NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 12

Demi mendengar pernyataan bibi, aku segera pulang bersama Niji yang merupakan orang yang memboncengku ke pantai ini. Aku dan Niji pamit untuk pulang duluan. Karena obrolan dengan Niji yang mengundang tawa itu, membuatku tidak terpikirkan konsekuensi yang akan didapatkan Yoru karena perbuatannya itu.

Bibi memberitahuku bahwa ia sedang di rumah pak Addin. Di sanalah Yoru, sedang diberi pelajaran oleh pakdenya itu.

Untuk kedua kalinya setelah di jalan raya tempat tumbuhan bunga sedap malam itu berada, aku menyaksikan lagi secara langsung. Bagaimana Yoru mendapatkan luka-luka yang sedemikian rupa itu. Padahal, aku sudah lega melihatnya dengan tubuh bersih beberapa bulan terakhir.

Lelaki itu sudah dipenuhi luka begitu aku sampai di depan gerbang rumah pak Addin bersama Niji. Ada beberapa warga yang menonton.

Padahal, Yoru sudah terluka banyak. Tapi, pukulan pak Addin masih berlanjut.

"Sudah aja loh, Kak! Lukanya udah banyak!" bibi Yumi berseru, ia sudah tidak kuat melihat luka Yoru.

Yoru menjerit kesakitan. Berusaha melindungi tubuhnya dengan lengan yang juga penuh luka. Namun, ia tidak menangis. Justru akulah yang menangis. Sepupu-sepupunya melongo. Anak-anak kecil lainnya yang menonton ada yang tertawa. Bibi ada di teras bersama bu Jihan dana bibi Yumi. Ayolah, siksaan terhadap Yoru itu bukan pentas seni.

"ANAK NAKAL! Kenapa susah sekali kamu berubahnya, sudah bertahun-tahun profesiku menjadi tukang cambuk, pukul, tendang, tampar khusus untukmu tanpa digaji sedikit pun. Kamu pikir ada profesi yang lebih buruk dari ini, hah? TIDAK ADA!" ketus pak Addin sambil memukul Yoru dengan bambu, lalu menendangnya, menjambaknya hingga rambut kusut Yoru tercabut banyak.

Aku melihat dari luar gerbang, bibi Yumi menangis dan bibi menenangkannya. Bu Jihan menunduk. Seperti tak sanggup lagi dengan keadaan seperti ini. Aku yang baru dua kali, atau pertama kali melihatnya disiksa separah ini pun rasanya tak sanggup. Apalagi mereka yang sudah bertahun-tahun menyaksikannya.

Lelaki malang itu sudah terkapar. Tapi pak Addin menarik paksa lengan Yoru agar berdiri.

"CUKUP!" jeritku sangat tak tega.

Tapi, tak ada yang mendengarkan. Suasana terlalu ramai untuk mendengarkan bocah tak berkepentingan sepertiku mencoba untuk membela lelaki nakal.

"Yoru sangat kuat. Dia masih bertahan hidup sampai sekarang," celetuk Niji.

Ia sangat fokus menatap tempat Yoru dipukul.

Yoru kembali terkapar. Kali ini, pak Addin menarik kemeja kesayangan Yoru itu hingga sobek. Besar sekali di bagian pundak. Aku ingat sekali. Di sana adalah bagian yang terkena paku dinding rumahku. Pak Addin membuat sobekan itu semakin lebar.

"ARGHHH!" Yoru menjerit kencang seperti orang kesetanan.

Aku ingat bagaimana ia mencekikku hanya karena memegang kemejanya. Apalagi ini, sampai merusak kemeja lusuh itu.

Berkat itu, entah bagaimana tenaga Yoru bisa hinggap. Padahal, tadi ia nyaris pingsan.

Pak Addin mundur beberapa langkah karena kaget mendengar jeritan Yoru yang menggelegar. Jantungnya berdegup kencang. Tak menyangka jika Yoru masih memiliki sisa tenaga untuk mengamuk.

DHUAKKK!

Tentangan keras Yoru tepat mendarat di hidung pak Addin.

Suami bibi Yumi beserta beberapa pria yang menonton langsung menuju halaman untuk memegang Yoru.

"ARGHHH!" Yoru menjerit semakin kencang. Kali ini disertai tangisan.

Ia benar-benar seperti kehilangan jati diri. Lebih mirip monster yang lepas kendali. Aku yakin, dia sedang mengalami kesedihan mendalam. Ingin rasanya aku ikut menghampiri. Tapi enggan, sebab takut merumitkan suasana.

"Ada apa dengan orang gila ini?" tanya salah satu pria yang memegang lengan Yoru.

Pak Addin mengelap darah dari hidungnya yang terkena tendangan Yoru.

"Hei, sadarlah, Yoru!" panggil suami bibi Yumi.

"Eh, mau ke mana?" tanya Niji yang bingung melihatku menuju halaman rumah itu.

Beberapa orang yang melihatku langsung menghadang.

"Mau ngapain kamu? Udah nggak sayang nyawa?" tanya seseorang yang menghadangku.

Tarikan napas panjang kukerahkan. Baiklah, aku tak akan bisa melewati orang-orang ini. Dengan langkah pasrah. Aku mundur. Lalu kembali memandangi Yoru yang masih berusaha melepas cengkeraman 4 pria dewasa itu. Ia sudah seperti monster yang siap melahap pak Addin bulat-bulat.

Karena Yoru tak kunjung tenang, akhirnya ia diikat. Pak Addin juga sudah tidak memukulnya lagi. Pertunjukan selesai. Orang-orang sudah kembali pada aktivitas masing-masing. Menyisakan anak-anak setia melihat penderitaan Yoru.

"Bibi!" panggilku dan langsung berlari menuju teras tempatnya duduk.

Aku melewati Yoru yang tergeletak tak berdaya dengan posisi terikat.

"Loh, Shinea! Hai juga temannya Shinea." Bibi Yumi yang menyapa terlebih dahulu.

Niji mengangguk tanda membalas sapaan.

"Pembunuh sapimu sudah diberi pelajaran setimpal, Niji," ucap bibi.

Niji mengangguk. Walaupun sepertinya, ia lebih kasihan melihat nasib Yoru daripada nasib sapinya.

"Oh, jadi ini pemilik sapi itu. Maafin ponakan Bibi, ya," ucap bibi Yumi.

"Tidak apa-apa. Tenang aja," jawab Niji mantap.

"Ketemu lagi kita, Bibi Yumi," sapaku.

"Iya, sering-sering aja ke sini. Bibi nungguin, loh."

Pak Addin terlihat masuk tanpa menyapa terlebih dahulu. Hidungnya disumbat dengan kapas.

Aku melayangkan pandang ke arah raga yang tergeletak tak berdaya itu, "Bibi Yumi, aku boleh berbicara dengan Yoru?"

"Untuk apa?" tanya bibi Yumi heran.

"Mungkin, untuk menjawab rasa penasaran. Tenang aja, Yoru nggak bisa nyakitin aku. Dia 'kan diiket."

Sejenak, bibi Yumi memandang bibi. Lalu mengangguk.

Aku segera ke tempat Yoru dan disusul Niji tentunya.

Sorot mata lelaki itu redup. Mungkin, jika aku di posisi dia maka aku sudah pingsan. Benar kata Niji, Yoru itu kuat. Sangat kuat.

"Yoru," panggilku lirih.

"Kamu tidak membawa buah delima lagi?"

Yoru benar-benar sudah di ambang batas. Tubuhnya sudah tak kuat untuk bergerak.

"Yoru, aku sangat senang mengetahui dirimu yang sudah berbulan-bulan tidak mengalami luka. Aku senang sekali melihat dirimu yang tidak lagi babak belur," ujarku menahan air mata.

Di sebelahku, Niji sudah menangis tersedu-sedu. Ia yang paling sering melontarkan kata-kata pedas kepada Yoru.

"Tapi, kenapa kamu bikin ulah lagi yang bikin kamu babak belur lagi. Bukankah aku sudah bilang, jika kamu mati karena ini bukanlah cara untuk menjadi penghuni surga. Apakah kamu lupa dengan kata-kataku?"

"Aku nggak marah karena kamu membunuh sapiku. Mungkin sempat, tapi sekarang sudah tidak. Kau tahu, sapi yang kamu bunuh itu adalah sapi kesayangannya Shinea. Dia lebih mementingkan sapi itu daripada aku yang menjadi temannya setiap kali berkunjung ke rumahku," timpal Niji.

Darah Yoru menetes mengenai tanah. Darah segar yang baru saja keluar beberapa saat lalu. Tapi, darah itu bukan berarti apa-apa rasa sakitnya, dibandingkan dengan kemeja lusuh yang sobek karena ditarik pak Addin. Yoru diam saja setiap dipukul, dicambuk, ditendang dan semacamnya. Tapi, tanduk amarahnya seolah muncul hanya karena terjadi apa-apa terhadap kemejanya.

"Kemeja bapak. Bapak janji mau bawa Yoru kalau bisa jaga barangnya," ujar Yoru tiba-tiba yang setelahnya ia pingsan.

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!