NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4th : Long Time No See

Ada seorang perempuan tengah terbaring di ranjangnya dengan salah satu tangannya yang terpasang infus. Tiba - tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sang ayah yang menatapnya khawatir. Perempuan itu pun berusaha merubah posisinya menjadi setengah duduk, namun dengan cepat sang ayah menahannya.

"Berbaring saja seperti itu! Kamu tidak perlu merubah posisimu. Tetaplah seperti itu! Kamu harus istirahat. Daddy tidak akan lama, daddy hanya ingin memastikan keadaanmu baik - baik saja" titah sang ayah.

"Daddy?! Vivian minta maaf karena pergi tanpa izin" ucap perempuan itu dengan rasa sesal.

"Lupakan saja!" 

"Daddy?! Vivian janji suatu saat Vivian sendiri yang akan melenyapkan gadis itu. Vivian janji!" ujarnya penuh percaya diri.

"Tidak usah memikirkan hal itu. Sebaiknya kamu fokus pada kesembuhanmu terlebih dulu" tukas sang ayah lalu beranjak dari tempatnya. "Istirahatlah! Ini sudah malam" tambahnya lalu mencium kening putri semata wayangnya itu.

Pria itu pun melangkahkan kakinya menuju pintu, sebelum keluar ia mematikan saklar lampu di kamar putrinya.

"Good night, dear" seru pria itu lalu menghilang di balik pintu.

🔫🔫🔫

Saat Alya sedang sibuk dengan semua berkas - berkas yang ada diatas mejanya, ponselnya berdering menunjukkan ada yang meneleponnya. Alya pun meraih benda pipih itu lalu menatap layar sejenak sekedar melihat nama yang tertera disana.

"Hallo"

"Hm"

"Bisakah kita makan siang bersama?"

"..." Alya hanya bergeming tak tahu harus menjawab apa.

"Kau masih sibuk yah? Padahal sudah lama kita tidak keluar bersama."

"..." Alya masih belum membuka suaranya.

"Tapi, kalo kau masih sibuk, tidak apa - apa lain kali saja. Ak--"

"Tidak, aku rasa kita bisa ketemu"

"Yeah?"

"Aku akan datang, kirimkan alamatnya lewat pesan. Aku akan datang"

"Apa kau yakin?"

"Hisshh... Iya!"

"Oke. Aku akan menunggu mu"

"Hm"

"See you"

"See you"

Alya kembali meletakkan ponselnya di meja lalu bergegas membereskan semua berkas - berkas diatas meja sambil menunggu pesan dari seseorang yang baru saja menelponnya.

Drrt... Drrt... Drrt...

Alya segera melihat ponselnya dan benar saja sebuah pesan yang ditunggunya sudah masuk. Alya pun mengambil tasnya lalu menyampirkannya di bahu kanannya. Tak menunggu waktu lama, Alya pun bergegas meninggalkan ruangan dan pergi ke tujuan yang dikirim oleh seseorang.

Tak perlu waktu lama untuk gadis itu tiba di sebuah restoran italia yang bernuansa klasik. Alya membuka pintu restoran tersebut dan maju satu langkah lalu terhenti untuk mencari keberadaan orang yang ia cari. Namun, matanya tak menangkap sosok yang ia cari. Baru saja gadis itu hendak mengeluarkan ponsel, seorang waiter menghampirinya.

"Guten tag! Nona Alya!" sapa waiter tersebut.

"Ya"

"Mari! Saya tunjukkan mejanya" ajak waiter tersebut lalu berjalan mendahului dan diikuti Alya di belakangnya.

Sesampainya di lantai dua, waiter tersebut berhenti tepat di sebuah meja yang berada paling pinggir, dimana bertepatan langsung dengan kaca di sampingnya. Tetapi orang yang ia cari belum datang, Alya pun terpaksa menunggu sambil melihat ke luar kaca yang menampilkan jalanan kota yang cukup padat.

"Hallo!" sapa seseorang sontak membuat gadis itu menoleh cepat lalu sebuah lengkungan terukir di bibirnya.

"Maaf terlambat" ucap orang itu dan menarik bangku lalu mendudukan bokongnya.

"Tidak, aku saja yang datang lebih awal" jawab Alya sambil menatap orang di hadapannya dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya.

"Why? Kamu merindukanku" timpal orang itu sambil menggoda gadis di hadapannya.

"Hisshh... Siapa juga yang merindukanmu" protes Alya dengan bibir terpout.

"Kamu tidak perlu menyangkalnya, Alya. Aku tahu jika kau sedang merindukanku" tuturnya sembari menaik-turunkan alisnya seolah menggoda gadis di hadapannya. Sedangkan Alya hanya mendengus kesal dengan tatapan jengah tertuju pada orang itu dan kedua tangan bersedikap.

"Tuan Kalbert yang terhormat tolong hentikan pembicaraanmu!" ketus Alya yang mulai terpancing emosinya.

"Baiklah, baiklah aku akan berhenti bicara" tukas laki - laki itu sembari mengisyaratkan dengan tangannya seperti gerakan mengunci mulutnya.

Tiba - tiba seorang waiter datang membawa menu lalu memberikan kepada Alya dan juga laki - laki bernama Kalbert itu.

"Tuan dan nona ingin memesan makanan apa?" tanya waiter itu.

Mendengar itu, Alya pun melirik laki - laki di hadapannya yang tak menunjukkan tanda - tanda ia akan mengatakan sesuatu. Alya yang sedang membolak - balikkan menu tersebut pun menutupnya kasar lalu menatap tajam laki - laki di hadapannya.

"Hei tuan Kalbert! Kenapa kamu diam saja? Katakan kamu pesan apa? Kamu ini sebenarnya ingin mengajakku makan siang atau bergelut sih?" ceplos Alya.

"Bukannya tadi kamu yang menyuruhku untuk diam?"

"Kau!-- hisshh..."

"Baiklah, aku pesan menu paket lunch yang ini saja. Dan minum Ice lemon tea dua" kata laki - laki itu lalu dibalas anggukan oleh sang waiter.

"Alya sudahlah! Aku tidak bermaksud membuatmu marah" bujuk laki - laki itu sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya lalu menatap lamat gadis itu.

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud membuatmu marah, sungguh. Yah walaupun, wajahmu saat marah membuatku gemas" sambungnya.

"Kau!-- Astaga! Apa kamu akan terus seperti ini setelah sudah lama kita tak bertemu. Tidak bisakah kamu berbicara tanpa harus membuatku marah?" ceplos Alya lalu menghembuskan napasnya kasar.

Mendengar ucapan Alya, laki - laki bernama Kalbert itu segera memegang tangan gadis itu yang berada diatas meja.

"I'm sorry. I'm so sorry" ucap laki - laki itu penuh sesal. Alya hanya bergeming tak memberikan respon sama sekali hingga seorang waiter datang membawakan pesanan mereka. Dengan senyuman yang sedikit dipaksakan, Alya menerima pesanan itu lalu membantu waiter tersebut meletakkannya di meja.

"Danke!" ucap Alya dan Kalbert serempak.

Setelah itu, keduanya sama - sama mulai menikmati menu makan siang mereka. Keheningan pun mendominasi diantara keduanya. Dan hanya suara decitan alat makan yang saling bergesekan.

Tiba - tiba Alya menghentikan aktivitas mengisi perutnya lalu menatap laki - laki di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Kalbert pun membuka suaranya saat ia merasa diperhatikan dan sedikit merasa aneh dengan gadis di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Kalbert dengan alis yang terangkat.

"Kalbert?!" serunya.

"Iya"

"Maaf. Sepertinya aku terlalu sensitif. Mungkin karena suasana hatiku sedang tidak baik saat ini. Aku minta maaf" tuturnya penuh rasa bersalah dengan kepala menunduk.

"No problem, i know"

"Thank you"

"Hm.. Eh tapi.."

"Tapi apa?"

"Apa kamu ingin menceritakan alasannya mungkin"

"Hmm"

"Ya sudah habiskan makannya terlebih dahulu. Baru kamu boleh bercerita" titah Kalbert yang disambut senyuman manis Alya. Dengan perasaan lega, Alya pun kembali menyantap makan siangnya.

Selesai makan siang, Alya dan Kalbert pun bergegas meninggalkan restoran tersebut. Kalbert memutuskan untuk mengantar Alya kembali ke kantornya. Saat di parkiran Kalbert tak sengaja menekan lengan kanan Alya yang masih belum sembuh, gadis itu pun mendorong Kalbert dan meringis pelan sembari memegangi lengan kanannya yang terasa nyeri.

"Awhh..."

"Astaga Alya! Are you okay?" tanya Kalbert cemas lalu memegang tangan Alya yang sedang meremas lengannya yang terasa sakit.

"Dimana mobilmu?" ceplos Alya yang justru balik bertanya.

"Disana" jawab Kalbert cepat sembari menunjukkan jarinya ke arah mobilnya.

"Kalo begitu cepat ambil mobilmu, aku menunggu disini" titahnya dan segera disetujui Kalbert.

"Alya?! Come on!" ujarnya Kalbert dengan sedikit berteriak. Alya pun bergegas masuk masih dengan satu tangannya meremas pelan lengan kanannya yang terluka.

"Ada apa dengan lenganmu?" tanya Kalbert cemas lalu mengelus lengan kanan Alya.

"Bisakah kamu menepikan mobilmu dulu? Ada yang harus aku lakukan" jawab Alya lalu dituruti oleh Kalbert.

Gadis itu pun melepaskan jas yang ia kenakan lalu menampakkan lengan kanannya yang terperban. Namun, kini perban tersebut mulai dipenuhi darah. Melihat itu sontak membuat Kalbert terkesiap lalu mengambil kotak P3K.

Alya membuka perban itu secara perlahan. Kalbert yang melihat gadis itu sedikit kesusahan pun dengan sigap membantunya.

"Sini biar aku saja yang bersihkan" titahnya lalu sedetik kemudian Alya hanya terdiam membiarkan laki - laki itu yang membersihkan luka dan mengganti perbannya.

"Maaf merepotkanmu"

"Justru aku yang harusnya minta maaf karena memelukmu erat, tanpa tahu kamu terluka" tukas Kalbert sambil menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menatap Alya.

"It's okay"

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa terluka seperti ini?" tanya Kalbert untuk ke sekian kalinya.

"Dua hari lalu ada sekelompok orang menyerang ke rumahku. Saat itu di rumah hanya ada aku dan adikku. Sebenarnya ada beberapa bodyguard yang berjaga di rumah kami, hanya saja mereka kalah jumlah."

"Kenapa baru memberitahuku?"

"Mungkin karena aku masih shock tentang kejadian itu. Tapi, kamu tidak perlu khawatir aku baik - baik saja"

"Yah, kamu selalu seperti itu. Kamu selalu berkata kau baik - baik saja meskipun kamu terluka, selalu seperti itu."

Alya hanya mengernyitkan dahinya. Selesainya membalut luka Alya, Kalbert memegang kedua bahu gadis itu dengan kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya.

"Apa kamu tahu siapa mereka?" tanya Kalbert serius.

Walaupun daddy tidak mengatakan siapa mereka, sebenarnya aku bisa mengenali siapa mereka.

"Tidak" jawabnya lemah.

"Ya sudah. Lain kali kalo butuh bantuan. Kamu bisa hubungin aku, oke?!"

"Hmm" Gumamnya. "Kalbert?! Thank you so much"

"Anything for you, baby"

💢💢💢

1
Protocetus
up
Feby Gudu
❤❤❤
Rossy Annabelle
seruuu banget sih🔥next 🤯
Rossy Annabelle
next thor
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
ℕaᷡiᷧa᷿᷍℘
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!