NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12 Giselly

Kini mereka semua telah meninggalkan rumah Juan dan Jigar, sehingga menyisakan keduanya yang masih memperhatikan kepergian orang-orang yang sebelumnya membuat rumah mereka ramai.

Lebih tepatnya Juan, Entah kenapa Ia masih enggan bergeser dari depan pintu rumahnya.

“Kakak nggak mau masuk” Jigar yang sebelumnya sudah beberapa langkah masuk kedalam rumah bingung melihat keberadaan Juan yang tidak bergeser sama sekali.

“Masuklah duluan, Kakak masih ingin duduk ditaman” ucapnya lalu bergegas kesamping rumahnya yang sebelumnya tempat mereka berkumpul

Jigar menyusul kakaknya karena Ia merasa ada yang menganggu pikiran Juan

“Kakak nggak papa?” Tanya Jigar yang menyusul Juan ditaman.

“Kakak ngerasa aneh saja, tadi tiba-tiba rumah kita ramai” jawabnya asal

“Oh yah Kak, Gue mau tanya?” Jigar menunggu Juan menyetujuinya

“Apa?” jawab Juan santai

“Kakak nggak suka sama Gisel kan?” tanya Jigar hati-hati

“Memangnya kenapa, Gisel cantik dan pintar, apa salahnya menyukainya” jawab Juan santai

“Gue ngerasa kak Haikal juga tertarik sama Gisel kak, Gue nggak mau kalian ribut gara-gara cewe doang” Jigar tampak kuatir

“Tenanglah, kami tidak selabil itu” jawabnya dengan sedikit kekehan

.

“Huhh” Gisel membuang nafasnya kasar karena kelelahan

Ia lalu membaringkan tubuhnya diatas kasur empuknya dan membuka pesan masuk yang ada diponselnya.

“Kak Mark” ucapanya melihat pesan masuk dari kakaknya.

‘Besok pagi kakak akan menjemputmu kerumah, jadi tidak usah masuk kampus dulu’

Pesan dari Mark yang hanya dibaca oleh Gisel tanpa niat untuk membalasnya.

Lalu Ia melihat Kembali pesan masuk dari Selin

‘Maaf yah, kemarin kakak membuatmu kuatir, sekarang kakak sudah baikan nanti kapan-kapan kita jalan yah’

Gisel mentik untuk membalas pesan Selin, lalu kembali meletakkan ponselnya disamping tempatnya berbaring.

“Kayanya Gue bakalan seperti anak sebatang kara kalau nggak ada kak mark, bahkan mama sama papa sampai sekarang nggak ada hubungin Gue buat nanya kabar Gue doang” ucapnya dengan tersenyum getir.

Gisel sudah biasa diabaikan kedua orang tuanya yang sibuk bekerja, bahkan Gisel kecil sempat dititipkan pada neneknya karena kesibukan keduanya. Sedangkan Mark hanya dititipkan dirumah bersama asisten rumah tangga hingga usia Gisel memasuki Sekolah Dasar barulah mereka dikumpulkan kembali bersama.

“Udah ah, daripada Gue sedih, mending Gue periksa laporan penghasilan toko aja” ucapnya lalu bangun dari tidurnya dan menuju meja belajarnya.

.

“Candra juga pengen sih bun” Candra mencoba menggoda bundanya yang kesal dengan Haikal

“Nggak ada yah, emang kalian udah sebosan itu tinggal sama bunda dan ayah” kesal Yuna melihat kedua anaknya yang kompak ingin pindah ke apartemen.

“Lagian Ayah nggak masalah kan Bun” sergah Haikal

“Nggak ada yah, emang kalian nggak nganggep bunda sampai harus peduli dengan pendapat ayah kalian saja?” Kesal Yuna

“Bunda gimana kalau kita ke karokean buat syukuran kalau Gue mau pindah apartemen” goda Candra

“benar-benar yah” Yuna memukul lengan anaknya yang tidak mendengarnya.

Ditengah perdebatan mereka Hendra masuk dengan tas kantornya yang ada ditangan kirinya.

“Yah, lihat anak-anakmu mereka semua mau pindah ke apartemen” keluh Yuna pada suaminya sembari mengambil tas yang ada ditangannya.

“Kan dulu Ayah bilang kalau dua anak itu emang nggak cukup” jawab Hendra yang membuat kedua anaknya hanya tertawa kecil

Yuna melayangkan tatapan tajam kepada kedua anaknya.

“Lagian lihatlah anak pertama kita, entah dari mana muka datarnya itu” keluh Hendra melihat anaknya yang mempunyai karakter berbeda.

“Jelas saja dari kamu, dulu kan muka kamu juga seperti itu sangat datar” Yuna menjawab dengan kesal.

“Pokoknya Bunda nggak setuju kalau Kalian pindah, udah cukup apartemen dijadiin tempat singgah aja kalau Lelah dari kampus” jawab Yuna finis lalu menuju kekamarnya tanpa menunggu balasan dari kedua anaknya.

Hendra yang melihat istrinya kesal, bergegas menyusul istrinya dengan melirik kedua putranya dengan senyum yang seolah menyetujui apa pun keputusan keduanya.

“Lu sih, lagian Lu kan nggak mau pindah, pake segala godain Bunda” Haikal protes pada Candra.

“Lagian kakak ngapain pindah sih, bergaya amat” jawab Candra ringan sembari mengambil kembali ponselnya.

“Udah sering main sama teman-temannya sampai adiknya diabaikan, sekarang malah mau pindah lagi. Sekalian nikah aja kak besok biar nggak ada waktu buat Gue” sambung Candra mengeluarkan isi hatinya.

Pasalnya dulu Ia selalu bermain berdua dengan Haikal namun Haikal mulai berubah menjadi pria dingin saat teman kecil mereka yang pindah tanpa ada kabar dan kejelasan.

“Gue jadi kangen Lily, Dia dulu kemana yah” lirih Candra yang masih didengar oleh Haikal.

“Ya udah Gue mau tidur” Haikal melembari bantal yang dipegangnya ke muka Candra lalu bergegas menuju kamarnya.

“Punya kakak gini amat, Gue pengen jadi adiknya Kak Juan aja biar dimanja” protes Candra yang masih didengar oleh Haikal karena suara cempreng Candra.

.

Haikal sebelumnya sudah berada diapartemen tapi mendapat pesan dari bundanya dan memintanya pulang.

Haikal membuka ponselnya sebelumnya Ia mengetahui ada notif pesan masuk tapi tidak Ia pedulikan.

“Selin?” ucapnya lirih melihat pesan masuk pada ponselnya.

‘Selin

‘Gue kangen Kal, Lu kayanya udah nggak peduli banget sama Gue’

Haikal menutup matanya lalu menyimpan ponselnya setelah membuka pesan Selin.

Tring, notif pesan Kembali masuk dan Haikal mengambil Kembali ponselnya

‘Selin

‘Gue senang banget loh, padahal Lu Cuma nge read doang peasn Gue’

‘Haikal

‘Gue nggak bisa maksain perasaan Gue Sel’

‘Selin

‘Sebelumnya Lu perhatian sama Gue Kal, apa karena Gue sakit doang makanya Lu mau pertimbangkan perasaan Gue?’

‘Gue ngga masalah hidup menjadi orang penyakitan Kal, asal Lu peduli sama Gue’

‘Haikal

‘Berhentilah berbicara omong kosong, Gue akan tetap lanjutin hidup sesuai hati Gue’

Haikal menyimpan kembali ponselnya agar tidak mempedulikan pesan Selin yang menurutnya sangan menguras pikirannya.

Haikal mungkin orang yang dingin dan cuek dengan banyak hal, tapi Ia bukanlah orang jahat dan tidak mempunyai rasa simpati.

Ia mengakui menerima perasaan Selin bukan karena rasa suka melainkan hanya karena rasa simpati yang Ia pikir akan menjadi rasa suka, namun apa yang dilakukan Selin malah menghianatinya.

Haikal mengambil ponselnya menelpon seseorang.

‘Halo, Gue pengen minum’ ucapnya mengajak orang diseberang.

[Ya udah kita ketemuannya di bar xxx aja] balasnya lalu memutuskan panggilan.

.

“Lu nerima pesan dia lagi?” Tanya Juan dengan lirih melihat Haikal yang sudah meneguk beberapa gelas minuman yang ada didepannya.

“Hmm” jawabnya singkat dengan tatapan kosong pada gelas minumanya.

“Lu pada udah pesan” tanya Jeno yang baru saja tiba bersama dengan Riza.

“Jangan banyak minum, dan nggak usah balik ke rumah kalau Lu pada mabuk” ucap Riza.

Ia tidak ingin membuat orang tua teman-temanya kuatir dengan mereka.

“Gue yatim piatu kalau Lu lupa” sarkas Juan pada Riza yang selalu mengomel seperti orang tua mereka.

“Ya udah Lu nggak usah minum, ntar si Jigar kuatir lagi” balas Riza dengan tidak mau menerima alasan apa pun

Mereka hanya tersenyum melihat Riza yang begitu protektif, namun mereka tidak pernah masalah dengan itu. Mereka memang memerlukan seorang Riza untuk mengontrol kehidupan mereka.

“Lu emang nggak mau nyari tahu Selin punya sakit apa?” tanya Jeno

“Gue juga berpikir dia punya hal yang di sembunyiin” Juan ikut menimpa

“Lihat deh” Riza menyodorkan ponselnya pada mereka semua.

Disana jelas terpampang postingan sosial media Selin yang memperlihatkan perempuan yang sedang memegang bungan matahari dengan sebuah siluet.

“Baca captionnya” perintah Riza yang melihat teman-temanya fokus pada foto

“Aku akan sekuat ini, namun tetap saja memerlukanmu” baca Jeno yang mengerutkan keningnya karena tidak paham.

“Ia bahkan sebelumnya pernah bilang membenci bungan matahari karena adik sahabatnya” Haikal tersenyum getir mengingat bagaimana Selin membuang bunga matahari pemberian Haikal.

“Tapi kenapa Ia tiba-tiba menyukai bunga matahari?” tanya Riza yang memperhatikan wajah Haikal

“Ia belajar menyukainya karena Gue bilang sangat menyukai bunga matahari” jawab Haikal dengan meminum kembali minuman yang ada didepannya.

“Berhentilah, Gue liat Lu udah mulai mabuk” tegur Juan yang melihat wajah Haikal yang mulai memerah.

Haikal melihat wajah Juan dengan senyum menyedihkan. Ia tahu kini sahabat-sahabatnya tengah kasihan padanya.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!