NovelToon NovelToon
The One Who Give Me Butterflies Feeling

The One Who Give Me Butterflies Feeling

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Cerita cinta dari masa remaja saat SMU hingga dewasa.
Bagaimana proses pendewasaan terbentuk karena mengenal cinta.
Cinta itu seperti permen dengan berbagai rasa, manis, asam, juga rasa mint yang kadang terasa pedas tapi menyegarkan.

Aku membuat cerita ini tidak dalam bentuk panjang, tidak banyak drama dan bertele-tele.
Cerita fiksi yang berdasarkan detail kebenaran.

Semoga kalian menyukainya.
Full of love from me,
Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: LDR

Di hari kepergian Danny ke Perth aku mengantarkannya di bandara. Kami berangkat masing-masing, lalu janjian bertemu di bandara. Danny pergi hanya berdua dengan mamanya, papanya masih ada urusan kantor, baru akan menyusul 2 hari lagi.

Saat mengucapkan selamat jalan kami berpelukan singkat, tidak ada ciuman, tidak ada kecupan, hanya pelukan singkat. Tentu saja karena kami tidak berani melakukan lebih dari itu, ada mamanya bersama kami. Aku mengucapkan selamat jalan kepada mamanya dengan pelukan, lebih tepatnya mamanya merangkul pundakku sambil berkata "Tahun depan kamu nyusul Danny ke Perth ya" Katanya sambil tersenyum. Akupun membalas ucapan mamanya dengan anggukan dan senyuman hangat.

Aku terus melihat Danny sampai dia masuk ke gerbang check in dan menghilang dari pandanganku.

Di awal awal hubungan jarak jauh kami, komunikasi kami berjalan baik, perbedaan waktu yang cuma 1 jam juga tidak terlalu memberikan pengaruh. Sebelum tidur kami sering melakukan video call, baik melalui wa ataupun zoom sampai kami tertidur. Namun ketika masa liburan sekolah berakhir, aku dan Danny mulai disibukkan dengan kegiatan sekolah, secara perlahan komunikasi kami berkurang, tidak seperti saat masih libur sekolah.

Saat ini aku sudah kelas 3 dan masuk penjurusan IPA. Nilai rapotku terbilang lumayan bagus tapi sebenarnya untuk bidang IPS, sedangkan untuk IPA aku harus berjuang sangat keras hanya untuk mendapatkan nilai rata-rata. Tetapi orangtuaku tetap memintaku masuk IPA dengan berbagai alasan mereka. Aku tidak ingin mengecewakan mereka dan disinilah aku sekarang bekerja keras setiap harinya untuk nilai rata-rata.

Aku sendiri sudah memiliki beberapa pilihan untuk tujuan kuliahku nanti, tentu saja semua pilihanku dibidang IPS semua, aku sangat menyadari kemampuanku. Orangtuaku pun sudah mengetahui dan menyetujuinya.

Oleh karena itu, jam les aku pun bertambah. Di kelas 3 ini hampir setiap hari aku pulang sore, kalau bukan karena kerja kelompok, atau aku datang ke rumah temanku untuk belajar bersama atau karena jam lesku yang ditambah. Ada kalanya aku pulang ke rumah setelah langit sudah gelap. Kadang mama atau papaku menjemputku sepulang mereka kerja.

Danny kadang mengeluh, dia berkata merindukan masa-masa liburan, ataupun saat dia masih bersekolah SMU dulu. Dulu waktu Danny masih kelas 3, meskipun komunikasi kami sempat berkurang juga, tetapi setidaknya dia masih bisa melihatku setiap hari, kadang kala masih bisa mengantarkanku les juga.

Saat ini sering sekali saat video call ataupun zoom sebelum tidur, kami hanya mengobrol sebentar lalu tertidur, kadang hp ataupun laptopnya pun masih menyala saat kami terbangun di pagi hari.

Dari teman-temanku hanya Angga, Nadia dan Arnold yang sama-sama masuk IPA. Sedangkan Dian dan Bea masuk IPS. Kadang aku iri dengan mereka yang di kelas IPS, jika aku masuk kesana aku tidak perlu belajar seberat ini, tapi aku tau orangtuaku bertujuan baik memintaku masuk IPA.

Aku, Nadia dan Arnold memiliki jadwal dan tempat les yang sama. Sedangkan Angga memiliki jadwal dan tempat les yang berbeda dengan kami. Kebetulan rumah aku, Nadia dan Arnold bisa dibilang cukup berdekatan, jadi kami sering menghabiskan waktu bersama. Ada kalanya Arnold mengantarku pulang, karena rumah pacarnya sejalan dengan rumahku.

Di kelas 3 ini, ada salah satu temanku yang mendekatiku juga. Dia anak IPA juga cuma berbeda kelas denganku, namanya Ivan. Kadang menghampiriku ke tempat les hanya untuk mengobrol dan menawarkan untuk mengantarku pulang. Cuma aku selalu menolaknya. Ivan pernah mengatakan kalau dia menyukaiku, namun tidak akan pernah memintaku untuk lebih dari teman, karena dia juga tau bahwa statusku masih berpacaran dengan Danny. Ivan berkata, ia cukup senang hanya untuk menjadi teman dekatku. Seringkali aku memanfaatkan Arnold dan memintaku untuk mendropku di rumah sebelum ke rumah pacarnya. Aku merasa risih jika harus diantarkan pulang Ivan.

Pernah 1 kali Ivan berhasil mengantarku pulang, karena saat itu meskipun aku sudah menolaknya secara halus, tetapi dia memaksaku, sampai guru tempat lesku menggodaku dan memintaku untuk bersedia diantar pulang Ivan. Ya ampun, guru lesku pun sering menggodaku dengan Ivan, dia ini sungguh cerdik.

Semua kejadian itu, tentu saja aku ceritakan kepada Danny setiap harinya.

Aku sadar bisa saja ada gossip tidak benar tentangku dan Ivan, aku tidak mau Danny salah paham, apalagi Vina sepupu Danny masih satu sekolahku denganku. Meskipun dia anak IPS, tapi bisa saja dia mendengar gossip tentangku.

Aku dan Danny sering bertengkar karena menurutku dia cemburuan, meski dibawah alam sadarku, aku mengerti sikapnya, tetap saja aku tidak terima kalau dia salah paham, menurutku Danny bersikap berlebihan.

Keterbatasan waktu untuk berkomunikasi pun memperburuk situasi kami saat itu, hingga akhirnya bertengkar sambil saling berteriak satu sama lain, lalu menutup telepon begitu saja. Kami tidak berkomunikasi sama sekali selama 3 hari. Pertama kalinya dalam hubungan berpacaran kami, aku menangis. Selama 3 hari itu aku sadar, kalau aku harus benar benar mengusir Ivan dari kehidupanku.

Ivan lebih pintar dariku, tujuan kuliah kamipun berbeda. Dengan kemampuanku, aku sadar hanya bisa mendaftar ke perguruan tinggi swasta. Sedangkan Ivan mengincar perguruan tinggi negeri, ditambah latar belakang keluarganya yang hampir semuanya juga berkuliah diperguruan tinggi negeri.

Hari itu aku berbicara panjang lebar dengan Ivan, karena percuma masalah aku dan Ivan tidak akan bisa selesai hanya dengan aku menghindarinya setiap kali dia mendekatiku. Aku menjelaskan bahwa aku masih mencintai Danny, dan tidak akan berubah. Aku juga menjelaskan tujuan kuliahku kemungkinan besar adalah perguruan tinggi swasta terkenal di Bandung, sedangkan pilihan perguruan tinggi negeri Ivan berada di Jawa Tengah. Latar belakang keluarga mempengaruhi kota tujuan kami. Bandung adalah dimana keluarga besarku berada, sedangkan Jawa Tengah adalah dimana keluarga besarnya berada. Akhirnya Ivan mengerti, dan sepakat untuk hanya betegur sapa sekedarnya saja di sekolah saat kami tidak sengaja berpapasan.

Setelah kejadian itu, Danny dan aku saling meminta maaf dan berbaikan. Namun jauh dalam hati kami masing-masing menyadari bahwa hubungan jarak jauh tidaklah mudah, dan ini mungkin bukan pertengkaran terakhir kami. Menurutku Danny masih bersikap cemburuan. Kadang kami bertengkar hanya karena Arnold mengantarku pulang, padahal sudah jelas Arnold memiliki pacar, sungguh kadang aku tidak mengerti sikapnya.

Saat liburan Natal dan Tahun baru, Danny berada 2 minggu di Bogor. Kami menghabiskan waktu bersama kami sesering mungkin. Kadang kami berkencan, kadang kami jalan bersama teman-temanku atau teman-temannya, dan kadang aku menemaninya bermain basket bersama teman-temannya.

Weekend terakhir dari masa liburan, hari itu adalah kencan terakhir kami sebelum Danny kembali ke Perth. Kami menghabiskan waktu seharian bersama, kami sarapan di rumahku, lalu pamit pergi ke orangtuaku untuk pergi jalan jalan ke salah satu mall di Jakarta. Setelah puas mengitari mall, Danny mengajakku makan siang di salah satu restoran seafood di Ancol. Kami memang makan siang agak telat karena selama di mall pun kami mencicipi jajanan yang ada di mall, jadi suasana restoran tidak terlalu penuh. Setelah itu jalan jalan sebentar di area sekitar pantai sambil bergandengan tangan, sambil menunggu matahari terbenam.

Setelah mulai agak gelap Danny mengajakku pulang. Sebelum pulang, di dalam mobil kami berciuman. Ingin rasanya aku menghentikan waktu. Aku menikmati tiap detiknya, saat tangan kiri Danny memegang belakang kepalaku, dan tangan kanannya memegang daguku, mengarahkan bibirku mendekati bibirnya. Saat lidahnya mengeksplorasi mulutku, menikmati tiap bunyi decakan yang memenuhi mobil. Tanganku memeluk pinggangnya. Lalu setelah itu kami berpelukan cukup lama, tidak ingin waktu ini berlalu begitu saja.

Sesampainya di depan rumahku, sebelum turun dari mobil kami berciuman sekali lagi. Lalu Danny pamit pulang. Aku menunggu Danny di depan gerbang rumahku sampai mobilnya menghilang dari pandanganku.

Saat itu dalam pikiranku, aku tidak sabar menanti liburan sekolah berikutnya, menantikan pertemuan kami selanjutnya. Tidak mengetahui itu adalah ciuman terakhirku dengan Danny.

1
Jayrbr
Jiwa saya terkoyak!
fien: terima kasih kakak 🥰
total 1 replies
Ignacia belen Gamboa rojas
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Terima kasih banget thor!
fien: waahhh seneng banget dengernya. nantikan bab selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!