NovelToon NovelToon
Masa Yang Selalu Terkenang

Masa Yang Selalu Terkenang

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: lido kyungsoo

Kaluna namanya. Kata anak muda jaman sekarang, "Orang gila mana yang menjajakan dirinya & menjadi simpanan teman seangkatannya sendiri demi menopang biaya kuliah!" IYA, KALUNA SUDAH GILAAA. Si anak miskin yang mempunyai cita-cita tinggi dan menjadi wanita jahat a.k.a simpanan pemuas nafsu sang anak Taipan. Si wanita jahat yang menjadi simpanan dari teman seangkatannya yang telah mempunyai tunangan.

Brian Namanya. Lelaki tampan, mapan, kalangan taipan, dan dari keluarga berpendidikan. Berita buruknya, Kaluna berusaha sekuat tenaga untuk menahan perasaannya selama masa kontrak itu berlaku.

Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?
Kisah ini mampu membawa kalian bak merasakan rollercoaster. Senang, sedih, kecewa, tangis akan kalian rasakan.

Nantikan!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lido kyungsoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meet

Ada banyak sekali hal yang membuat Kaluna bertanya-tanya sekaligus tak habis fikir. Mengenai mengapa orang-orang mengatakan Tuhan hanya satu, namun ada banyak agama di dunia ini. Mengenai mengapa Upin & Ipin yang setiap hari makan makanan yang bergizi, namun tidak juga berkembang. Malah yang makin berkembang ialah kepalanya. Dan yang terkahir ialah, Azka yang sekarang sedang berlagak seperti anak ayam yang mengekori induknya.

Azka membuntuti dirinya dan Tari sejak mengantri untuk membayar buku dan juga sekarang mengekor di belakang sana. Atau mungkin saja arah yang akan Azka tuju searah dengan dirinya. Monolognya berusaha berfikir positif.

Kaluna membiarkan saja selagi tidak mengejar dan tidak meminta uang seratus.

Dan ternyata, jeng jeng jeng. Azka masih mengikuti mereka dan sudah ada di belakang mereka untuk mengantri beli tiket.

Tari yang sudah gerah sedari tadi karena menahan meledak melihat tingkah Azka, akhirnya berbalik dan menatap Azka dengan tatapan mematikannya.

"Lo ngapain ikutin kita terus dari tadi?! Gue nggak suka, ya, dibuntutin kek gini! Kayak nggak punya kerjaan aja." Amuknya namun dengan suara yang tidak terlalu besar tentunya. Ia masih bisa menahan untuk tidak mempermalukan dirinya tentu saja.

Namun respon lelaki di hadapannya malah menaikkan satu alisnya.

"Yang ikutin lo itu siapa? Gue juga mau nonton kali!" Jawabnya menatap Tari yang kini membuka mulutnya mendengar jawaban Azka. Tari memutar matanya malas dan kini maju untuk memesan tiket.

Kaluna tak mau berkomentar karena apa yang ada di kepalanya kini terjawab sudah.

Kaluna menggandeng lengan Tari menjauh dari sana dan menengok sebentar kebelakang pada Azka.

"Lo itu jangan terlalu sering marah-marah. Kurang-kurangin judesnya. Lo harusnya bersikap anggun. Katanya mau jadi istri ustadzah. Gimana sih!"

Tari menghembuskan nafas pelan mendengarnya. Benar juga. Istri ustadzah pemilik pesantren dan punya banyak usaha. It's Tari dream.

"Gue nggak suka liat muka temen-temennya, Brian, Na. Bawaannya emosi!" Ujarnya menahan kesal.

"Yaudah, nggak usah diliatin makanya." Terang Kaluna sembari menggandeng sahabatnya untuk duduk di depan studio.

Tak lagi terlihat keberadaan Azka. Baguslah, untuk meminimalisir sahabatnya cekcok dengan Azka, pikirnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka berdua pun memasuki studio teater dan duduk di kursi yang telah mereka pesan.

🥀🥀🥀🥀🥀

"Kita makan di mana, ya, enaknya, Na. Laper banget gue. Mana film tadi menguras emosi banget. Tambah laper, kan, jadinya."

"Apa ya, enaknya." Ujarnya sambil menaruh telunjuk di dagunya. "Makan di food court aja, Tar." Idenya melihat di depan mereka ada food court yang menyediakan berbagai macam menu. Dan harganya pun sangat ramah di kantong mahasiswa.

Setelah memilih menu, tak menunggu waktu yang lama mereka pun kini telah duduk anteng memakan makanan mereka sambil berbincang-bincang santai.

"Minggu depan gue mau pulang kampung, Na." ucapnya yang membuat Kaluna memfokuskan pendengarannya. Sudah cukup lama juga sahabatnya tidak pulang ke kampung halaman mengingat pengurusan proposal yang belum kelar-kelar.

"Kangen rumah, ya, lo." ujar Kaluna yang dijawab anggukan pelan Tari.

"Pengen refresh otak juga gue, Na. Pulang kampung mungkin bisa menjernihkan fikiran gue." helanya sambil menyuapkan sesendok demi sesendok makanannya. "Jumat sore gue udah mau berangkat. Lo mau gue bawain oleh-oleh apa nanti dari kampung?"

"Gue sih terima terima aja apapun yang lo bawa, Tar. Ada Alhamdulillah, nggak ada juga, nggak masalah. Yang penting lo bisa balik dengan selamat."

Tari memandang sahabatnya dengan tatapan sayang. Tari berdoa di dalam hati, semoga sahabatnya bisa segera lepas dari jerat Brian dan bisa terlepas dari bayang-bayang trauma.

"Kata Ibu, dia baru aja panen buah, Na dari kebunnya. Lumayan banyak. Nanti deh, sekalian gue bawain buahnya, ya."

Kaluna mengangguk mengiyakan. Kebiasaan Tari yang tak pernah dilupakan ialah selalu membawakannya buah tangan dari kampung.

Setelah selesai makan, mereka pun berjalan keluar. Tempat terakhir yang akan mereka tuju adalah ke store yang menjual berbagai macam pakaian wanita.

Kaluna dan Tari pun berpencar untuk memilah-milah pakaian yang sekiranya menarik perhatian mereka. Saat sedang asyik memilih pakaian, tak sengaja dirinya bertemu dengan Brian beserta kekasihnya di depan sana.

Tatapan mata mereka bertemu. Kaluna dan Brian, namun hanya sekilas karena Brian kembali fokus mendengarkan apa yang kekasihnya bicarakan.

Kaluna tak mau ambil pusing. Kembali ia memilah milih pakaian dan menghilangkan Brian dari pikirannya. Setelah malam itu, tak pernah lagi Brian menghubunginya. Mungkin lelaki itu kesal akan ucapannya terkahir kali.

Saat sedang asyik memilih pakaian, seorang wanita berdiri di sebelahnya. "Udah selesai milihnya, Tar?" tanyanya tanpa melihat wanita di sampingnya.

"Hai!" Sapa wanita di sebelahnya. Kaluna mengerutkan keningnya karena ternyata ia salah orang. Kaluna mengangkat kepalanya dan matanya menatap Cristine tepat disebelahnya dengan senyuman yang mampu membuat orang menoleh untuk yang kedua kalinya karena kecantikannya.

"Oh.. Hai!" Sapanya membalas senyum Cristine walaupun mungkin sekarang senyumnya terlihat aneh.

"Kaluna, kan?!" Tanyanya lagi

"Eh, iya." Bagaimana wanita disampingnya bisa mengenal dirinya. Untuk berinteraksi pun mereka tidak pernah. Karena sebisa mungkin, dirinya mencoba untuk tidak bertemu dengan tunangan Brian. Dirinya merasa malu sekaligus merasa tak pantas untuk sekedar menampakkan mukanya di depan tunangan Brian. Sudah banyak sekali dosa dan kebohongan yang ia dan Brian lakukan dibelakang Cristine.

"Cristine, kan?" Tanyanya pura-pura tak begitu mengenal.

Cristine lagi-lagi tersenyum dan mengangguk akan ucapan Kaluna. Kaluna memperhatikan wanita cantik di depannya, memperhatikan setiap jengkal wajah cantiknya. Mata hitam legam, hidung mancungnya, bibir penuh merahnya dan kulit seputih susu. Bagaimana bisa Brian melakukan itu pada wanita secantik ini, pikirnya.

"Kaluna!" Panggil Cristine membuyarkan Kaluna dari memandangi wanita di depannya.

"ah, iya." jawabnya, "Kamu mau pilih-pilih juga?" Tanyanya basa basi.

"Iya. Tapi aku bingung mau pilih yang mana. Bajunya cantik-cantik soalnya." Sambil tersenyum menampilkan lesung pipi di sebelah kirinya. Cantik, pikirnya.

"Memangnya kamu mau pilih yang model bagaimana?" tanyanya.

"Aku cari dress-dress yang bisa dipakai buat jalan sama acara formal." jawabnya sambil memperhatikan beberapa deretan baju yang tergantung dan yang terpasang di patung. Kaluna mengangguk menanggapi.

"Yang disebelah sini aku liat tadi bagus-bagus." Ajaknya pada deretan baju yang tergantung. Cristine mengikuti Kaluna dan memilih beberapa baju yang menurutnya cocok dengan seleranya.

Saat sedang asyik memilah milih, dari arah belakang, Brian datang sambil membawa dua lembar baju di tangannya.

"Yang ini sepertinya cocok di kamu." sambil mencoba menggantung baju tadi di depan badan Cristine dan memperhatikan dengan seksama.

"Cantik!" pujinya sambil mencoba pada baju yang satu lagi.

Kaluna memperhatikan setiap gerak Brian pada kekasihnya. Sangat tulus perlakuan dan tatapan Brian untuk wanita di depannya. Kaluna berdehem untuk mengalihkan fokus Cristine.

"Cristine, aku mau ke sana dulu. Mau milih-milih lagi." Saat mendapat anggukan dan ucapan terima kasih dari Cristine, Kaluna pun tak mau repot-repot untuk pamit pada Brian. Segera menjauh dari sana dan mencari letak sahabatnya.

Namun baru beberapa menit menjauh dari sana, tangan kekar yang ia kenal kini mendekapnya dari belakang.

🥀🥀🥀🥀🥀

Happy reading

Salam story from By_me

1
Fia
bagus tapi banyak typo nya
Sri Maya Sari
bahasanya santai tapi tidak lebay. cukup menguras emosi dan bikin penasaran. . lanjut thor
Ahmad Abid
lanjut thor...
Ahmad Abid
bagus ceritanya thor... ga lebay .. /Angry//Drool/
Ahmad Abid
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!