NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31

Nanda spontan menggebrak meja setelah mendengar cerita dari Matthew tentang Melinda.

“Lalu, kau akan diam saja?” Pertanyaan Nanda menggelitik hati Matthew.

“Siapa aku? Bisa mengatur keluarga mereka.” Matthew hanya melirik sang sahabat yang ikut terlihat frustasi, “mereka sedang menunggu si sulung. Dia satu-satunya harapan. Semoga saja masih waras.” Matthew kini menatap Nanda.

“Jika dia juga tidak waras, tolong hantam kepalanya dengan salah satu vas kesayangan ibumu.” Nanda menyeringai.

“Heish, dasar otak kriminal!” Matthew memukul puncak kepala Nanda.

Si dokter utama tersenyum kecut lalu mengalihkan pandangan. Dia terlihat mengambil banyak udara dan menghembus berat. Kemudian menunduk dan merenung sejenak. Matthew jelas menangkap ingatan lama yang tersangkut pada sang sahabat. Matthew masih mengingat jelas, Nanda pernah sekali menyerahkan diri pada kepolisian dengan alasan yang cukup konyol jika diingat sekarang. Namun, seolah dosa yang tak pernah dia lakukan terus menghantui si pria rupawan di sebelah. Masih kerap dia mendengar Nanda mengulang kata seandainya pada kasus kecelakaan kedua orang tuanya.

Bahu Matthew menyenggol Nanda, “hei, ayolah. Tak perlu kita pikirkan terlalu dalam, ini bukan masalah kita, ‘kan?”

“Ck, benarkah? Maksudmu, bukan masalahku. Tapi sepenuhnya milikmu.” Nanda mengangkat sebelah alis dengan senyum mengejek.

“Sialan, apa maksudmu berkata begitu?” Matthew sedikit terkekeh menanggapi kalimat Nanda.

“Khukhukhu, ayolah. Aku tidak hanya mengenalmu dalam hitungan hari.” Gantian Nanda menyenggol bahu Matthew, “tidak masalah meski sangat terlambat. Aku berharap kau bisa mendapatkannya.” Nanda mengedipkan sebelah mata dan beranjak pergi.

“Hei … hei, ambil lagi mata genitmu. Sialan!” Matthew berteriak tanpa diacuhkan oleh Nanda.

Sang sahabat terus saja berjalan menjauh sambil melambaikan tangan tanda berpamitan. Satu jam hampir berlalu, mereka harus lekas bersiap berada di ruangan. Antrian pasien juga sudah terlihat mengular. Entah mengapa akhir-akhir ini banyak yang mengeluhkan jalan pembuluh darah mereka yang terganggu. Pekerjaan Nanda bertambah, jadwal operasi juga hampir tak pernah kosong. Dia masih saja sibuk dan urung menggenapi janji pada sang istri untuk meluangkan waktu. Ingatan Nanda tiba-tiba memutar memori beberapa waktu lalu.

“Nanda, cobalah! Aku belajar membuatnya bersama mbok Yem tadi siang.” Delilah memberi satu sendok penuh nasi goreng pada sang suami sepulang kerja.

“Delilah, tunggu dulu. Biar aku selesai melepas sepatu.” Nanda menghindar sambil melanjutkan melepas sepatu.

Akan tetapi, Delilah sudah mulai mencebik dan genangan air bening terkumpul. Si jelita sudah menunggu sang suami pulang sejak tadi. Dia bahkan meninggalkan Fera lebih awal ketimbang biasa. Beruntung Nanda segera menyadari kekecewaan sang istri sebelum meledak. Si suami segera berdiri dengan satu kaos kaki yang masih tertempel di kaki. Langsung menyantap nasi di sendok yang dibawa Delilah tadi. Sejenak dia mengunyah sambil merasakan masakan sang istri.

“Em, kurasa ini sudah membaik dan bisa dimakan.” Nanda menanggapi dengan muka serius.

Plak! Satu tamparan di lengan Nanda dari Delilah.

“Tak bisakah kau mengucapkan terima kasih saja karena aku sudah berusaha, dasar kepompong!” Delilah memanyunkan bibir dan meninggalkan Nanda yang bengong sendirian.

Ternyata, itu belum cukup sebagai sebuah apresiasi bagi seorang Delilah. Hubungan pernikahan mereka sedikit membaik, meski urung tidur dalam satu kamar bersama. Setidaknya, mereka memiliki sedikit lebih banyak waktu untuk berjumpa ketimbang sebelumnya. Namun, sayang sekali bayi Fera belum juga menemukan pengganti Delilah untuk menenangkannya. Sudah beberapa kali Raka berusaha memperkerjakan orang lain untuk mengasuh, tetapi justru Fera demam dan terus menangis.

Seperti yang terlihat sekarang, Delilah mulai mahir menggendong sambil membuatkan susu si kecil Fera dengan tenang. Tak sampai segaduh minggu-minggu sebelum. Raka sengaja tak berangkat ke kantor, dia mengira Delilah tak datang. Lalu, dia juga ada janji bertemu dengan seseorang yang hendak mencoba melamar menjadi pengasuh Fera.

“Pergilah, Kak. Tidak apa-apa, kami akan baik-baik saja. Kau percaya padaku, ‘kan?” Suara Delilah terdengar lembut membelai pendengaran Raka.

Si ayah bayi tersenyum hangat lalu mendekati mereka. Dia membelai lembut wajah dan rambut Fera, kemudian mendaratkan satu kecupan pada si bayi. Diikuti tawa riang Fera terdengar.

“Ah, dia bersuara. Lucu sekali.” Delilah mencubit gemas pipi Fera.

Pemandangan yang membuat hati Raka diam-diam menghangat. Dia tak pernah membayangkan jika Delilah yang akan ditemui setiap hari, dimana dia sedang berusaha mengasuh dan berhasil menenangkan sang buah hati. Gadis ceria yang bertahun lalu dia lepaskan demi sang adik. Karena Raka lebih menyayangi Nanda ketimbang rasa cinta yang dia miliki pada Delilah kala itu. Tak dia sangka, rasa yang telah lama redup mulai memercikkan api yang kian membakar kewarasan sendiri.

Delilah, aku tau ini salah, tapi izinkan sebentar saja, Raka berbisik dalam hati.

Dia jelas tahu jika perasaannya keliru, tetapi dia terlalu egois untuk melepaskan Delilah juga. Nanda benar, Raka mulai nyaman terus berada di sekitar sang istri. Tanpa sadar, lengan kekar Raka melingkar di pinggul sang adik ipar. Tentu saja, membuat Delilah terkesiap dan lekas menghindar.

“A-anu … bukankah Kak Raka ada janji bertemu seseorang hari ini?” Delilah segera mengalihkan pembicaraan.

“Hm … iya, aku akan menemuinya nanti. Apa kau ingin makan siang diluar?” Raka justru mendekat kembali.

Sebisa mungkin Delilah menghindar dengan sopan, “tidak perlu, aku bisa mengurus diriku sendiri. Terima kasih, Kak. Sekarang saja, pergilah. Kurasa Fera juga mengantuk, aku akan menidurkannya.” Delilah meninggalkan Raka sendirian, dia segera masuk ke kamar Fera dan menguncinya.

Tak bisa dipungkiri, debaran jantung Delilah membuncah. Dia sangat cemas jika terlarut dalam buaian peran pengganti terlalu jauh. Si jelita sedang mengatur napas.

“Astaga, apa yang terjadi barusan? Apa hanya perasaanku saja, atau Kak Raka benar-benar terlihat berbeda. Ah, sial!” Delilah menggumam sendirian sambil terus menimang Fera.

Dia beralih ke ponsel dan mengirim pesan pada sang suami untuk segera menjemputnya malam nanti. Memang sudah beberapa waktu Delilah menolak tawaran Raka untuk mengantar. Selain karena Fera semakin besar dan takut rewel saat di perjalanan kembali, dia juga segan tak ingin membuka perdebatan lagi dengan sang suami. Si jelita bahkan terlihat mulai lupa dengan perjanjian awal pernikahan mereka dan niat untuk pergi. Meski masih menjaga jarak, tetapi hubungan si jelita dan suami sudah cukup membaik.

Raka bersandar di balik pintu kamar sang buah hati. Delilah menguncinya, dia tak bisa mengintip sedikit saja. Perlahan tubuh si ayah bayi merosot hingga terduduk di lantai. Dia menunduk dalam, bayangan Feli berkelebat.

Kenapa kau pergi secepat ini, kenapa aku begitu bodoh sekarang? Hhhh … aku benci menyadari kebodohanku sendiri! Sial! Raka memukul dada yang terasa kian sesak dan bergumam dalam hati.

***

Seorang wanita dengan kemeja peach, celana jeans panjang dan sepatu putih datang memasuki sebuah resto yang sudah dijanjikan. Dia melepas kacamata hitam yang tadi dia kenakan. Kepala si wanita mengedar ke sekeliling, mencari pria yang sudah meninggalkan pesan akan menemuinya.

Dia menyugar rambut sebahunya ke sisi belakang, “huh, dasar jam karet!” keluar juga keluhan dari bibir tipis nan manis.

***

Hai, jangan lupa tinggalkan jejak di komentar dan tekan like untuk support author yaa, terima kasih banyak 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!