ya?"

"Enggak," kulit kening terlihat berkerut menatap Ahmed bingung.

"Lantas! Kenapa tidak pulang? Rekan-rekan kamu sudah pada pulang loh!"

"Kerjaku beru selesai," jawabnya mengklik refresh komputernya dan kemudian mematikan daya. Anz bangkit dari kursi empuknya itu dan memasukkan kursi tersebut ke dalam kolong meja kerjanya kembali.

Anz mulai melangkahkan kakinya keluar ruangan setelah sebelumnya mengucapkan "permisi," pada Ahmed. Pandangan mata Anz sedikit melirik pada ruangan Abi dan Albert "sudah kosong ya," lirihnya.

"Mereka berdua tadi keluar bersama pimpinan," ucap Ahmed yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Anz.

"Sejak kapan?" Tanya Anz melihat Ahmed.

"Setelah makan siang tadi."

"Oh," jAwab Anz sekenanya.

Langkah Anz mulai melangkah kembali, Ahmed hanya berdiam diri dan memperhatikan Anz yang kemudian Anz berhenti tepat selangkah lagi akan melewati pintu kaca utama yang akan berbunyi jika melewatinya. Pandangan mata Anz menatap keluar pintu kaca itu, ia melihat dedaunan dari pepohonan yang saling bergoyang, hembusan angin menerpa. Pandangan mata Anz masih tetap terus menelisik jauh ke depan "gelap," lirihnya.

"Apa Anda takut kegelapan nona?"

Anz terlonjak kaget, reflek mundur cepat, namun naas, kaki Anz mundur dengan kakinya yang sedikit menyilang sehingga membuat Anz hampir jatuh ke belakang.

Hap. Ahmed menangkap punggung badan Anz. Pandangan mata mereka bertemu dan mereka saling terpaku.

Sedetik.

Dua detik.

Entah berapa detik mereka terpaku. Satu senyum manis terpancar dari bibir Ahmed menatap dalam Anz.

"Eh," tersadar Anz, segera berdiri tegap kembali dengan di bantu oleh Ahmed tentunya.

"Terimakasih,"

"Maaf," ucap mereka berdua serentak.

Ahmed mengaruk tengkuk lehernya yang tidak gata.l Anz dengan buru-buru hendak melangkah kembali "tunggu," memegang pergelangan tangan Anz dan dengan segera melepaskannya kembali "jika nona berkenan saya akan mengantar Anda berkeliling keluar."

"Mohon maaf, saya ti ...,"

"Tentu sambil melakukan riset demi kelancaran tugas rahasia dari komandan pelatih Anda."

Anz memelototkan matanya, menatap tajam Ahmed. Matanya Anz dengan cepat menyapu pandangan  "baiklah," jawab Anz akhirnya.

Bunyi alarm dari pintu kaca utama terdengar nyaring di malam yang mulai beranjak sunyi. Suasana hening dan kesunyian menyertai.

Di lain sisi, Abi, Albert dan Luth baru saja sampai kembali ke lapas. Mereka bertiga melangkah pada tujuan mereka masing-masing, Luth pada penginapannya sedangan Abi dan Albert langsung menuju ke barak mereka.

1
Không có tên
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
_Sebx_
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
AcidFace
Jangan tinggalkan aku bersama rasa penasaran, thor! 😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!