Masa Yang Selalu Terkenang

Masa Yang Selalu Terkenang

Kaluna

Terpaan angin dari gorden apartemen yang terbuka membuat tubuh telanjang wanita yang tertutup selimut dan sedang berbaring di atas kasur empuk itu terbangun. Selimut yang menutupi sebagian tubuhnya kini melorot dan menampilkan bahu terbukanya.

Sang wanita mengedarkan pandangannya kesegala arah guna mencari sosok lelaki yang sore tadi bergumul dengannya diatas ranjang, ternyata telah pergi entah kemana. Menyisakan perasaan hampa di setiap kali selesai melakukannya.

Si wanita a.k.a Kaluna dipanggil Una menatap dinding bercat putih itu dengan pandangan kosong. Selalu seperti ini harinya. Kosong-hampa-tanpa tujuan. Entah sampai kapan semua akan berakhir. Tapi Kaluna pun tak mampu untuk berhenti setengah jalan sebelum semua yang ia harapkan tercapai.

Menjadi simpanan-friends with benefit atau apalah orang-orang menyebutnya, dari seorang lelaki yang juga adalah teman sekampusnya. Kaluna melakoni peran ini yang telah berjalan selama dua tahun lebih. Dan hanya mereka saja yang tahu akan hal ini. Ralat. Sahabat-sahabat dari partnernya pun mengetahui hal ini, namun mereka abai karena menjaga privasi sahabat mereka dan juga mereka fine-fine saja dengan hal itu.

Oke, back to the topic.

Kaluna menyingkap selimutnya dan turun dari ranjang berukuran king size itu guna memakai satu per satu pakainnya yang terhambur kesana-kemari. Kaluna mengangkat pergelangan tangannya dan melihat waktu yang tertera di pergelangan tangannya.

18.25 WIB.

Dan sudah cukup lama Kaluna habiskan untuk tertidur. Semoga saat nanti ia sampai rumah, Ayahnya belum pulang dan berharap mampu meminimalisir pertengkaran di setiap pertemuan mereka.

Kaluna menuju dapur guna menandaskan rasa hausnya sebelum tatapannya tertuju pada pop up notifikasi digenggamannya.

Brian: jangan lupa rapikan kembali kasur saat lo udah bangun.

Kaluna berdecak membaca sebaris perintah dari Brian. Selalu seperti itu, otoriter-pemaksa-semaunya. Sayangnya, Kaluna tidak bisa mundur karena telah diberikan uang bergepok-gepok dari Brian untuk pekerjaan simbiosis mutualisme ini.

Saat sedang menunggu di depan apartemen, motor Scoopy berhenti di depannya dan menyebutkan namanya. Kaluna mengangguk sebagai jawaban, setelah itu diberi helm lalu kendaraan beroda dua itu melaju dengan kecepatan sedang menuju rumahnya.

Kurang lebih dua puluh menit perjalanan waktu tempuh, mereka pun sampai di depan rumah bercat coklat dengan cat tembok yang telah terkelupas di beberapa bagian.

Kaluna memberikan helm serta pembayarannya pada Bapak Grab tadi. Tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum berjalan membuka pagar memasuki pekarangan rumahnya yang minimalis dan tak terawat ini.

Suasana sepi tentu saja. Tidak ada seorang Ibu rumah tangga, yang ada hanya seorang anak sebatang kara dengan seorang Ayah yang hanya mendapatkan label seorang Ayah tanpa peran didalamnya. Fatherless kata anak muda jaman sekarang.

Jika boleh bersaing untuk memperebutkan medali 'kesialan' maka Kaluna pantas mendapatkan gelar itu. Ibu telah berpulang, Ayah peminum, penjudi ditambah ringan tangan. Ditambah anak yang menjual diri. Sudah sangat komplit penderitaannya.

Tapi mau bagaimana lagi, seandainya ada jalan keluar lain saat itu, tak akan Kaluna pilih jalan ini.

Setelah selesai merapikan rumah dan mandi malam, Kaluna akhirnya mampu bernapas lega dan duduk di ruang tamu sambil membawa laptop untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Beberapa menit berlalu dengan suara tut keyboard dan suara TV yang menemani. Ketukan disertai gedoran pada pintu rumahnya mampu mengalihkan perhatiannya.

"Buka pintunya KALUNA!" Teriak seorang lelaki yang adalah Ayahnya sendiri dengan tidak sabaran.

Kaluna berjalan dengan cepat guna membuka pintu agar suara Ayahnya itu mampu teredam. Bukan apanya, suara teriakan Ayahnya itu sangat menganggu tetangga yang sedang beristirahat di saat sekarang.

"Sabar, Yah!" Teriaknya sambil memutar kunci dan menarik tuas pintunya. Saat pintu berhasil terbuka hampir saja Kaluna tertimpa bobot tubuh Ayahnya seandainya Ayahnya tidak segera berpegangan pada tuas pintu yang telah terbuka.

Mabuk lagi, monolognya memperhatikan Ayahnya yang sekarang sedang berjalan dengan sempoyongan menuju sofa yang sempat di duduki oleh Kaluna tadi. Berbaring diatas sana dengan tangan kanan yang ditumpukan di atas kepala.

Ayahnya ngalor ngidul akibat dari minuman keras yang lagi-lagi telah ia tenggak tak tahu berapa botol. Kaluna menarik nafas lelah melihat semuanya. Entah kenapa tiba-tiba kepalanya berdenyut memikirkan kehidupannya.

Ia ambil laptop dan beberapa kertas yang tadi ia simpan di atas meja lalu berjalan menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam. Tak lupa pintu rumah telah ia pastikan terkunci sebelum menyusul Ayahnya tadi.

___

Suara dering alarm di handphone nya membangunkan Kaluna dari tidur lelahnya.

6.34 WIB. Waktu yang tertera disana. Segera Kaluna bangun dan menuju ke kamar mandi guna untuk memulai kelas pagi yang mana dosennya adalah dosen killer yang tidak menerima alasan atas keterlambatan mahasiswanya. Selesai dengan segala tetek-bengek perkuliahan, Kaluna segera memesan ojek

"Una!" Teriak salah satu wanita yang beradi di koridor di belakangnya. Kaluna yang mendengar namanya disebut menghentikan langkah terburu-burunya tadi dan menoleh ke belakang untuk memastikan siapa yang memanggil namanya.

Ternyata dia adalah Prameswari, dipanggil Tari. Teman sekelasnya yang juga adalah satu-satunya teman dekat Kaluna.

Tari yang berlari tadi tampak ngos-ngosan menghampiri Kaluna sambil menyeka keringatnya.

"Buru, Una kita ke kelas. Kelas Pak Karya sebentar lagi mulai." Ucapnya menggebu-gebu.

"Yaudah, tadi gue juga mau lari tapi dipanggil sama lo, Tari." Ujar Kaluna gemas melihat temannya. Tari yang mendengarkan ucapan Kaluna hanya bisa menyengir dan segera menarik tangan Kaluna menuju kelas mereka.

Beruntung karena Pak Karya belum datang dan mengisi kelas pagi ini. Kaluna dan Tari mencari kursi yang kosong dan duduk di sana dengan nafas yang ngos-ngosan. Waktu sudah menunjukkan pukul 8.09 tapi tidak biasanya Dosen mereka itu telat.

"Kemarin dari mana lo? Gue telepon berulang kali nggak diangkat-angkat." Cecar Tari menuntut penjelasan karena kemarin rencananya Tari mau di temani ke salah-satu pusat perbelanjaan yang ada di dekat kampus mereka. Tapi dari selesai waktu istirahat sampe sore hari, Kaluna tak lagi mengangkat telponnya dan mengabarinya perihal jadi atau tidak.

"Sorry, gue kemarin ada urusan mendadak dan nggak bisa ditinggal." Ringisnya merasa bersalah karena telah berbohong pada sahabatnya.

Tari memicingkan matanya curiga tak percaya dengan jawaban sahabatnya. Jadi, setelah sahabat-sahabat Brian, Tari juga salah satu dari Sahabat Kaluna yang mengetahui tentang hubungan gelap antara Kaluna dan juga Brian.

Brian Daguese namanya. Lelaki setengah bule itu adalah teman satu kampusnya, seangkatannya namun beda jurusan. Kalau Kaluna mengambil jurusan Ekonomi dan bisnis, maka Brian Jurusan Hukum. Tampan, tinggi, western, dari kalangan Taipan & berkuasa tentunya. Minusnya hanya pada akhlak.

"Jujur sama gue, Una, mau sampai kapan lo jalani hubungan gelap lo ini sama si Brian?!" Terang Tari langsung pada intinya yang akhirnya membuat Kaluna tersadar, ia tak bisa membohongi sahabatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!