Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 - Kalau dia setan baru aku takut
"Zu, kamu kok kayak nggak takut gitu sama pak Shawn? Padahal tuh dosen galak banget tahu. Killer pula. Aku sama Ayu aja nggak berani natap matanya, tapi kami lihat kemarin kamu bener-bener kayak pengen ngelawan dia. Emang kamu nggak takut bermasalah sama dia?" Warni dan Ayu mendekat dan berbicara kepada Zuya ketika melihat gadis itu masuk ke kelas.
Hari ini mereka ada kelas Analisis bisnis digital. Yang mengajar dosen lain, perempuan. Kalau tidak salah ingat namanya bu Jesly. Dosen yang masih terbilang cukup muda juga. Zuya dengar teman-temannya ngobrol, ibu Jesly itu seumuran sama Shawn, cantik, body bagus dan banyak diincar dosen single dikampus ini. Bahkan sampai mahasiswa ada yang mengincarnya.
Zuya jadi penasaran wajah dosen perempuan bernama Jesly itu seperti apa. Apakah cantik seperti dia juga? Gadis itu percaya diri sekali menganggap kalau dirinya cantik. Iya dong, pede itu baik. Dari pada minder, yang ada rugi sendiri. Asal jangan over pede aja.
"Nggak dong, ngapain takut. Aku dan si om jelek itu sama-sama manusia. Kalau dia setan baru aku takut." kata Zuya, suaranya kenceng. Untung belum ada banyak orang di kelas aman-aman saja mereka ngobrol.
"Pak Shawn itu ganteng banget loh. Kayak model, badannya bagus banget. Orangnya cool, tinggi, hidung mancung, kulit putih, kayak bule, tipikal wajahnya itu impian semua wanita loh, masa setampan itu kamu bilang jelek. Kamu nggak buta kan Zu?" Ayu heran.
Mata Zuya salah kali. Dia tidak tahu apa kalau sekarang sebagai dosen baru, Shawn sudah punya banyak sekali penggemar beratnya. Seluruh perempuan dikampus terus membicarakan tampangnya yang sangat keren. Hanya Zuya yang bilang pak Shawn jelek. Gadis itu memang aneh.
"Iya, dimata banyak orang dia memang tampan. Tapi di mata aku dia nyebelin. Emang kalian nggak kesel di hukum berdiri sama tuh om kemarin?"
Warni dan Ayu menggeleng.
"Kita-kita malah senang karena bisa lihat pak Shawn dari dekat. Gila, kalau lihat dari dekat makin tampan lagi." seru Ayu.
Zuya menghembuskan napas lelah. Mereka bilang begitu karena belum tahu saja bagaimana menyebalkan pria itu. Om-om itu selalu mencari masalah sama dia tiap kali ada kesempatan berdua. Dari awal bertemu, Zuya juga sudah memusuhinya. Karena waktu itu dia tidak suka laki-laki itu dekat-dekat sama kak Aerin. Takut kak Aerin di rebut dari abangnya.
"Eh tapi aku denger mulai minggu depan pak Shawn akan dua mata kuliah. Manajemen bisnis, dan matematika bisnis. Pokoknya aku harus belajar serius biar nggak malu-maluin di depan laki-laki sekeren pak Shawn. Bisa dilirik sama dia kan senang banget." kata Warni semangat.
Sedangkan Zuya. Ia merasa dirinya makin apes. Nggak cukup satu mata kuliah, sekarang di tambah lagi? Aduh ... Masa mereka harus ketemu dua kali dalam seminggu sih.
Kelas itu kemudian mendadak ramai dengan orang-orang yang berdatangan. Teman seangkatan Zuya, ada juga para mahasiswa-mahasiswi yang belum lulus semester lalu, kembali mengulang tahun ini.
Seorang wanita berwajah dewasa muncul di depan. Gayanya terlihat cukup elegan. Cantik sih, tapi menurut Zuya makeup-nya ketebalan.
Apa yang membuat para cowok tertarik sama itu dosen ya?
Zuya terus melihat wanita itu. Siapa tahu dia bisa belajar dan menggaet Aska, si perenang kampus yang nan dingin dan cuek, teman Bowen.
"Kamu." wanita itu, bu Jesly namanya. Ia menunjuk antara ke barisan Zuya duduk. Otomatis Zuya, Warni dan Ayu saling bertukar pandang.
"Yang pakai baju putih." Zuya melihat ke bawah. Dialah yang mengenakan baju berwarna putih itu. Karena warna baju Warni jingga, sedang Ayu kuning.
"Nama kamu siapa?"
"Zuya bu."
Zuya merasa wanita di depan sana tidak terlalu senang saat dia menjawab. Keliatan sekali dari matanya. Apakah karena wanita itu tidak ingin dipanggil ibu? Lah, kan dosen. Umur sudah matang juga, tidak salah dong Zuya panggil dia begitu.
"Pergilah ke ruangan dosen dan ambilkan buku cetak di meja saja judul bukunya 'digital bisnis'." wanita tersebut menyuruh Zuya tanpa embel-embel minta tolong atau bicara lembut. Cara bicaranya terdengar kasar. Jelas dong Zuya paling tidak suka di suruh-suruh begitu dengan gaya bos, kayak dia babunya. Baik darimana-nya, orang tuh dosen keliatan sekali sombongnya.
Kalau Zuya tidak ingat sudah janji akan kuliah baik-baik sama papanya, pasti deh dia sudah menolak mentah-mentah saat dosen itu menyuruhnya.
"Kamu tahu meja saya dimana? Saya belum selesai ngomong loh, kok mau main pergi-pergi aja?" kata wanita itu ketika melihat Zuya berdiri. Nadanya cukup tinggi.
Ya ampun, Zuya merasa wanita itu dosen yang aneh.
"Mana saya tahu ibu, wajah ibu saja saya baru lihat sekarang, nama ibu apalagi. Aneh banget kalau saya tiba-tiba tahu meja ibu letaknya di mana. Emang ibu pikir saya cenayang. Saya manusia buu, manusia biasa yang makan nasi dua kali sehari." balas Zuya ceplas-ceplos dan sangat ekspresif.
Para mahasiswa di dalam sana pun ikut merasa bu Jesly sedikit aneh hari ini dan terhibur mendengar balasan Zuya dengan ekspresinya yang lucu. Mungkin bu Jesly sedang pms makanya bawaannya marah-marah begitu.
"Ya sudah, kamu pergi sana dan cepat balik. Tanya saja meja saya sama dosen yang ada di sana. Semua dosen dan mahasiswa dikampus ini kenal saya. Saya kaget saja kamu tidak kenal saya, tapi tidak apa-apa. Mungkin kamu jarang masuk kampus."
Zuya tercengang. Itulah yang dinamakan dengan over percaya diri. Iyain aja deh daripada urusannya panjang. Gadis itu pun berjalan keluar menuju ruangan dosen. Jarang sekali dia pergi ke ruangan dosen.
Begitu sampai di sana, ada beberapa dosen yang duduk di meja mereka masing-masing. Dosen tua, ada juga beberapa dosen muda. Kayaknya kampus ini cukup banyak dosen mempekerjakan dosen muda. Mungkin karena umur kampusnya masih muda, pikir Zuya.
"Kamu mau ngapain dek?" Zuya menatap pada ibu-ibu yang bertanya padanya. Namun pandangannya malah bertemu dengan Shawn. Laki-laki itu juga sedang menatapnya tanpa ekspresi. Zuya pun membuang muka dari laki-laki itu lalu menatap ke ibu-ibu tadi lagi.
"Mejanya ibu Jesly mana ya bu? Aku di suruh ambilin buku digital bisnis di atas mejanya." ucap Zuya.
"Oh, tuh di sana. Samping mejanya pak Shawn." jawab ibu-ibu itu.
Zuya menatap Shawn lagi. Kemudian berjalan dengan cepat ke meja yang di tunjuk ibu-ibu tadi. Tapi dasar Zuya. Lagi-lagi gadis itu ceroboh. Ia tidak sengaja menabrak kaki meja sehingga menyebabkan tubuhnya terpental ke depan. Shawn yang melihat cepat-cepat berdiri untuk menangkap gadis itu.
lucu bgt s Zuya..