Suami Untuk Alea

“Saya mengajukan keberatan atas pernikahan mereka !”

Pandangan semua orang yang ada di dalam ruangan itu langsung tertuju ke pintu masuk dan suasana pun mendadak hening.

“Dion !” desis Alea dengan mata membola.

“Kamu mengundangnya kemari ?” tanya Yudha yang dijawab Alea dengan gelengan kepala

Melihat Dion mencoba membuat kacau pernikahan adik mereka, Benni dan Bara langsung menghampiri Dion yang ternyata tidak datang sendirian.

“Dasar cowok brengsek !” Bara, si tempramental, langsung menarik kerah kemeja Dion.

“Nggak tahu malu ! Siapa yang undang elo sampai berani datang kemari ? Siapa elo berani bilang keberatan dengan pernikahan adik gue ?”

Tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi, Benni yang hafal dengan sifat adiknya langsung menarik Bara menjauhi Dion sementara cowok itu tampak santai malah membalas tatapan Bara dengan senyuman mengejek.

“Nggak ada yang mengundang saya tapi tanyakan pada Alea siapa laki-laki yang dicintainya ? Saya atau pria tua itu ?” Dion menunjuk Yudha yang masih berdiri di sebelah Alea.

“Pedofil !” desis Dion dengan senyuman sinis.

“Jangan asal bicara ! Kamu bisa kami tuntut karena pencemaran nama baik !” bentak Benni.

Yudha yang mulai terpancing emosinya berniat menghampiri Dion namun tangan Alea menahannya.

“Mas Yudha, jangan dimasukin ke hati. Biar aku yang bicara sama dia.”

“Tapi dia sudah kelewatan, Lea.”

“Tolong percaya padaku, lagipula aku nggak menganggap Mas Yudha pedofil.”

Yudha menautkan alis dan tatapannya menyiratkan tidak setuju dengan permintaan Alea tapi gadis itu malah menggandeng lengannya dan berjalan menghampiri Dion.


Begitu berdiri di dekat Dion, Alea malah melewati cowok itu dan berdiri di depan ketiga sahabatnya yang ikut menerobos masuk. Tatapan Alea membuat ketiganya langsung mundur dan merasa malu karena jadi pusat perhatian.

“Ngapain kalian ikut-ikutan dia nerobos masuk acara orang kayak satpol PP lagi grebek PKL aja !”

Ketiganya tersenyum kikuk dan mulai sikut-sikutan. Mereka sempat melihat Pak Junaedi, Bu Ranti dan Pal Jamal di antara undangan yang hadir.

“Sorry Al, nggak begini rencana awalnya. Niat kita hanya pingin membuat elo nggak bisa mengelak lagi,”Rangga yang menjawab, diangguki oleh Tio dan Eva.

“Kita ikutan bahagia kok, Al tapi kenapa nggak dari awal aja elo kasih tahu kita,” timpal Eva,

“Elo nggak menganggap kita sahabat, Al ?” tanya Tio.

Alea menghela nafas panjang dan tatapannya sudah melunak bahkan gadis itu tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Ceritanya panjang dan gue belum siap untuk bilang sama elo bertiga. Thanks atas doanya.”

Alea menoleh, memberi isyarat pada Yudha supaya mendekat kepadanya.

“Kenalkan ini suami gue, kalian sudah pernah lihat tapi belum resmi kenalan. Mas Yudha, kenalin ini sahabatku, mereka memang suka kepo tapi terpercaya kualitasnya kecuali Prita.”

Yudha tersenyum sambil menyalami ketiga sahabat Alea yang kelihatan masih canggung. Mereka benar-benar malu dengan tindakan Dion.

“Dan elo, Di,” Alea berbalik badan dan berdiri di hadapan Dion.

“Katakan sama mereka Al kalau cinta elo bukan untuk dia tapi gue ! Teman-teman lo aja tahu kalau elo suka sama gue.”

Dion yang merasa dapat angin segar langsung mengoceh panjang lebar.

Alea menghela nafas lalu menarik satu sudut bibirnya.

“Jangan bohongin diri elo sendiri, Al. Gue cinta sama elo dan gue bisa melihat kalau elo juga cinta sama gue. Batalkan pernikahan ini Al, gue bisa menjadi suami yang lebih baik dari dia.”

Tanpa terduga Alea yang sempat mengangkat sebelah alisnya langsung tertawa membuat Yudha dan yang lainnya bingung.

“Ijazah elo nggak aspal, kan ? Gue memang pernah suka tapi bukan cinta, jadi jangan salah paham. Kapan gue pernah ngomong cinta sama elo ?”

“Alea…”

“Nggak usah kepo ngurusin hidup orang ! Pernikahan ini gue jalani dalam keadaan sadar dan sukarela jadi jangan coba-coba ikut campur apalagi nyuruh batalin segala. Sekarang elo bisa keluar baik-baik dari sini atau dibawa paksa sama satpam.”

“Alea, gue…”

Yudha menepis tangan Dion yang memegang lengan Alea membuat Dion langsung emosi dan berniat memukul Yudha tapi Alea langsung mendorongnya.

“Jangan coba-coba sentuh suami gue !” tegas Alea dengan mata melotot.

Bukan hanya Yudha dan Dion yang terkejut mendengar ucapan Alea, Benni dan Bara juga ketiga sahabat Alea tidak menyangka kalau gadis itu tidak ragu menyebut Yudha sebagai suami padahal mereka semua tahu seperti apa perasaan Alea yang sebenarnya.

***

Jam 9 malam Yudha dan Alea akhirnya tiba di rumah baru mereka. Mama dan Yunita memilih tinggal di hotel menemani beberapa orang keluarga yang datang dari Semarang untuk menyaksikan pernikahan Yudha.

Terlalu lelah dengan sederetan acara hari ini ditambah aksi gila Dion dan ketiga sahabatnya, Alea tidak lagi memikirkan kenyamanan tidur di kamar barunya.

Ia tidak membantah saat Yudha mengantarnya ke lantai 2 sambil membawakan beberapa barang pribadi Alea yang belum sempat terbawa dari rumah orangtuanya.

Mereka masih tidur di kamar yang berbeda. Bukan Alea yang minta tapi Yudha yang sengaja membiarkan Alea tidur di lantai 2 sementara ia sendiri di lantai 1. Yudha bilang ia paham dengan situasi Alea dan akan menunggu sampai Alea bersedia atas kemauan sendiri untuk tidur sekamar dengannya.

“Terima kasih karena sudah menyebutku suami dan membelaku di hadapan dia. Kamu masih mencintainya ?”

“Bisakah kita tidak membahasnya malam ini ? Soal sebutan suami, faktanya kita sudah menikah dan jadi suami istri.”

“Hanya mendengarmu menyebutku suami rasanya aku bahagia banget,” ujar Yudha sambil tertawa sedangkan Alea hanya tersenyum tipis.

“Terima kasih juga karena Mas Yudha tidak memaksaku untuk tidur satu kamar. Sejujurnya tinggal satu rumah dengan orang asing aja sudah membuatku agak tidak nyaman.”

“Karena itu lakukan apapun yang bisa membuatmu nyaman, aku akan menunggu, tidak peduli berapa lama waktu yang kamu butuhkan.”

“HHmmm.”

“Istrahatlah !” Yudha mengusap kepala Alea. “Tidak usah bangun pagi untuk menyiapkan sarapan. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan di sekitar sini sekalian berkenalan dengan tetangga.”

“Semoga aku nggak bangun kesiangan.”

“Aku akan membangunkanmu kalau nggak turun-turun.” Alea hanya mengangguk-anggukan kepala.

“Selamat tidur, istriku,” ujar Yudha sebelum menutup pintu kamar

“Jangan lebay deh !” sahut Alea sambil mencibir membuat Yudha tertawa sebelum menutup pintu kamar.

Alea bersandar di pintu usai menguncinya. Ia menghela nafas sambil memandang ke sekeliling ruangan. Kamar ini akan menjadi tempat pribadinya di rumah ini entah sampai kapan tapi yang pasti Alea bersyukur karena Yudha adalah suami yang pengertian, tidak memaksakan kehendaknya meski ia berhak memaksa Alea sebagai seorang suami.

Tanpa menunggu lama, Alea mengambil pakaian di lemari dan masuk ke kamar mandi. Tubuhnya benar-benar lelah dan tempat tidur berukuran queen size itu seperti menggodanya untuk ditiduri.