Aaron Dixon Destawara Adiyaksa, adalah laki-laki dingin berwajah tampan itu adalah CEO DDA Group. Dia cucu dari seorang konglomerat yang banyak menyukainya dan mengaguminya.
Alya Dinara Austin, gadis yang melamar jadi pelayan di rumah Aaron.
"Kenapa kamu mau jadi pelayan?"
"Hanya butuh pekerjaan."
"Pelayan itu pekerjaan rendahan."
"Tidak mengapa, pekerjaan apapun itu baik dan hasilnya uangnya juga halal."
Akhirnya Aaron menerima Alya sebagai pelayan di rumahnya untuk melayani dan mengurus kakeknya yang sedang koma beberapa bulan. Awalnya pelayan biasa, tapi lama kelamaan jadi pelayan yang dapat di percaya. Bahkan di senangi oleh sang empunya rumah.
Apakah ada percikan cinta antara Aaron dan Alya? Simak kisah mereka yang penuh intrik dan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Masuk ICU
"Papaa! Papa bangun!"
Alya bergegas menuju kamar tuan Adiyaksa, di sana dia melihat keadaan tuan Adiyaksa terkulai lemas di kursi sofa. Tampak nyonya Ratih panik dengan memegang sendok di tangannya.
"Nyonya, apa yang anda lakukan sama tuan besar?!" tanya Alya menatap tajam pada nyonya Ratih.
"Hei! Aku menyuapinya tapi papa langsung pingsan," jawab nyonya Ratih di buat panik.
Alya segera membetulkan posisi tuan Adiyaksa, melentangkannya di sofa panjang. Memeriksa detak jantung dan denyut nadinya, lemah. Dia menatap tajam pada nyonya Ratih.
Nyonya Ratih terlihat panik, meski tidak terlalu terlihat. Setelah menemukan detak jantung dan denyut nadi normal kembali, Alya bergegas mengambil ponselnya dan menghubungi dokter Nicko.
"Halo dokter Nicko, tuan besar pingsan," kata Alya di telepon.
"Kenapa bisa pingsan? Bukankah kemarin saat pemeriksaan rutin sudah baik-baik saja?" tanya dokter Nicko di seberang sana ikut panik.
"Entahlah dokter, saat ini tidak bisa menjelaskan di telepon. Apa dokter bisa langsung kesini?"
"Ya Alya, saya akan segera datang."
"Baik dokter, saya tunggu."
Klik!
Setelah menutup sambungan telepon dengan dokter Nicko, Alya langsung menelepon Aaron. Laki-laki itu harus tahu keadaan kakeknya saat ini, tatapan Alya sungguh tajam pada nyonya Ratih yang masih panik. Dia yakin ada sesuatu yang di bicarakan atau sesuatu yang masuk ke dalam mulut tuan Adiyaksa.
"Halo tuan Aaron?"
"Maaf, tuan Aaron sedang meeting. Ponselnya di tinggal di kantornya," ucap seorang laki-laki di seberang sana.
Alya memejamkan matanya, bagaimana dia harus memberitahu langsung pada cucu dari tuan Adiyaksa.
"Ya sudah, katakan padanya di rumah sedang genting," ucap Alya.
"Genting apa?"
"Kakeknya pingsan, secepatnya pulang ke rumah," jawab Alya.
"Baik, nanti saya beritahu tuan Aaron," ucap laki-laki di seberang sana.
Klik!
Tidak mendapati Aaron, kini Alya kembali menghubungi seseorang. Membuat nyonya Ratih heran, siapa lagi yang akan di beritahu olehnya.
"Kamu menghubungi siapa?" tanya nyonya Ratih.
"Nyonya sebaiknya keluar dari kamar ini," kata Alya tidak menjawab pertanyaan nyonya Ratih.
"Hei! Kamu kurang ajar, siapa lagi yang kamu telepon?!" teriak nyonya Ratih.
Tangannya ingin meraih ponsel Alya, tapi di tepisnya dan menjauh.
"Halo pak Gun, pak Gun di mana?" tanya Alya.
"Ada apa Alya?" tanya pak Gun, dia sedikit curiga jika Alya meneleponnya pasti sesuatu terjadi.
"Tuan besar pingsan, pak Gun bisa pulang sekarang?" tanya Alya.
"Iya, saya langsung pulang. Tapi, apa kamu sudah memberitahu tuan muda?" tanya pak Gun.
"Sudah, tapi tidak bicara langsung padanya. Kata asistennya sedang meeting, jadi saya hanya menyampaikannya saja."
"Kalau begitu, kamu hubungi dokter Nicko. Suruh dia datang ke rumah," ucap pak Gun.
"Sudah saya hubungi langsung, dan katanya sedang menuju kesini."
"Bagus. Baiklah, saya tutup teleponnya Alya. Saya segera pulang," ucap pak Gun.
"Ya pak Gun."
Setelah selesai bicara, Alya menutup sambungan teleponnya. Melangkah mendekat ke sofa melihat keadaan tuan Adiyaksa.
_
Aaron bergegas melangkah menuju raung ICU, dia mendapat kabar dari sekretarisnya kalau kakeknya kembali masuk rumah sakit.
"Bagaimana bisa kakek masuk rumah sakit lagi, di ruang ICU lagi, apa sebenarnya yang terjadi? Gadis itu ternyata tidak becus mengurus kakek," ucap Aaron sepanjang jalan menuju ICU.
Dia membelokkan langkahnya, berpapasan dengan perawat dan pasien lain. Banyak yang melihat wajah Aaron yang marah dan kesal karena mendapat kabar kakeknya masuk ruang ICU. Dan akhirnya sampai di ruang ICU, di sana ada pak Gun bicara dengan dokter.
Alya berdiri di sampingnya, dan tampak nyonya Ratih berdiri di belakang pak Gun. Mata Aaron tertuju pada Alya yang sedang menjelaskan kejadian sebenarnya pada dokter Nicko yang mendampingi dokter spesialis.
"Aaron," ucap dokter Nicko, laki-laki itu tahu kalau Aaron marah dan cemas.
"Bagaimana kakekku? Kenapa bisa kakekku masuk ICU lagi? Apa yang terjadi?!" teriak Aaron meluapkan kemarahannya.
"Tenang Aaron, tuan besar tidak apa-apa," jawab dokter Nicko.
"Kalau tidak apa-apa, kenapa bisa masuk ICU?!" tanya Aaron masih dalam keadaan marah.
Semua menatap ke arah nyonya Ratih, perempuan itu menunduk. Entah merasa bersalah atau senang melihat kemarahan Aaron.
"Alya, sebaiknya kamu temani tuan besar di dalam," ucap pak Gun.
Alya hendak masuk dengan dokter Nicko dan dokter spesialis, tapi Aaron mencegahnya.
"Kenapa tuan muda?" tanya Alya.
"Jelaskan padaku kenapa kakek bisa sampai masuk ICU?!"
"Tuan muda, bukan saatnya bertanya pada Alya. Biarkan Alya yang menemani tuan besar di dalam," kata pak Gun.
"Aku cucunya! Kenapa harus dia yang masuk di ruang ICU?!"
"Aaron, jangan berdebat di sini. Sebainya Alya masuk ke dalam, kamu tunggu di sini," dokter Nicko justru memerintah Aaron agar tidak masuk ke dalam.
Dia benar-benar kesal sekali, kenapa bisa seorang pelayan di percaya dari pada dirinya?
"Dokter Nicko, saya menantunya. Bukankah saya lebih berhak masuk ke dalam dari pada pelayan itu?" nyonya Ratih kini berbicara.
Semua kesal karena Alya yang di perbolehkan masuk ke dalam ICU, bukan keluarganya sendiri. Alya hanya diam saja, menatap Aaron yang kesal padanya karena kepercayaan dokter Nicko pada Alya.
Pak Gun pun menarik tangan Aaron agar menjauh dan menenangkan pikirannya. Ada banyak yang harus di bahas dengan cucu majikannya itu.
"Tuan, ini bukan kelalaian Alya. Nyonya Ratih yang masuk ke dalam kamar tuan besar, mungkin lebih jelasnya nanti tanyakan langsung pada Alya apa yang terjadi di kamar tuan besar," ucap pak Gun.
"Mama?!"
_
_
*******
si ratih pasti ngundang si samangka 😅