Pembalasan Danastri

*

*

Tidak terasa, dua minggu berlalu begitu saja setelah Danastri dan keluarganya pindah ke kota baru dan hidup dengan nyaman. Bisnis keluarga juga semakin maju. Bukan hanya Agit dan istrinya saja yang berkeinginan menjadi reseller, tapi juga banyak tetangga di sekitar rumah yang juga menginginkannya.

Alhasil, Danastri hanya bisa melayaninya sama seperti Agit dan istrinya. Ia ingin sekali membuka franchise dan mengambil tindakan tegas, tetapi merk dagang usahanya belum terdaftar, selain itu ia juga masih belum punya modal untuk menyiapkan semua kebutuhan para reseller ini jika ia menawarkan franchise. Karena bukan hanya satu dua orang, tetapi sekitar 6 orang yang sudah menjadi reseller.

Alhasil, penjualan ibunya dan Danastri sendiri dihentikan. Sama-sama diam di rumah, mencetak dan membuat adonan Dimsum untuk para reseller yang sehari bisa mencapai 6000 lebih dimsum dalam sehari.

Ayahnya dan adiknya yang kini sudah ahli dan bisa ikut mencetak, juga ikut melakukan pembuatan besar-besaran di rumah.

Jarang ada yang keluar, karena banyaknya pesanan yang membludak. Apalagi kini tidak ada satupun karyawan yang direkrut Danastri, karena memang biaya untuk upah dan lain-lain masih belum tercukupi, belum tersanggupi.

Dalam dua minggu ini, Danastri sendiri hanya keluar rumah sekali untuk membuat rekening, agar uang yang ia dapatkan nanti bisa disimpan di rekeningnya, membuat dirinya tetap aman. Selain membuat rekening, Danastri hanya kekuar bersama ibunya membeli bahan pembuatan dimsum.

Juga, harga dimsum dinaikkan per buahnya sebanyak 20 rupiah. Dan oara reseller tidak keberatan karena harga jual mereka lebih tinggi dari harga jual awal, yang membuat keluarganya menghela nafas lega.

Uang yang masuk dalam dua minggu ini sekitar 10 jutaan lebih, dikurangi modal, keuntungan bersih keluarganya dalam dua minggu, hanya dari menjual dimsum sekitar 3.5 jutaan. Jumlah yang besar di tahun 2000 an.

Jadi dengan uang yang ada, Danastri membeli rumah kecil di samping rumahnya dengan harga yang sama dengan rumah yang ditempatinya, sekitar 1 juta. Yang kemudian dijadikan tempat pembuatan dimsum itu sendiri. Selain itu, Danastri juga merekrut dua pegawai perempuan. Yang mana masih tetangganya di kota baru. Yang satu adalah wanita muda seusia Danastri yang sudah punya dua anak, satu lagi adalah ibu paruh baya dengan 3 anak dan 2 cucu.

Danastri merekrut mereka setelah observasi selama satu minggu terakhir. Sifat dan watak dua orang ini hampir sama, pendiam dan jujur. Danastri seperti melihat dirinya di kehidupan lalu, jadi ia merekrutnya untuk membantu.

Alhasil, ketika para reseller meminta tambahan stok sebelumnya, langsung Danastri kabulkan karena ada tambahan pekerja. Tapi meski ada pekerja, adonan isian dimsum nya tetap Danastri dan ibunya buat di rumah, untuk menjaga resep dan cita rasa khas factory's Dimsum.

Dengan begini, tidak akan ada yang meniru meski ada pekerja di sisinya. Danastri dan keluarga menjadi tenang.

Gaji pekerja baru sekitar 15.000 rupiah sebulan. Karena hanya datang di pagi hari, membuat dimsum sampai batas pembuatan stok yang diinginkan selesai, mereka bisa pulang setelahnya jika sudah selesai. Biasanya hanya sampai waktu makan siang. Selain itu, diberi satu kali makan oleh keluarganya. Jadi sebelum pulang, keduanya akan makan siang di rumah pembuatan dimsum. Kadang, keduanya hanya akan kembali dengan membawa makan siangnya untuk diberikan pada anak dan cucunya.

"Bapak, bagaimana? Ada yang menghubungi bapak belum?" Tanya Danastri pada ayahnya. Pasalnya dua hari lalu ayahnya ingat alamat temannya ini kemudian mengirim surat sekalian nomor ponsel miliknya yang diberikan Danastri.

"Baru dua hari, nduk. Surat tidak bisa langsung sampai seperti mengirim pesan dengan ponsel." Ucap Ayahnya seraya tersenyum dengan kepala digelengkan. Danastri memang seeing menjadi tidak sabar jika berhubungan dengan rencana bisnisnya.

Danastri menghela nafas. "Baiklah, kalau begitu. Kabari aku jika teman bapak sudah menghubungi bapak." Balasnya lesu.

"Tenang saja, nduk. Jangan terburu-buru, perhatikan semuanya dengan baik, semuanya harus penuh perhitungan dan kehati-hatian. Jadi, sembari menunggu teman bapak, baiknya kau melihat semua hal yang sedang dikerjakan. Ada yang terlewat atau tidak?" Jelas Ayahnya menasihati.

"Yah, aku hanya harus pergi ke kantor broker besok kemudian ke hotel heavenly. Selain itu sepertinya.... Astaga, pak! Aku melupakan Zack!" Pekik Danastri terkejut.

Dalam empat hari, adik bungsu Zack mengalami kecelakaan. Dan disaat yang sama, Zack terkena masalah dengan bos perempuannya yang kemudian melewatkan kesempatan menyelamatkan adiknya sendiri. Adiknya tidak dibawa ke rumah sakit tepat waktu, mengalami komplikasi, hasilnya adalah adiknya mengalami kelumpuhan.

Crush injury terjadi. Dan tidak segera ditangani, hasilnya adiknya mengalami sindrom kompartemen, dimana tidak mencukupinya asupan darah di otot dan jaringan yang ada disekitarnya dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini terjadi karena peningkatan penekanan yang ada di otot, sehingga saraf rusak dan otot pun mati.

Crush Injury sendiri menjelaskan kondisi tubuh yang tertimpa benda berat atau terjepit di antara dua benda yang sangat besar dan berat. Adiknya dalam perjalanan pulang dari sekolah dengan mobil yang menjemputnya kala itu. Kondisinya, ia terjepit di mobil.

"Kan, bapak bilang juga apa, nduk? Masuk kamar saja dan tulis rencanamu. Kalau butuh bantuan, panggil bapak, bapak mau bantu ibu lagi di sebelah." Ucap Ayahnya seraya mengusap kepala Danastri dengan sayang.

Danastri kemudian memasuki kamarnya setelah ditinggal pergi oleh ayahnya dan mulai menyusun rencana. Mengira-ngira waktu kecelakaan adik Zack, yang mana terjadi di jam-jam pulang sekolah dan kerja. Sekitar pukul 4 sore.

Keesokan harinya, Danastri dengan setelan hitam bawahan rok, pergi setelah pamit dengan ayah, ibu, dan adiknya. Menaiki angkutan umum untuk sampai ke kantor broker.

"Alangkah baiknya jika ada kendaraan pribadi." Keluh Danastri seraya menatap kosong jalanan, ketika menunggu angkutan umum. Sampai angkutan umum datang, ia pun duduk dengan tenang.

Begitu sampai, dengan perasaan memalukan menurutnya, ia menatap pegawai dan manajer yang melayaninya tempo hari menyambutnya dengan cara aneh. Memasang banner selamat datang untuknya. Tapi meski begitu ia tetap datang dan berjalan karena urusannya tentang uang.

"Uhuk! Uhuk! Terimakasih atas sambutannya, tapi aku sedang terburu-buru. Ayo selesaikan transaksi dulu, aku harus menjual saham DNET milikku sekarang." Ucap Danastri dengan senyum canggung dan malu.

Lantas dengan antusias, keduanya masuk dengan memuji-muji Danastri, memuji jika ia benaran Dewi Saham yang memenangkan banyak uang dalam kurun waktu kurang dari sebulan.

"Nona, apa jual semuanya?" Tanya pegawai yang biasa.

Danastri menganggukkan kepalanya. Tapi pegawai tetap ragu karena Danastri masih belum melihat layarnya.

"Nona, sebaiknya kau melihat grafik sahamnya dulu." Ucap Pegawai tersebut tertahan.

"Kenapa? Cepat jual saj---WOW! Aku tidak salah lihat?! K-kenapa naiknya jadi 10 kali lipat juga?!" Pekik Danastri pada akhirnya terkejut bukan main, melihat jumlah fantastis di grafik saham yang dibelinya. "Cepat! Jual semua, sekalian punyamu!" Titahnya bersemangat.

*

*

Halo, izin untuk besok aku libur up ya. Dilanjut di hari Minggu. Mohon pengertiannya ya 🤗